9. Lust and Lost.

5.1K 516 290
                                    

21+

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


21+. Include some mature scenes. Please be a wise reader.

***

Angkasa sih emang nggak pernah lagi datang ke sirkuit selama sebulan ini, tapi dalam sehari Samudera bisa menghubunginya lebih dari sepuluh kali.

Alasannya? Tentu karena Aurel.

Perempuan itu kembali menaruh perhatian berlebihan pada Samudera, sehingga ia harus sering-sering menghubungi Angkasa cuma untuk mengabaikannya.

"Bye, Babe. Nanti aku ke apartemen ya?"

Angkasa di sebrang sana mengernyit bingung, "beneran?"

"Iya. Aku bawa sesuatu."

***

Angkasa menatap heran Samudera yang datang ke apartemennya dengan kantong besar di tangan kirinya.

Di sana ada Nandre juga tentunya yang membawakan barang-barang Samudera.

"Kok dibawa turun sih, Nan?" bingung Samudera.

Nandre terdiam ikut bingung, "emang kenapa? Lo nggak akan nginep di sini emangnya?"

Samudera terdiam beberapa saat kemudian mengangguk. "Oh iya gue mau nginep. Yaudah sana lo pergi!"

"Ih! Kalau nggak ada lo, Sa. Gue udah pites itu leher!"

Angkasa yang sejak tadi mengamati langsung tertawa, "nggak apa-apa, Nan. Pites aja lehernya!"

"Yang! Kok belain Nandre sih?" ujar Samudera menggerutu sambil memeluk Angkasa dari belakang.

Angkasa terkesiap. Jujur ia rasa jiwanya belum siap menerima perlakuan Samudera sore ini.

"Iya, iya, maaf." jawab Angkasa kikuk.

"Sakit mata gue lihat lo berdua pacaran mulu"

Samudera dan Angkasa otomatis tertawa mendengar gerutuan Nandre dan membiarkan laki-laki itu pergi dari hadapan mereka.

"Nandrenya udah nggak ada!"

"Terus?" tanya Samudera yang semakin mengeratkan pelukannya.

"Ih, awas ah!"

Samudera malah terkekeh dan mengabaikan ucapan Angkasa.

Laki-laki itu tetap memeluknya dan mendaratkan dagunya di kepala Angkasa.

"Berat dong, Sam. Lo pikir gue sandaran tempat tidur?!"

Samudera lagi-lagi cuma terkekeh. "I miss you, Babe."

"Cuih!"

"Hahahahaha."

"Norak banget ah. Lepasin nggak?"

And Suddenly...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang