10 -di balik jendela

1.8K 474 40
                                    


BRAK!

Taeyong tersentak, bahkan tas yang dia pegang terjatuh, mendongak menatap Chanyeol yang berdiri menjulang di depannya dengan posisi dia yang terduduk.

Mata Taeyong bergulir menatap buku di atas mejanya. Buku itu rusak, sobek , dan dia yakin tangan besar Chanyeol adalah penyebabnya.

"Kau tuli, hah?"

Apa?

BRAK!

Chanyeol membanting meja Taeyong sekali lagi sebelum menarik kerah seragam itu dengan satu tangan, dengan mudah mengangkat Taeyong lalu melemparnya ke sembarang arah, tersungkur ke kumpulan meja.

"AKU BILANG KERJAKAN DENGAN BENAR! KAU TULI ATAU BODOH?!"

Saat Chanyeol mendekat, Taeyong memejamkan matanya erat. Tendangan kencang mendarat pada sisi tubuhnya, membuat dia bergeser sangking kencangnnya tendangan itu.

Chanyeol menjambak rambut Taeyong kelewat kuat, badan kurus itu tergeser lagi, matanya masih terpejam erat, tidak berani menatap Chanyeol yang begitu murka.

Wajah mereka sejajar saat Chanyeol jongkok dihadapannya. Lihat, baru satu tendangan yang dia terima tapi tangannya sudah bergetar hebat, napasnya memburu, tulang rusuknya ngilu, rambutnya berantakan dan rontok.

"Kau tidak mengerti seberapa pentingnya ulangan sialan ini, hah?! GUNAKAN OTAK SAMPAHMU ITU, BRENGSEK!" Chanyeol memukul wajah Taeyong menggunakan buku dan kertas ulangan yang sudah sobek, tepat di wajahnya sampai menusuk mata.

Taeyong kembali meringkuk di atas lantai, sasaran empuk untuk ditendang. Chanyeol kembali melayangkan tungkai panjangnya, menendang laki-laki bermarga Lee yang sudah tidak berdaya itu.

Sekitar mereka hanya menatap ngeri. Badan Chanyeol jelas lebih besar dibandingkan Taeyong. Dari postur badannya, tinggi badannya, berat badannya, semua lebih unggul badan Chanyeol, Taeyong hanya bisa meringkuk saat tendangan demi tendangan mengenainya.

"Sepertinya dia akan membunuh Lee Taeyong saat ini juga," celetuk Rowoon yang tiba-tiba datang entah darimana. Sehun menepuk bahu kokoh adik kelasnya. "Kita lihat saja, ini akan menyenangkan."

"Johnny, ambilkan aku tongkat."

Tatapan Johnny jatuh pada Taeyong yang sudah tidak berdaya, agak khawatir dengan laki-laki yang satu SMP dengannya itu. "Dia bisa mati—"

"KAU PIKIR APA TUJUAN AKU MELAKUKAN INI, SIALAN?!" Bentak Chanyeol kesal. Dia merebut tongkat yang digenggam Johnny.

Johnny menghela napas, meringis saat tongkat kayu itu mulai dilayangkan pada tubuh ringkih Taeyong.

Maaf, Lee.

Tangan Taeyong yang gemetar berusaha melindungi kepalanya dari serangan Chanyeol. Beberapa orang melihat ke mereka, tapi memilih untuk tidak ikut campur. Begitu pun juga dengan guru-guru, mereka tahu berurusan dengan Chanyeol tidak akan mudah, bisa berakhir seperti Taeyong.

Jadi mereka hanya melihat, tidak menghentikan.

Awalnya, Chanyeol mendapat soal bocoran ulangan mereka. Dia memberikannya pada Taeyong, menyuruh Taeyong mengerjakan soal itu untuknya, tapi Taeyong kelelahan semalam karena bekerja, jawabannya banyak salah.

Chanyeol mendapat nilai C.

Dia bisa mati kalau Ayahnya tahu.

Darah mulai mengalir dari hidung Taeyong. Dia menyeka darah itu, ditatapnya Chanyeol dengan rahang mengeras.

Dia kesal.

Sangat kesal.

Melihat tatapan sengit itu, Chanyeol berhenti memukul, berjongkok di depan Taeyong yang sudah setengah duduk. "Kau pikir itu menakutkan?" Chanyeol tersenyum, tapi senyum itu bukan berarti dia bahagia.

"Tundukkan kepalamu, bajingan kecil, atau aku buat kau tidak bisa mendongak lagi."

Sialan.

Tangan besar Chanyeol menyusuri tiap helaian rambut halus Taeyong. "Tundukkan, bodoh." Lalu mencengkramnya.

Darah Taeyong mendidih, rasanya dia ingin mencabik-cabik wajah Chanyeol saat ini juga. Bukan salahnya Chanyeol mendapat nilai jelek dan terancam dimarahi Sang Ayah, semua salah Chanyeol sendiri, kenapa dia tidak belajar, memakai cara sehat? Katanya otak Taeyong sampah, kenapa dia bergantung pada otak sampah ini?

"AKU BILANG TUNDUKKAN, BRENGSEK!"

BUGH!

Badan Taeyong terdorong ke belakang saat tungkai panjang Chanyeol mengayun ke arah wajahnya. Luar biasa, rasanya hidung dia patah lagi, darah makin deras mengalir, giginya seperti akan patah, pipinya berdenyut sakit, panas.

Taeyong yang semula setengah duduk kembali terbaring akibat tendangan tadi. Saat sosok Chanyeol makin mendekat, tatapannya tidak sengaja jatuh pada Jaemin yang ada di balik jendela kelas, tepatnya di koridor.

Tidak, bukan raut khawatir Jaemin yang menarik perhatiannya.

"KAU DENGAR TIDAK, BANGSAT?!"

Tapi orang di belakang Jaemin.

Rosé?

𝐔𝐧𝐤𝐧𝐨𝐰𝐧❜🌊Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang