18 - Popcorn Boy

30 3 2
                                    

Sekitar pukul 8 malam Nanda memutuskan untuk membuat teh hangat setelah merasakan nyeri di perutnya sudah reda. Lalu, dia kembali ke kamar. Lebih tepatnya memelipir ke kamar Aan. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, dia langsung masuk. “Ngapain?” tanya Nanda lalu menyeruput teh hangatnya.

Aan menoleh, beralih dari susunan jadwal di lembar kertasnya dan mendapati Nanda yang duduk di tepi ranjang. “Main ular tangga!” balas Aan bercanda.

Nanda langsung menatap malas Aan dan meletakkan gelas minumannya di meja samping ranjang, beralih ke ponselnya. Membuka sosial media, membuka notifikasi. Ada akun bernama rz.pranata yang mulai mengikuti. Seperti kebanyakan para perempuan lain yang memiliki tingkat kekepoan. Tak salah ada kalimat yang bilang kalau seorang perempuan sudah penasaran alias kepo maka skill stalking nya melebihi seorang intel.

Disitu Nanda melihat sebuah foto Nata menggunakan kaca mata, tersenyum tanpa melihat kearah kamera. Sepertinya Nata tipe cowok yang jarang update foto di akun instagram. Terbukti dengan kirimannya yang sedikit, ditambah lagi kebanyakan foto dirinya dan para temannya bukan sendiri.

“Kenapa lo senyum-senyum gitu?” Tanya Aan tiba-tiba berbaring di samping Nanda.

Nanda melirik Aan sekilas yang sedang bermain ponsel. “Lihat!” Nanda menunjukkan ponselnya kepada Aan.

Aan menaikkan sebelah alisnya, sedangkan Nanda langsung memasang wajah malas. “Ini cowok yang kemarin ketemu di gor, yang lo gue tanya malah fokus sama pertandingan.”

“Yaiyalah gue fokus sama pertandingannya, masa iya orang lagi lihat pertandingan malah lo ajak
ghibah.”

“Gue bukan ghibah. Cuma nanya.”

“Sama aja.”

“Tau ah…”

Nesu…nesu…” Aan mengelus bahu Nanda. Dah tahu lah sifat Nanda, kalau dia lagi ngambek terus dimanja, dia bakalan risih dan gak bakal ngambek lagi. “Terus kenapa sama cowok itu?”

“Ganteng ya.” Komentar Nanda masih melihat-lihat akun milik Nata itu.

Enggak tau kenapa mendengar Nanda memuji cowok itu ganteng ada sebuah rasa sakit yang terbesit dalam hatinya. “Ganteng itu sama kayak cantik. Kalau cantik itu relatif, berarti ganteng juga relatif.”

“Sensi banget,” toel Nanda pada lengan Aan dan langsung ikutan berbaring di sampig Aan.

“Buat diri sendiri? Bukannya tadi lo ya yang sensi.”

“Ya sorry, lo tau kan kalau cewek lagi dapet bawaannya pingin marah.” Dari samping Nanda bisa melihat Aan yang tersenyum miring. “An!” panggil Nanda memirigkan kepalanya melihat Aan.

“Hm…”

“Aan!” panggil Nanda lagi, mmebuat Aan ikut memiringkan kepalanya dan bertatapan dengannya.

“Makasih ya!”

“Makasih terus.” Jawab Aan tersenyu miring. Sudah terlalu sering Nanda berterima kasih kepada dirinya.

“Ya mau gimana lagi.”

“Ya gak gimana-mana. Sana balik ke kamar lo. Tidur. Buruan udah malam.” Aan bangkit untuk duduk, melirik jarum jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, memerintah Nanda kembali ke kamarnya. Tapi Nanda menolaknya, membuat Aan menarik kedua tangan Nanda paksa agar dia keluar dari kamarnya.

“Gue sayang banget sama lo.” Ucap Nanda tiba-tiba. Membuat Aan mengerutkan keningnya terkejut sekaligus bingung.

“Sa-sayang? Maksudnya?” tanya Aan gugup. Bagaimanapun juga cowok bisa merasakan hati yang dag-dig-dug saat dalam kondisi seperti ini.

Popcorn Boy [NSHS 1] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang