Jangan lupa untuk vote dan coment jika kalian suka sama cerita ini yaaa:)
Sertakan kritik dan saran kalian.
Selamat membaca teman-teman❤️
3. Rasa Yang Hilang
Hidup dan masalah selalu beriringan. Seolah masalah hal wajib dalam hidup, dan manusia dituntut dewasa dalam menyikapinya.
"Bunuh diri itu nggak akan menyelesaikan masalah. Dengan kamu bunuh diri, yang ada melahirkan masalah baru. Merepotkan."
Sebuah suara menusuk indra pendengaran Alder. Suaranya begitu asing, Alder belum pernah mendengar sebelumnya.
Alder tercenung. Siapa yang sudah berani mengusik ketenangannya? Perlahan ia membalikkan badan seratus delapan puluh derajat. Tepat di hadapannya berdiri seorang gadis berambut sepunggung yang digerai, bentuk wajahnya oval, dan ... cantik.
Gadis itu tersenyum lembut dan berjalan mendekat ke arah Alder. Ia menautkan jari-jarinya di belakang tubuh mungilnya.
"Kamu pengin jadi siswa SMA Nusa Indah yang terkenal karena bunuh diri di rooftop sekolah?" tanya gadis itu. Suaranya sedikit tersamarkan oleh hembusan angin.
"Kamu geseran, deh, ini di ujung banget." Gadis itu menarik ujung seragam Alder.
"Kelas XII IPA-4, 'kan? Sering liat kalo jam olahraga." Tangannya terulur ke hadapan Alder lalu berkata, "Sweethella."
Alder hanya menatap datar ke arah tangan itu, tanpa berniat membalasnya.
Melihat niat baiknya tidak dibalas, Thella mengepalkan tangannya. Ia menjatuhkan kembali tangannya ke sisi tubuh. Thella melirik singkat name tag yang tersemat di dada kanan lelaki itu. Alder Cakrawala, pikirnya.
Thella berdeham pelan, untuk menghilangkan rasa canggungnya. "Selama masih hidup, akan selalu banyak masalah yang menghampiri. Sebesar apa pun itu, jangan pernah kepikiran untuk bunuh diri lagi, ya," pesan Thella.
Tatapan Alder semakin sengit, air mukanya sangat dingin. Gadis di hadapannya ini sangat menggangunya. Alder tak mengerti apa yang ada di pikiran gadis itu. Ia lantas memilih untuk meninggalkan tempat ini. Namun sebelum benar-benar menghilang, ia menolehkan wajahnya sembilan puluh derajat.
"Gue bukan orang bodoh yang mau bunuh diri," tegasnya.
Hembusan napas Thella terasa berat, tenggorokannya terasa kering. Tangannya meremas ujung rok abu-abu miliknya. Perkataan Alder sungguh menamparnya.
***
Suasana kelas XII IPA-1 sangat hening. Bukan, bukan karena tidak ada orang di dalamnya, melainkan mayoritas murid disibukkan dengan membaca buku. Padahal kegiatan belajar mengajar baru akan dimulai lima belas menit mendatang. Begitulah keadaan kelas unggulan setiap hari, sedikit berbeda dengan kelas regular.
Thella berjalan gontai memasuki kelasnya. Dari ambang pintu, ia bisa melihat Fillea—sahabat sekaligus sebangkunya sedang membaca buku. Gadis keturunan Chinese itu tampak fokus membaca deretan huruf di bukunya.
Kehadiran Thella membuat Fillea sedikit menoleh ke arahnya. Thella meletakkan ransel berwarna cokelatnya ke atas meja, lalu duduk di kursi kosong sebelah Fillea.
"Serius banget, sih," goda Thella.
"Tumben lo baru dateng. Dari mana aja?" tanya Fillea seraya menutup bukunya.
"Dari rooftop. Aku baru tau Fel, kalo sekolah kita ada rooftop-nya," jelas Thella menopang dagu dengan satu tangannya.
"Astaga! Dua tahun lebih lo sekolah di sini dan baru tau ada rooftop? Lo selama ini ngapain aja? Bertapa di Gunung Huaguo bersama kera sakti?" kaget Fillea. "Eh, bentar. Lo bilang tadi ke rooftop? 'Kan jam sembilan pintunya baru dibuka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Senyum Senja Kala
Teen Fiction(FOLLOW SEBELUM BACA) -Ketika senyummu tenggelam bersama senja- Adakah yang lebih menyakitkan daripada ditinggal oleh orang yang disayang? Itulah yang dirasakan oleh Alder Cakrawala. Kehilangan orang yang disayang, membuat pribadi Alder berubah menj...