tiga

2.6K 235 35
                                    

°
°
°

o0o

Pagi ini Elora dengan terburu-buru menyiapkan kotak bekal yang akan ia berikan pada Felix. Lelaki itu sudah menunggu Elora sedari tadi di ruang tengah. Elora yakin setelah ini ia akan dimarahi oleh lelaki itu.

Bagaimana tidak dimarahi jika Felix sudah menunggunya dari satu jam yang lalu? Sudah bisa dipastikan lelaki itu pasti akan menyemprotkannya dengan kata-kata pedas setelah ini.

Gadis itu memasukkan kotak bekal pada tas kecil khusus untuk tempat bekal, lalu berlari ke arah ruang tengah yang sudah terpampang Felix menduduki sofa dengan ponsel di tangannya.

Mendengar langkah kaki mendekat, Felix mendongakkan kepalanya dan menatap Elora datar. "Lama banget sih," omelnya.

Elora menyengir lebar. "Maaf Lix. Tadi buatin kamu ini dulu, nanti dimakan ya?"

Felix mengangguk lalu mengelus pelan puncak kepala Elora. "Lain kali kalo bangun telat jangan buatin gue bekal ya? Entar jadi telat sekolahnya," jawab Felix pelan.

Elora mengulum bibirnya. Ia bersyukur karena Felix tidak marah padanya. Mungkin suasana hati Felix sedang baik sehingga lelaki itu tidak marah seperti biasanya.

Elora mengangguk seraya menatap Felix dengan senyum manis menghiasi bibirnya. "Nggak langsung berangkat?" tanya Elora saat Felix dengan pelan menarik tangannya untuk duduk di sebelah lelaki itu.

"Pengen peluk," ucap Felix pelan seraya menyelusupkan kepalanya pada ceruk leher Elora.

"Tumben," balas Elora seraya menahan senyum melihat Felix yang terlihat menggemaskan dengan wajah cemberutnya.

"Capek banget El. Tadi malam gue lembur sampai tengah malam gara-gara ada kerjaan mendadak," kata Felix yang terdengar lirih karena lelaki itu masih membenamkan wajahnya pada leher Elora.

Elora tersenyum mendengar perkataan Felix, dengan lembut gadis itu mengelus rahang tegas Felix. "Lain kali kalau bener-bener capek, izin aja. Kamu istirahat."

Elora dapat merasakan Felix mengangguk pelan. "Gue sekolah cuma buat ketemu lo El," jawab Felix membuat jantung Elora berpacu dengan cepat.

Dengan wajah memerah Elora berusaha menyembunyikan kesaltingannya. "Udah ayo berangkat, entar telat," ujar Elora dengan cepat membuat Felix tertawa pelan saat menyadari wajah memerah gadis itu.

Felix mengangkat kepalanya lalu menatap Elora dengan senyum terukir di bibirnya. "Lo cantik kalau udah saltingg." Lelaki itu mengecup pipi kanan Elora sekilas lalu menarik lengan mungil gadis itu dan menuntunnya memasuki mobil.

Elora memilin ujung roknya saat Felix sudah melajukan mobil menjauhi rumah. Dengan kikuk gadis itu menatap Felix sekilas lalu kembali tersenyum lebar. "Pulang sekolah mau ke mana?" tanya Elora berusaha menyingkirkan keheningan.

"Latihan basket. Entar gue anterin lo pulang dulu," jawab Felix singkat.

Elora menggeleng. "Aku nggak papa kok kalau pulang sendiri. Nanti pesen ojek online aja," jawab Elora sembari mengelus lembut lengan Felix.

Felix menatap sekilas Elora. "Lo lebih pilih pulang sama tukang ojol dari pada gue?"

Mendengar itu membuat Elora tertawa pelan. "Jangan bilang kamu cemburu sama mas mas ojol ya sayang."

Felix mengerucutkan bibirnya. "Gitu-gitu juga dia cowok El. Gue nggak mau lo pulang sama cowok lain," jawab Felix dengan nada merajuknya.

Elora tersenyum lebar. "Ya udah, terserah kamu aja deh."

Felix tersenyum lalu meraih tangan mungil Elora untuk ia genggam. "Maaf ya kalau gue sering ngomelin lo."

