11. Siklus Perasaan

311 44 30
                                    

Jangan lupa untuk vote dan coment jika kalian suka sama cerita ini yaaa:)

Selamat membaca teman-teman❤️


11. Siklus Perasaan

Hukum sebab-akibat masih nyata. Maka, berpikir sebelum bertindak.

Malam menjelma menjadi pagi. Bulan dan bintang berubah menjadi matahari, menjalankan tugasnya. Suara kicauan burung saling bersahutan, mengisi kekosongan pagi yang indah. Dari kejauhan, tampak matahari dengan gagah menyinari gedung-gedung pencakar langit. Sinarnya begitu cerah. Seperti gadis yang tengah berjalan gontai saat ini. Ia Sweethella. Bak mendapat hadiah di pagi hari, wajahnya terlihat tampak gembira. Bibir tipis itu tidak berhenti melantunkan lagu-lagu kesukaannya. Suara Thella merdu, membuat siapa saja yang—apabila mendengar menjadi suka.

Thella menelusuri lapangan utama untuk menuju ke kelas. Kesenangannya terusik kala seseorang menahan sebelah tangan Thella dengan tiba-tiba. Sontak Thella memutar tubuh 180 derajat.

"Fathan? Hai," sapanya lembut.

Tidak ada balasan dari Fathan. Ia justru mempererat cekalan di lengan Thella. Gadis itu meringis, saat dirasa lengannya semakin lama terasa sakit. Tubuh mungil Thella terdorong ke depan saat Fathan menarik kuat lengannya.

"Fathan, sakit." Thella meringis perih.

"Mana yang lebih sakit dari gue?" tanya Fathan dengan tajam.

"Maksudnya?"

"Jangan pura-pura bodoh! Gue tau kalo lo diem-diem deketin Alder! Buka mata lo, Thel. Gue lagi berusaha perbaiki hubungan kita, tapi lo nggak hargain itu," tuduh Fathan.

Mulut Thella sedikit terbuka. Ia terperangah. "Kamu salah paham."

"Salah paham apa? Mata gue nggak salah liat, Thel. Coba jelasin di mana letak salah pahamnya!"

Emosi kian meluap di dada Fathan. Lelaki bermata minimalis itu menarik lengan Thella untuk berjalan mengikutinya. Menyeret lebih tepatnya, karena Thella terus memberontak. Fathan dengan segala sifat pemaksanya.

Beberapa pasang mata yang melintas menatap aneh ke arah mereka. Air muka Fathan menjadi garang. Sementara, Thella tidak berhenti memberontak.

"Lepasin, Than. Nggak enak diliatin orang."

"Apa? Nggak enak diliat orang atau nggak enak nanti Alder yang liat?" hardik Fathan.

Namun, langkah Fathan terpaksa berhenti saat merasa seseorang menahan lengan Thella yang sedang ia tarik. Thella menolah ke kanan, pupil matanya membulat sempurna saat tahu ternyata Alder yang menahan lengannya. Sementara Fathan, ia menunjukkan air muka tidak bersahabat.

"Lepasin. Gue nggak ada urusan sama lo." Fathan menunjuk lengan Thella dengan dagunya.

"Gue juga. Tapi gue nggak suka nama gue diseret dalam masalah nggak jelas lo," balas Alder santai.

Fathan melepas cekalan di lengan Thella dengan kasar. Bekas kemerahan tampak di kulit Thella yang putih. Fathan tersenyum remeh memandang Alder. Situasi yang menegangkan dan mencekam.

Bugh!

Thella memekik tertahan. Gadis itu menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan. Lututnya terasa lemas dan bergetar. Serangan itu terjadi tiba-tiba, dan Alder tidak dapat menampiknya.

Senyum Senja KalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang