15 - Popcorn Boy

23 2 0
                                    

“Mbak, lihat lembar jawabannya bentar ya! Mas Yoga udah minta.” Lirih Nata lebih mendekat ke sebelah Nanda, takut nanti suaranya terdengar oleh guru. Meski banyak diantara mereka yang curi-curi pandang melihat lembar jawaban temannya ataupun berbisik-bisik. Setidaknya Nata bisa mengurangi suara berisiknya kelas.

Nanda langsung menggeser lembar jawaban supaya Nata bisa melihat. Sambil terus melirik Nata dan guru pengawas yang ada di depan kelas secara bergantian. Takut jika acara sontek-mesontek mereka ketahuan. Bukan hal yang tabu lagi jika sontekan adalah salah satu rutinitas di tengah sebuah ujian. Meski beberapa ada yang mencoba menghindari hal itu dan ada juga yang menganggap mesontek adalah hal yang biasa dilakukan.

“Nat!” Nanda menyenggol lengan Nata dan langsung menarik kembali lembar jawabannya kala Pak Andi selaku salah satu pengawas ujian kali ini berdiri dari duduknya. Dengan terburu-buru Nata langsung membiarkan lembar soalnya di ambil oleh Nanda kemudian pura-pura membaca kembali soal miliknya sendiri.

“Kerjain dulu aja soal punya lo, jangan nurutin Yoga nyontek. Nanti lo sendiri yang enggak selesai ngerjain.” Bisik Nanda kepada Nata. Nanda tahu Nata membantu Yoga, tapi alangkah lebih baik jika dia menyelesaikan tugasnya dulu barulah membantu orang. Apalagi membantu dalam mesontek.

“Sulit mbak.” Jawab Nata terkekeh sambil menggaruk tekuknya yang tidak gatal. Tatapannya masih tertuju kepada lembar soal. Mencoba mencari soal yang menurutnya mudah sehingga dapat menjawab. Bagaimana bisa, sudah hampir satu jam waktu ujian dimulai, Nata belum juga mendapat separuh jawabannya. Kadangkala Nata melirik Nanda yang sepertinya biasa saja saat mengerjakan soal. Seperti tidak ada kesulitan, terbukti dengan lembar jawabannya yang sudah hampir penuh di tambah lagi dengan Nanda yang sedari tadi laris dipanggili oleh para temannya untuk mesontek. Sehingga first impression yang Nata dapat dari Nanda adalah dia pintar.

Nanda tersenyum, blak-blakan sekali Nata. “Sini coba lihat soalnya, nomor berapa? Siapa tau gue bisa.” Tawar Nanda yang segera Nata terima tanpa basa-basi. Terbukti dengan Nata yang langsung bergerak cepat membalik lembar soal untuk mencari nomor soal yang belum dia jawab. “Kalau ini menurut gue jawabannya C, tapi enggak tau kalau salah.” Jawab Nanda beberapa detik kemudian setelah membaca soal milik Nata yang dia tunjukkan.

“Makasih mbak, nanti ajarin lagi!” balas Nata tersenyum sumringah, sedangkan Nanda hanya bisa tersenyum. Ternyata memang Nata anak yang blak-blakan.

“Waktunya kurang setengah jam anak-anak. Yang sudah selesai bisa dikumpulkan. Kelas 12 di meja saya dan kelas 10 dimeja pak Andi.” Bu Ratna memberikan pemberitahuan yang berhasil membuat suasana kelas langsung gaduh, mereka mulai panik karena belum selesai mengerjakan.

“Sst…” tegur bu Ratna melihat suasana kelas yang tidak kondusif.

“Belum selesai?” tanya Nanda melirik Nata yang masih terlihat serius membaca lembar soalnya.

Nata menggeleng, “belum mbak, masih kurang.” Ucapnya menggantung, menarikan pesilnya diatas lembar jawaban. Menghitung kurang berapa soal yang belum terjawab. “Masih kurang 7.” Lanjutnya meringis.

“Mau gue bantu?” lagi-lagi Nanda menawarkan diri untuk membantu Nata berhubung waktu ujian semakin habis.

“Mbak udah selesai?” Nanda mengangguk. “Enggak mau ngumpulin? Temennya udah pada ngumpulin,” lanjut Nata melihat sekelilingnya, banyak dari kelas 12 sudah mengumpulkan ujiannya dan keluar kelas.

Nanda menggeleng. “Enggak apa, masih ada waktu untuk bantuin lo. Daripada nanti lo ngawur, kalau salah, sayang sama nilainya.” Ucap Nanda masih berikukuh dengan pendiriannya. Memang Nanda ingin membantu Nata, tapi disisi lain dia memang mencoba mengulur waktu untuk mengumpulkan ujian. Kalau Nanda mengumpulkan ujian awal maka kelas masih dipakai, tapi kalau mengumpulkan sedikit akhir maka kondisi kelas sudah sepi sehingga dia bisa leluasa belajar mata ujian selanjutnya di dalam kelas. Berbeda dengan kebanyakan temannya, mereka berebut keluar lebih awal, memilih untuk segera membeli makanan dan duduk-duduk ghibah di depan kelas.

Nata tampak mengangguk. “Yang ini mbak!” lanjutnya menunjuk nomor soal dengan pensil.

Nanda tersenyum lalu membaca soal milik Nata. “Udah semua kan?” tanyanya setelah membantu Nata mengerjakan soal.

Nata tersenyum dan mengangguk. “Terima kasih mbak.” ucapnya.

“Sama-sama, gue duluan.” Nanda bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju meja pak Andi untuk mengumpulkan ujian lalu berjalan mengambil tasnya yang ada di tempat tas dan duduk di salah satu meja kosong. Membuka buku dan membacanya. Nata tersenyum dan berdiri mengumpukan ujian. Lalu berjalan keluar kelas menemui para temannya, tak lupa tersenyum kala retinanya dan retina milik Nanda bertemu lagi.

#

Waktu berjalan begitu cepat, tidak terasa hari ini adalah hari terakhir diadakannya ujian, semua murid menyambut dengan penuh suka cita. Bahagia karena sebentar lagi akan libur, dan sedih karena mereka tidak akan kesekolah sehingga tidak bertemu dengan para temannya. Mata pelajaran ujian kali ini adalah Prakarya (Batik) dan Bahasa Jawa untuk kelas 10, Bahasa Jawa dan Kewirausahaan untuk kelas 11, serta TIK untuk kelas 12.

“Jangan lupa sontekin gue.”

"Kalau dipanggil cepet noleh.”

Lagi dan lagi kata itu selalu memenuhi telinga Nanda setiap sebelum memulai ujian, terlalu bosan mendengarnya membuatnya hanya mengangguk. Tak berminat untuk berkata panjang lebar. Seperti ujian yang sudah dilalui satu minggu ini, tepat pukul setengah 8 pagi pengawas ujian sudah datang, mengambil kocokan nomor bangku, membagikan lembar soal dan jawaban, lalu duduk memandangi setiap gerak gerik muridnya menjadi tugasnya hari ini.

“Mbak lagi?” ucap Nata terkekeh melihat Nanda yang duduk disampingnya. Heran, selama ujian ini udah 5 kali ini dia duduk bersama Nanda.

Nanda tersenyum. “Iya, kenapa? Bosen ya?”

Nata menggeleng. “Enggak kok, kan enak kalau duduk sama mbak, bisa di ajarin.”

Nanda tak habis pikir dengan Nata, lagi-lagi dia berucap blak-blak an. Seakan sudah akrab, padahal baru kenal seminggu ini.

Hening.

○○○○○○○○○

To Be Continue

-Senin, 5 Oktober 2020-

Popcorn Boy [NSHS 1] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang