Jangan lupa untuk vote dan coment jika kalian suka sama cerita ini yaaa:)
Serta berikan kritik dan saran kalian.
Selamat membaca teman-teman❤️
1. Semuanya Berakhir
Kamu satu, dan satu-satunya. Tidak akan pernah tergantikan.
Sosok lelaki berpostur tinggi, berkulit putih, berambut lurus, dan berparas tampan tampak memasuki sebuah rumah sakit. Tangannya membawa se-bucket bunga mawar putih dan satu bingkisan buah segar. Kakinya melangkah cukup lebar di sepanjang lorong rumah sakit. Sesekali lelaki itu tersenyum kecil ketika berpapasan dengan beberapa pekerja rumah sakit. Sangat kecil, bahkan senyumnya nyaris tidak terlihat.
Langkah kakinya berhenti di depan ruang ICU. Sebelum masuk, lelaki itu menarik napas lalu membuangnya perlahan. Tangannya tergerak membuka knop pintu. Senyumnya tergambar di kedua sudut bibir kala sorot matanya menangkap dua objek di dalam sana. Matanya yang teduh terlihat berbinar. Ia masuk ke ruangan lebih dalam, tak lupa untuk menutup pintu terlebih dahulu.
"Halo, Tante," sapanya tersenyum semringah. Ia meletakkan bingkisan buah itu ke atas nakas.
"Hai, Der ... kok udah pulang sekolah?" tanya wanita paruh baya itu kepada lelaki—yang diketahui bernama Alder. Pasalnya, jam masih menunjukkan pukul 12.00 WIB.
"Iya, Tante. Ada rapat bulanan hari ini di sekolah," jawab Alder sopan.
Wanita itu lantas berdiri dari duduknya. "Kalo gitu tante titip Hara, boleh? Tante mau keluar sebentar," pinta Maya—ibu Hara.
"Nggak pa-pa, Tan. Tenang aja, Alder jagain," ujar Alder tersenyum kecil.
Maya tersenyum senang. Alder selalu bisa diandalkan untuk hal-hal yang berkaitan dengan Hara. Maya mendekatkan wajahnya ke pelipis Hara, lalu mengecupnya. "Sebentar ya, Sayang," pamit Maya.
Gadis yang sedang terbaring lemah di atas brankar itu mengangguk singkat. Wajahnya yang pucat dan lesu terlihat menyedihkan. Matanya yang sayu mengerjap beberapa kali. Terasa sangat berat, seolah ingin tertutup.
Setelah Maya meninggalkan ruangan, Alder duduk di kursi yang ada di sisi kanan Hara. Bucket bunga mawar putih yang sejak tadi digenggamnya, kini ia letakkan di sebelah Hara. Gadis berhidung bangir itu sangat menyukai mawar putih. Bahkan ia ingin suatu saat memiliki taman khusus bunga mawar putih.
"Kamu kenapa nggak pulang dulu?" Suara Hara terdengar melirih. Dilihat dari Alder yang masih mengenakan seragam putih abu-abu dibalut hoodie hitam, lelaki itu pasti belum pulang ke rumahnya.
"Belum. Mau langsung ketemu kamu aja," goda Alder. "Kamu udah makan?"
"Udah."
"Kapan kemoterapi lagi?"
Hara menggeleng pelan. "Aku nggak mau lagi."
Ekspresi kaget sedikit tergambar di wajah Alder. "Kenapa? Kan untuk kesembuhan kamu, Ra. Emang kamu nggak mau sembuh?"
Hara hanya diam dengan tatapan sendunya.
"Ra ... kenapa kamu kayak gini? Kamu nyerah? Kamu nggak kasian sama mama, papa, Kak Dinda, aku yang selalu dukung kamu sembuh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Senyum Senja Kala
Dla nastolatków(FOLLOW SEBELUM BACA) -Ketika senyummu tenggelam bersama senja- Adakah yang lebih menyakitkan daripada ditinggal oleh orang yang disayang? Itulah yang dirasakan oleh Alder Cakrawala. Kehilangan orang yang disayang, membuat pribadi Alder berubah menj...