Jangan lupa untuk vote dan coment jika kalian suka sama cerita ini yaaa:)
Selamat membaca teman-teman❤️
13. Misi Rahasia
Orang pertama yang dapat menolong dari situasi paling buruk sekalipun, hanya diri sendiri.
Berkelana menghindari kesepian. Mencari persinggahan penat atas semesta. Akan tetapi, semua terasa begitu sia-sia. Langit menggelap saat lelaki berpenampilan lusuh itu memasuki pekarangan rumah bergaya classic modern. Kakinya melangkah memasuki pintu utama rumah.
Langka. Benar-benar pemandangan langka. Manik mata Alder menangkap kedua orang tuanya di ruang keluarga. Masih segar di ingatan Alder, bagaimana keduanya selalu disibukkan dengan pekerjaan. Seolah tidak ada kata lain dalam hidup mereka, selain bekerja.
"Alder? Kenapa pulangnya telat, Nak?" Tamara—ibu Alder yang menyadari kepulangan putra semata wayangnya.
Disusul dengan Rizal—ayah Alder mengalihkan atensi dari laptop di hadapannya. "Mukamu kenapa?"
Haruskah Alder bersyukur? Bersenang hati? Setidaknya Rizal menyadari ada yang berbeda dari bentuk wajah putranya. Berbeda dengan Tamara yang langsung menunjukkan air muka khawatir.
Tidak menjawab ucapan orang tuanya, Alder kembali berjalan mendekat. Ada rasa canggung terbesit dalam hatinya. Satu tangan Alder membuka ransel sekolah, dan mengeluarkan sebuah amplop putih. Ia melempar pelan amplop itu ke atas meja berbahan kaca.
"Apa ini?" Rizal menaikkan sebelah alisnya saat melihat logo SMA Nusa Indah di sudut amplop.
Pria paruh baya itu mengambil amplop dan membacanya. Mata teduhnya tak lepas dari deretan huruf di lembaran kertas. Seketika matanya membulat sempurna. "Surat pemanggilan orang tua? Skorsing?" Rizal terkejut membaca surat itu.
Sama halnya, Tamara juga tampak terkejut. "Kamu buat masalah?"
"Nggak. Sekolah cuma mau tau, aku punya orang tua atau nggak," ucap Alder tanpa ekspresi.
Bibir Rizal mengatup. Amarahnya timbul setelah mendengar ucapan Alder. Rizal membuang asal surat itu, lalu bangkit dari duduknya.
"Ngapain kamu di sekolah sampe papa dipanggil?" geram Rizal tak tahan. Dadanya naik turun tidak beraturan.
"Nggak ngapa-ngapain."
Baru saja Rizal ingin marah kembali, Alder sudah meninggalkan ruang keluarga. Emosi Rizal benar-benar menyentuh babak puncak.
"Jangan kurang ajar, Alder! Papa belum selesai bicara!" teriak Rizal.
Dengan siapa pun itu, Alder tetaplah Alder. Ia terus berjalan menuju kamarnya, seperti tidak terjadi apa-apa. Tak menghiraukan teriakan Rizal sedikit pun. Alder membanting pintu kamar sebagai wujud ketidaksukaannya.
Ingin sekali Rizal menghampiri Alder kalau-kalau Tamara tidak menahan. Sebab, sikap putranya sangat tidak sopan. Tamara berusaha menenangkan suaminya. Berusaha memberi pengertian tentang Alder. Biar bagaimanapun juga, Alder tetap putranya. Apa lagi Alder masih remaja, sikap dan kontrol dirinya masih perlu dibimbing.
***
Pagi menjelang. Sang surya sudah keluar dari tempat persembunyiannya. Seorang lelaki masih bergelung di balik selimut tebal. Ia tak terusik barang sedikit pun pada sinar matahari yang berusaha menyelinap melalui sela-sela tirai jendela.
Kelopak matanya terbuka dengan paksa, kala seseorang terus memanggil dari luar sembari mengetuk pintu kamar. Dengan malas, ia segera beranjak dari zona nyamannya untuk membersihkan diri. Suaranya yang masih serak ia keluarkan, agar orang di luar itu tak terus memanggil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senyum Senja Kala
Teen Fiction(FOLLOW SEBELUM BACA) -Ketika senyummu tenggelam bersama senja- Adakah yang lebih menyakitkan daripada ditinggal oleh orang yang disayang? Itulah yang dirasakan oleh Alder Cakrawala. Kehilangan orang yang disayang, membuat pribadi Alder berubah menj...