Lelaki itu mengecup tangan Elora yang berada di genggamannya membuat Elora menggigit dinding mulut dalamnya kegirangan. Jarang-jarang Felix bersikap manis seperti ini padanya.

Elora tersenyum dengan wajah merona. "Aku maklumi kamu kok. Lagian kita kenal bukan sebulan dua bulan. Aku tahu kamu sulit kendalikan emosi kamu," balas Elora pelan.

Felix menepikan mobilnya. Lelaki itu menatap Elora dengan senyum manis. "Sini," ucap Felix sembari merentangkan tangannya.

Elora menutup mukanya malu. "Ih kamu mah, aku malu loh ini."

Felix tertawa pelan lalu menarik gadis itu dalam pelukannya. "Hilih dasar cewek. Diginiin aja udah blushing," goda Felix dengan nada meledeknya.

Elora menyenderkan pipinya pada dada bidang Felix yang terbalut seragam. Rasanya sangat nyaman, sama seperti pertama kali ia berpelukan dengan Felix. Elora dapat mendengar debaran jantung Felix yang cepat, ia semakin melebarkan senyumnya saat menyadari jantungnya juga berdetak kencang sama seperti Felix.

"Kamu jangan sering marah ya? Aku takut kalau kamu marah."

Felix mengelus lembut punggung Elora. "Lo jangan pancing emosi gue juga. Lo harus paham kalau gue kata gini. Segimana-gimananya gue  nahan, pasti kelepasan juga emosinya."

Elora mengangguk. "Aku usahain nggak buat kamu emosi." Elora semakin mengeratkan pelukannya. Hangat sekali saat didekap erat seperti ini oleh Felix.

Felix tersenyum lebar lalu memasukkan kepalanya di ceruk leher Elora. "Kangen," rengeknya pelan.

Elora tertawa pelan. Bagaimana Felix bisa merindukannya padahal ia selalu ada di dekat Felix. "Aku nggak kemana-mana, aku di sini sayaang."

Felix memeluk pinggang Elora erat. "Jangan capek ya? Gue nggak mau kehilangan lo El," lirih Felix. Suara lelaki itu terlihat sendu membuat hati Elora terasa sakit. Walaupun Elora sudah lumayan lama bersama Felix, tapi jujur saja ia tidak tahu dengan apapun yang berkaitan dengan lelaki itu. Felix terlalu banyak menyimpan masalahnya seorang diri.

Gadis itu mengelus kepala belakang Felix lembut dan semakin mengeratkan pelukannya. Yang membuat ia masih bertahan sampai saat ini adalah sisi lembut Felix yang sering manja begini membuatnya yakin jika Felix benar-benar mencintainya.

Ia tahu jika Felix tempramental, entah apa sebabnya tapi ia memaklumi. Karena Felix marah ada sebabnya, ya walaupun sebabnya agak tidak masuk akal. Tidak jarang juga Felix main tangan padanya, membuat ia rasanya ingin menghilang saja detik itu.

Elora menatap wajah bak Dewa Yunani milik Felix. Tidak ada celah sedikitpun yang membuat Felix tampak tidak sempurna. Elora tersenyum hambar, ia jadi merasa tidak pantas bersanding dengan Felix yang sempurna ini.

Melihat dirinya yang tidak secantik wanita di luar sana membuat hati Elora menjadi cemas jika Felix akan menduakannya. Elora menghela napas panjang. Ia bahkan hanya gadis biasa yang tidak terlalu pandai berdandan dan berpakaian, apakah Felix tidak malu mempunyai kekasih sepertinya?

Elora menggigit bibir bawahnya saat mengingat Felix yang jarang sekali mengajaknya jalan-jalan, apa karena Felix malu untuk mengenalkannya dengan orang lain?

Bahkan saat di kantin saja Felix jarang mengajaknya makan bersama, apa benar Felix malu untuk bersanding dengannya di hadapan siswa-siswi SMA Samudra?

Elora mengusap pipinya yang membasah. Memikirkan tentang kekurangan di dirinya membuat mental gadis itu menjadi down. Entah mengapa ia tiba-tiba menjadi tidak percaya diri.

 Entah mengapa ia tiba-tiba menjadi tidak percaya diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tentang Luka (Re-post)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang