Khusus untuk readers yang udh masukin YIB ke reading list ;)
.
.
.Adelya berjalan menyusuri trotoar menuju salah satu perusahan milik Evan.
Dengan uang hasil tambang minyaknya, Evan banyak mengembangkan usaha yang lain. Mulai dari bisnis perhotelan, resort, restoran, dan banyak macam lagi. Ia kaya melebihi ayahnya sendiri.
Saat Adelya memasuki lobby kantor perusahaan Evan, ia ditatap aneh oleh banyak orang.
Apa karna ia masih memakai seragam sekolah kebesaran?
Sepertinya iya.
Tak memperdulikan tatapan-tatapan itu, Adelya segera menghampiri resepsionis.
"Saya ingin bertemu CEO perusahaan ini. Evan Andrean." Ujar Adelya lantang. Sengaja supaya orang-orang yang menatapnya tadi semakin penasaran dengan dirinya.
Perempuan resepsionis itu tersenyum, terlihat dari kedutan diujung bibirnya, ia seperti menahan ketawa. "Sudah membuat janji dengan Pak Evan?"
"Belum." Jawab Adelya membuatnya menerima tatapan remeh dari orang disekitarnya.
'Kenapa ribet sekali? Biasanya pria itu yang lebih dulu mencariku tanpa banyak cincong seperti ini.' Kesal Adelya dalam hati.
Resepsionis itu tertawa kecil. Tawa yang menurut Lya tengah meremehkannya. "Maaf jika belum membuat janji, anda tidak bisa bertemu dengan beliau."
Adelya mengetuk-ngetuk kan jarinya dimeja resepsionis yang setinggi dadanya itu. Ia menatap tajam pada resepsionis itu."Bisa kau hubungi dia? Aku yakin dia akan menyuruhku datang keruangan nya saat kau mengatakan bahwa Aku Lya."
Sudah berubah menjadi Lya rupanya. Ucapan sarkatis dan prilakunya membuktikan bahwa ia bukan lagi Adelya, tapi Lya.
"Maaf, anda tidak bisa mengatur seenaknya. Pak Evan sedang sibuk dan tidak akan--"
Lya mengangkat tangan kanannya, mengisyaratkan agar resepsionis itu diam. Segera Lya mengambil hp didalam tas kucel nya dan langsung mendial nomor Evan. Tak menunggu lama, Lya sudah dapat mendengar suara Bass Evan.
"Ada apa?"
"Aku di lobby perusahaanmu. Tadinya aku ingin menemuimu, tapi kata penjaga resepsionis tidak bisa jika belum membuat janji. Jadi aku akan langsung pulang saja." Lya berkata dengan nada manja penuh drama.
"Jangan!"
Lya tersenyum menang saat mendengar ucapan Evan. Ia secara sepihak mematikan panggilan itu.
Diruangan nya, Evan menghubungi resepsionis itu dengan cepat. "Suruh perempuan itu keruangan ku menggunakan lift khusus. Sekarang!"
"Ba-baik, Pak."
Resepsionis itu beralih pada Lya yang masih berdiri dimeja resepsionis dengan gaya angkuhnya.
"Maaf sudah membuat Anda menunggu. Silahkan ke ruangan Pak Evan dilantai 30 dengan lift khusus itu." Nada bicara perempuan resepsionis itu berubah sopan. Lya menyeringai saat bertatapan dengan perempuan resepsionis itu.
Ia segera berjalan menuju lift khusus yang hanya digunakan oleh Evan. Setelah memasuki lift, Lya mengibaskan rambutnya kebelakang dengan tatapan meremehkan pada si resepsionis.
Pintu tertutup. Lya mengedarkan pandangan nya keatas, mencari kamera CCTV. Ternyata lift khusus milik Evan tidak ada CCTV-nya.
Dengan cepat Lya mengikat rambutnya asal dengan karet getah. Ia lalu mengambil seragam SMA yang ketat dari dalam tas ranselnya, dan memakainya. Seragam kebesarannya jatuh dilantai setelah ditanggalkan Lya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, I'am Bitch!
Romance✖ WARNING ✖ CERITA DEWASA!! 17+ ~~~~~~•-Ɏєѕ, Ι'αм ßi†¢н❗-•~~~~~~ AdeLya Xadiksa, menutupi sifat jalangnya dengan berpura-pura menjadi cupu disekolah. Tidak ada yang tahu jika dibalik wajahnya yang selalu menunduk itu, ada seorang jalang yang tiap m...