Ujian semester ada di depan mata, Taeyong sudah tidak ingin memusingkan lagi tentang Rosé, walau jauh di lubuk hati dia merindukan perempuan itu.
Hanya Rosé yang pernah melihat sisi Taeyong yang lain. Iya, sisi Taeyong yang berisik dan overreact, apalagi saat semua orang menghilang dan Rosé malah tertawa riang.
Oh, dan juga Taeyong paling suka saat tangan lentik itu mengusap wajahnya.
Sebenarnya kalau dipikir-pikir lagi ada yang aneh. Kalau Rosé manusia, kenapa dia tidak menghilang saat Taeyong meminta semua orang menghilang?
Untuk Taeyong sendiri, mungkin Rosé mengerti maksud Taeyong adalah dia ingin semua orang kecuali dia menghilang. Tapi Rosé masih ada di sana waktu itu.
Kenapa—
"Jadi jawabannya A?"
Taeyong tersentak, dia reflek mengangguk tanpa pikir panjang, membuat Jaemin mengernyit. "Tapi sepertinya C."
"Terserah kau saja, Na."
"Loh? Kan katanya kau mau mengajariku?"
Tuhkan, terlarut dan semua pemikirannya tentang Rosé membuatnya tidak fokus. Taeyong akhirnya menggeser duduknya kadi lebih dekat dengan Jaemin, membaca soal yang tertera di sana. "Jawabannya D."
"Tadi katanya A?"
"Aku sedang pusing, Na, tidak fokus." Taeyong mencopot kaca matanya, lalu meletakkan kepala di atas meja. Dia memejamkan mata, lelah bukan main.
Mereka ada di flat kecil milik Taeyong, Jaemin minta untuk diajarkan bahasa inggris. Keputusan yang bodoh, padahal Taeyong tidak sepintar itu dalam bahasa inggris.
Mata Jaemin bergulir menatap jam dinding. "Kalau begitu aku pulang, sudah larut."
Taeyong menegakkan duduknya. "Jam berapa ini?" Tanya dia reflek sambil menatap jam di dinding.
"10 malam. Aku pulang dulu."
Taeyong menepuk dahinya. Dia harus bekerja paruh waktu sebagai kasir di mini market malam ini. Iya, shift malam.
Taeyong menatap punggung lebar Jaemin yang menghilang di balik pintu setelah mengucapkan salam. Kehadiran Jaemin agak membantu sebenarnya, akhirnya dia mempunyai teman, tapi Jaemin berbeda dari Rosé.
Tentu saja berbeda, bodoh. Jaemin laki-laki.
Mungkin karena Taeyong tidak pernah—tepatnya sangat sangat sangat jarang berdekatan dengan perempuan membuatnya seperti ini, menyukai perempuan yang keberadaannya saja tidak jelas.
Tapi apa Taeyong tidak sadar? Kehadiran Rosé yang tiba-tiba, sifatnya yang perhatian, lembut, cerah, seolah menjahit luka-lukanya, semua seperti yang diimpinan Taeyong. Rosé terlalu aneh sekaligus sempurna.
Rosé terlalu sempurna untuk jadi nyata.
——
"Totalnya 2 ribu Won."
Beberapa lembar uang diletakkan di atas meja. Taeyong menerimanya, mengetikkan sesuatu di mesin kasir lalu memasukkan uangnya ke dalam. Struk dia sobek lalu menyodorkannya bersama uang kembalian.
"Semoga harimu menyenangkan."
Tidak ada jawaban yang diterima. Saat laki-laki tinggi besar itu sudah pergi, Taeyong melirik jam di dinding. Pukul 3 pagi, harusnya dia sudah selesai bekerja.
"Dimana Yuta?" Gumamnya sambil mengusap wajah. Ini giliran Yuta, dia harus segera pulang dan tidur sebentar lalu sekolah lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐔𝐧𝐤𝐧𝐨𝐰𝐧❜🌊
Fanfiction𝐑𝐨𝐬𝐞 𝐱 𝐓𝐚𝐞𝐲𝐨𝐧𝐠 ❝Ketika semua orang menghilang, apa yang akan Lee Taeyong lakukan?❞ 𝘴𝘵𝘢𝘵𝘶𝘴 ━゙𝙘 𝙤 𝙢 𝙥 𝙡 𝙚 𝙩 𝙚 𝙙