#Chap 05 | • Fake Nerd •

53.7K 806 27
                                    

.
.
.

Sudah masuk minggu kedua setelah sekolah kembali dibuka. Setiap sudut sekolah disediakan tempat cuci tangan dan semua warga sekolah diwajibkan memakai masker sesuai protokol kesehatan. Dengan jumlah siswa dibawah 800 orang, jadwal sekolah dibagi 2 shift. Pagi dan sore.

Sekolah itu swasta, milik Ayah Eric tapi dikelola oleh Elbert, paman Eric.

Sekolah itu bukan sekolah yang siswa didiknya harus dari keluarga kaya, dan bukan juga hanya untuk anak pintar yang mendapat beasiswa. Sekolah itu terbuka untuk semua kalangan, syaratnya hanya satu. Sanggup membayar uang sekolah setiap bulan, maka akan diterima.

Walau sudah diperintahkan memakai masker, bukan Eric dan kawan-kawan namanya kalau menuruti. Mereka berempat tetap santai mengabaikan protokol kesehatan.

"Kalau emang mau mati, gak kena korona juga bakal mati." Rey berkata.

Yako yang tengah men-drible bola basket mendengar jelas ucapan Rey, ia langsung melempar bola itu ke kepala Rey. "Lo pernah belajar agama ga sih?! Di mana-mana harus berusaha dulu baru pasrah sama Tuhan. Jangan lo pasrah gitu aja! Harus lo jauhin yang namanya virus cina!"

"Anjim. Liur lu kena muka gue bangsat!" Vicy mengusap wajahnya kesal. Salah dirinya sendiri yang duduk dibawah Yako.

"Siapa suruh lo disitu, goblok?!"

Yako melangkah mundur, tapi Vicy kembali menggeser bokongnya mengikuti bayangan Yako.

"Panas. Lo kan tinggi, jadi gue numpang berteduh dibayangan lo." Jawab Vicy membuat Rey dan Yako geleng-geleng kepala. Padahal Vicy memiliki kulit putih diantara mereka berempat, tapi paling takut dengan sinar matahari. Sementara Yako yang paling hitam.

Rey yang tadi direcoki Yako segera membuka hpnya untuk melihat berita tentang korona. "Katanya udah ada vaksin penangkal korona." Ujar Rey sembari menatap layar hpnya. "Gak enak banget sekolah tapi harus jaga jarak. Gue gak bisa deketin ciwi-ciwi, njirr" Lanjut Rey dengan raut sedih.

"Sama."

"Setuju!"

Hening terjadi. Hanya ada suara angin lalu dilapangan basket itu dan suara dribble bola basket ditangan Yako yang sudah dilempar balik oleh Rey.

"Btw.. Eric kemana? Lama banget datangnya." Vicy masih duduk dilapangan tanpa alas demi bayangan Yako. Bersyukur Yako tak bergerak jauh.

Yako sedang bersikap baik pada Vicy, berusaha mengambil hati abang dari cewek pujaan hatinya.

Rey duduk tanpa pelindungan ditepi lapangan menjawab, "paling ngewe sama salah satu lonte sekolah. Disekolah ini kan banyak lontenya."

"Sumpah?!" Tanya Vicy dan Yako serempak. Padahal mereka sudah tau fakta itu.

"Hum'um. Gue pernah sekali di sepong ditoilet. Gila! Enak banget. Padahal masuk dimulutnya doang, belum lubangnya." Kata Rey sembari mengingat waktu sebelum libur sekolah, ia sempat dipuaskan oleh cewek seksi yang namanya Lya ditoilet sekolah. Dulu ia pernah dapat nomor Lya, sayangnya nomor itu hilang entah kemana.

"Anjirr.. Yang mana orangnya? Pengen gue gebet, supaya tiap hari gue ajak ngewe." Ujar Vicy yang memang suka berolahraga panas diranjang, tapi ia tak separah Eric.

Ia hanya akan mengajak pacarnya bersetubuh ria sedangkan Eric main hembat lubang vagina manapun, tidak peduli bahkan jika lubang itu tempat dia dikeluarkan ke dunia.

"Namanya Lya. Tapi gue belum pernah liat cewek secantik dia disekolah ini. Kayak jarang nunjukin mukanya gitu disekolah. Suka bolos mungkin. "

"Cantik banget?"

Yes, I'am Bitch! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang