tujuh belas

1.5K 122 65
                                    

BANYAK KATA KATA KASAR!! YANG MERASA RISIH, MAAF.

***

Setelah perdebatan sengit yang dialami oleh kedua gadis yang saat ini menyandang sebagai pacar Felix itu, mereka sudah memutuskan untuk menuruti Felix, walaupun dengan terpaksa.

Elora juga mau tak mau menerima, karena ia juga tidak mau kalau Felix dan Rena hanya tinggal berdua di apartemen ini. Sampai kapan pun ia tidak rela Felix dimiliki gadis lain, ya walaupun sekarang sudah dimiliki oleh Rena, tapi tetap saja Elora tidak mengakuinya.

Rena di mata Elora hanya seorang pelakor yang hadir di dalam kedamaian hubungannya dan Felix. Tidak lebih, apalagi mengakui gadis tidak tahu diri itu sebagai pacar dari kekasihnya sendiri.

“Emang gak tau diri itu ulet bulu,” umpatnya seraya memasuki kamar. Kamarnya bersebelahan dengan kamar Felix. Sedangkan kamar Rena, berada di depan kamar Felix.

Lagian memangnya Rena tidak dimarahi orang tuanya kalau tinggal di apartemen Felix? Atau dia sudah terbiasa hidup bebas tanpa pengawasan orang tua?

Kalau Elora sih sudah dasarnya dibuang, setelah pertengkaran papa mamanya beberapa Minggu lalu, kedua orang Elora resmi bercerai. Papanya kembali ke Malaysia untuk menetap di sana, sedangkan mamanya bulan depan menikah dengan selingkuhannya.

Elora tertawa hambar mengingat itu, ia gagal dalam urusan keluarga dan cinta. Felix yang harusnya menjaganya, malah menyakitinya seperti ini. Tidak tanggung-tanggung, ia malah harus rela membiarkan kekasihnya itu selingkuh di depan matanya.

“Felix brengsek,” lirihnya. Gadis itu memukul mukul kepala untuk melampiaskan emosi. “Kenapa gua harus secinta ini sama si brengsek Felix!” pekiknya.

***

Pagi harinya, Elora sudah siap dengan celemek dan semua peralatan dapur. Memasak bukanlah hal sulit bagi Elora, bunda Felix sering mengajarinya memasak, jadi untuk sekedar membuat nasi goreng saja sudah seperti membalikkan telapak tangan.

Gadis yang saat ini sedang mengupas bawang itu menoleh saat mendengar langkah kaki. Rena berjalan ke arah dapur dengan muka bantalnya.

“Burik banget,” ucapnya sinis. “Gua heran kenapa Felix tertarik sama cewek modelan pantat panci macam lo.”

Rena yang baru saja mengumpulkan nyawa menatap Elora kesal. “Yang penting goyangan gua mantep, udah itu aja.”

Rena dengan tidak tahu dirinya menyenggol tangan Elora, sehingga bawang yang ada di tangan gadis itu terjatuh.

“Anjing!” hardiknya.

“Jadi perek aja bangga anjing!” dengan kasar Elora mendorong tubuh langsing gadis itu membuatnya sedikit oleng.

“Maksud lo apa?!” teriak Rena tak terima.

“Lo yang nyenggol duluan bangsat!” bentak Elora tak kalah keras.

“Lo emang bener-bener ya,” balas Rena, gadis itu menarik rambut Elora kencang. Elora meringis keras. “Anjing lepas akhh!”

Mendengar keributan itu, membuat Felix melangkah cepat ke arah keduanya. “Stop!”

“Perek murahan perebut cowo orang! Lo gak seharusnya hidup bangsat!”

“Akhh sakit begok!”

Melihat keduanya yang tidak bisa dilerai, Felix mendengus kesal. Ia dengan santai duduk di kursi meja makan sembari memperhatikan keduanya.

Elora mencakar muka bantal milik Rena dengan brutal membuat sang empu memekik keras. “Akhh sakit!!”

Mendengar jeritan itu membuat Elora menghentikan aksinya. Ia kembali meraih rambut Rena, mengabaikan gadis itu yang mengeluh kesakitan.

Dengan kasar, Rena menghentak tangan Elora dari rambutnya. Ia memelototi gadis itu lalu menampar kuat pipi mulusnya.

Plak!

Plak!

Plak!

“PERAWATAN GUA LEBIH MAHAL DARI HARGA DIRI LO!!!” Teriaknya kencang.

Elora memegangi kedua pipinya yang terasa perih, ia bisa merasakan anyir darah yang tak sengaja ia cecap. Ia menatap Felix, baru sadar jika lelaki itu menontoni mereka sedari tadi.

Felix yang melihat keduanya terkejut bertepuk tangan dengan tawa sinisnya. “Lanjutin, gua tunggu sampai kalian makin babak belur,” ucapnya dengan santai.

Melihat kedua kekasihnya itu yang masih mematung, ia berdiri dan menatap dingin keduanya. “Sakit hm?”

“R-rena yang mulai duluan,” ucap Elora setengah gugup, pasalnya, atmosfer di sekitar mereka mendingin, membuatnya sedikit merinding.

“Bukan aku, Elora dulu yang main jambak,” adu Rena dengan manja.

“Lo duluan yang nyenggol gua.”

“Tapi lo duluan yang nyindir nyindir.”

“Halah tapi yang gue omongin kan fakta, lo kan emang pelakor, harusnya gak marah dong.”

“Heh! Lakik lo juga mau sama badan gua, lo tuh harusnya sadar diri El, cantik juga cantikan gua.”

“Cantik kalo modal goyang doang ya sama aja murah.”

“Tapi cowo lo doyan anj-”

“UDAH DIEM!!!”

Mendengar bentakan Felix membuat keduanya kicep. Felix mengurut keningnya frustasi, ternyata memiliki dua pasangan ribet juga.

“Kepala gua pusing denger suara kalian! Sampe ada yang ngomong lagi, awas aja!”

***

“Hambar banget sih ini,” komen Rena saat merasakan nasi goreng buatan Elora. Elora menghela napas, mencoba tidak terpancing emosi.

“Yang kita beli aja yuk, ini sarapannya beneran gak layak makan deh kayaknya,” rengek gadis itu sembari menggoyangkan lengan Felix manja.

“Sayang makan yang ada dulu ya,” jawab Felix yang malas menanggapi Rena.

“Lagian lo kalo masak yang bener dong El!”

“Bacot lo! Gak usah dimakan bego, gua juga gak iklas makanan gua lo makan.”

“Santai dong, ngegas Mulu mbaknya.”

“Sini lo gua hantam gas elpiji! Biar makin dower tuh bibir busuk!”

“Heh bibir lo kali yang dower!”

“Muka hasil renovasi aja belagu lo Ren Ren. Gak malu?”

“El,” tegur Felix yang membuat gadis itu terdiam.

“Kenapa lo belain Rena terus sih? Rena! Lo kemanain Felix gua!”

TBC!

Pliss aku makin ngerasa aneh sama alur cerita ini!!

Gimana menurut kalian?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tentang Luka (Re-post)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang