"Nda!" panggil Yoga; salah satu teman sekelas mereka yang duduk dibelakang Anggi dan Nanda.
Spontan saja Nanda, Anggi, dan Farah menoleh dan menatap Yoga dan Donny; teman sebangku Yoga yang berdiri disebelah meja Anggi.
"Udah tau nih gue, pasti Yoga minta sontekan." Sahut Anggi sudah hafal betul tabiat Yoga.
"Apaan sih Nggi, diam aja." Sahut Yoga. "Lo seruangan sama gue kan?" Tanya Yoga kepada Nanda.
"Mana gue tau." Jawab Nanda.
"Lo ruangan 19 kan?" Tanya Yoga yang diangguki oleh Nanda. "Tuhkan lo seruangan sama gue." Ucap Yoga.
"Terus kenapa?" Tanya Nanda.
"Jangan lupa sontekin gue!" Ucap Yoga tersenyum.
"Belajar sana belajar, jangan nyontek mulu." Ucap Anggi melempar buku kepada Yoga.
"Kayak lo enggak pernah nyontek aja." Ucap Donny angkat bicara.
"Tau lo!" Ucap Yoga menggebrakkan buku yang tadi dilempar oleh Anggi.
"Enggak lah, gue enggak nyontek Nanda orang kita gak sekelas." Ucap Anggi.
"Emang peduli gue? Gue ngomongnya sama Nanda bukan sama lo!" Ucap Yoga. "Ayo Don." lanjutnya mengajak Donny.
"Dasar Yoga! Awas lo ya nanti." Teriak Anggi tapi tak dihiraukan oleh Yoga yang sudah keluar kelas bersama Donny.
"Anggi, sebagai perempuan mulutnya dijaga ya. Karena--"
"Mulutmu harimaumu." sahut Nanda, hafal dengan ucapan yang sering diucapkan oleh Rifai; teman sekelas mereka, duduk bersebelahan dengan Suryo sang ketua kelas, dia terkenal dengan suaranya yang merdu ketika mengaji atau sedang mengumandangkan azan di musala sekolah. Ketika yang azan adalah Rifai, rasanya batin ini tertarik untuk segera pergi ke musala. Tidak jarang pula dia mengaji disebelah Farah karena kebetulan Farah duduk sendiri. Jadi, siapa saja bebas duduk disana.
Nanda, Anggi dan Farah adalah tipikal murid 12 IPS 3 yang jarang sekali berkumpul dengan ke-11 teman perempuan sekelasnya. Mereka selalu bertiga, sehingga saat Nanda dan Anggi duduk sebangku. Farah yang mengalah duduk sendiri. Meski kadang mereka juga dekat dengan ke-11 teman cewek sekelasnya itu tapi mereka selalu merasa tidam nyaman. Kalian pasti tau kan rasanya mengobrol dengan orang yang tidak terlalu dekat dengan kalian? Pasti rasanya tidak nyaman, kita tidak bisa bebas ingin bercerita tentang apa. Beda lagi kalau kita bicara dengan orang yang teramat dekat dengan kita.
"Tuh... Nanda aja ngerti apa yang gue omongin. Benar-benar peka Nanda sama gue." Ucap Rifai.
"Pasti ada apa-apanya kalau Rifai udah ngomong gini." Sahut Anggi hafal dengan kebiasaan Rifai.
"Ya pasti ada apa-apanya. Kayak enggak tau Pai aja." Sahut Suryo tiba-tiba mengambil kursi dan duduk samping meja Anggi. Lebih tepatnya ditengah jalan antara barisan bangku satu dengan barisan bangku lainnya. Ketua kelas serasa sultan, bebas.
Rifai cengengesan. "Lo pasti seruangan sama gue kan Nda?"
"Hm... kan nomor absen lo diatas gue. Jadi ya otomatis satu ruangan." Jawab Nanda.
"Bagus deh." Ucap Pai; sapaan akrab Rifai tampak tersenyum.
"Bagus nyonteknya?" Sahut Anggi. "Kasih jawaban yang salah Nda kalau Pai nyontek. Kalau jawaban lo D bilang aja sama Pai kalau jawaban lo A."
"Lo apaan sih Nggi," ucap Pai tak terima dengan ucapan Anggi. "Jangan ikutan Anggi Nda, sesat dia."
"Lebih sesat lo lah, orang lo yang nyontek." Ucap Anggi masih bersi-kukuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Popcorn Boy [NSHS 1] [END]
Novela JuvenilAdik kelas cowok jadi pacar? Konon, masa SMA adalah masa yang paling indah. Masa pencarian jati diri dan cinta yang sesungguhnya karena masa SMA adalah masa yang bisa kita bilang masa terakhir saat remaja. Tapi, bagaimana jadinya kalau kakak kelas c...