#Chap 08 | • I know you, Bitch •

51.4K 930 59
                                    

Sebelum lanjut kebawah, coba cek dulu dari chapter awal. Udah vote atau belum. Kalau belum, vote dulu dong!

Kasian vote nya dikit banget padahal yang baca banyak 😪

.
.
.

Eric keluar dari mobil barunya dengan bernyanyi kecil. Koleksi mobil sport nya bertambah lagi satu. Ia tebar pesona dengan menyisir rambutnya berkali-kali dengan jari. Perasaan senang dalam diri Eric membuatnya mengumbar senyum manis pada setiap perempuan yang ada.

Tak peduli guru, siswi cantik, adek kelas, ibu kantin, bahkan anak ibu kantin yang masih TK pun diberi senyum oleh Eric.

Ternyata rumusnya memang begitu. Saat perasaan senang, apapun yang dilihat pasti disenyumi. Bahkan saat kaki tak sengaja menginjak kotoran, senyum masih terus mengembang.

Tapi kalau perasaan hati sedang buruk, apapun yang dilihat pasti dicacimaki, marah-marah, sampai mau membunuh. Padahal hanya daun kering yang jatuh diatas kepala, memarahi daun tersebut sepanjang jalan. Ada orang baik yang bertanya, malah dimaki.

Bukan hanya perempuan datang bulan saja yang seperti itu. Semua orang juga sering merasakan rumus seperti itu.

Itulah rumus yang dirasakan Eric. Ia senang bukan kepalang saat ayahnya memberi uang jajan yang mampu membeli sebuah mall. Ditambah kartu kredit pemberian Evan yang ia gunakan untuk membeli mobil sport warna merah keluaran terbaru. Dan ibunya yang sudah bercerai dengan ayahnya, juga ikut membelikan apartemen mewah. Katanya sebagai hadiah untuk menyambut ulang tahun Eric yang masih 3 bulan lagi.

Orang kaya memang beda.

Bernafas saja yang keluar bukan karbondioksida, tapi rupiah.

Hidup Erico Kendrick luar biasa enak. Ayah, ibu dan kakaknya memberi apapun yang ia mau. Bahkan saat Eric tidak meminta pun, mereka akan memberi secara cuma-cuma.

Dengan tas yang hanya tersampir dibahu sebelah kanan, baju keluar dan tidak memakai atribut sekolah padahal hari senin, Eric berjalan santai seakan sekolah punya bapaknya.

Oh iya, memang punya bapaknya.

Sekolah swasta itu tidak melaksanakan upacara. Selain karna harus menjaga jarak, juga karna siswa dan siswinya hanya sedikit, kurang lebih 400 pelajar. Pasti akan kelihatan kosong sebab lapangan sekolah itu sangat besar.

Ketika akan membelokkan langkah menuju kelasnya, Erico tak sengaja melihat tas kucel yang pernah ia lihat di ruangan kantor Evan.

Dengan rasa penasaran ia mengikuti langkah seorang perempuan berambut panjang yang menyandang tas kucel itu. Sepanjang jalan mengikuti, Eric mengingat-ngingat dimana pertama kali ia melihat tas itu.

Ah! Ternyata didepan ruang kepala sekolah, saat ia tak sengaja menabrak perempuan itu. Eric mulai menerka-nerka, apa siswi yang ia sebut seperti kuntilanak itu adalah perempuan yang sama yang pernah duduk diatas meja kerja Evan?

Tapi baju seragam mereka beda. Si kuntilanak itu memakai baju seragam kebesaran. Rok sekolah saja panjangnya melewati lutut. Sedangkan si jalang bersama Evan memakai baju kekecilan yang seksi. Dan Eric tau siapa jalang yang sering memuaskan nafsu Evan, yang juga telah mengubah Evan menjadi normal. Lya.

Langkah Eric tiba-tiba berhenti. "Apa tu cewek... Lya?" Gumamnya pelan.

Eric menggeleng. Tak mungkin pikirnya. Bisa saja mereka memakai tas yang sama.

Tapi Si jalang Lya punya banyak uang. Jelas tidak akan memakai tas ransel kucel pasaran seperti yang dilihat Eric pada siswi mirip kuntilanak itu.

Yes, I'am Bitch! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang