8 -Popcorn Boy

36 2 0
                                    

Sebuah keajaiban bagi Nanda kalau dia bangun pagi lebih cepat dari Aan, biasanya meskipun dia selalu menyetel alarm di pagi hari pasti nanti dimatikan dan tidur lagi. Alarm terampuh bagi Nanda adalah omelan dari ibu ataupun neneknya di pagi hari. Terkadang Aan juga sering menggedor pintu kamar meski tidak pernah di gubris. Tapi untuk hari ini, dia berusaha melawan rasa malas di pagi hari karena di grup prodi sudah berkoar-koar, semua wajib datang pagi setidaknya bisa membantu pemeran agar saat acara sudah dimulai, semua sudah siap dan mereka bebas untuk melihat pertunjukkan dari awal hingga akhir. Hanya untuk tim inti saja yang harus rela meninggalkan acara pentas seni untuk mempersiapkan pemain seperti tim kostum, rias, dekorasi dan tata panggung.

Pagi ini giliran Nanda yang menggedor pintu kamar Aan, biar tahu rasa gimana kagetnya orang enak-enak tidur terus digedor. Jantung rasanya kayak mau copot saking kagetnya. Setelah puas mengganggu Aan, Nanda langsung memelipir ke kamar mandi yang ada di ujung lorong kamar mereka, takut tiba-tiba Aan bangun dan ngomel. Tidak lupa juga menempelkan sebuah kertas di depan pintu kamar mandi dengan tulisan huruf balok dan tebal yang Nanda sengaja. Biar menambah kesal Aan.

DI DALAM MASIH ADA ORANG, MAKANYA JANGAN MALES BANGUN PAGI BIAR MANDINYA DULUAN. INGAT, JANGAN
MALESAN!

Nanda terkekeh sendiri dengan tulisannya, sepertinya tulisan itu lebih cocok untuk dia sendiri daripada Aan. Dapat dihitung, berapa kali Nanda bangun lebih dulu dari Aan. Aan selalu bangun sekitar jam 5 pagi, sedangkan Nanda lebih sering bangun sekitar setengah 6 hingga jam 6. Tidak jarang pula dia tidak melaksanakan salat subuh yang berakhir mendapat omelan dari Ayah, Ibu, dan Nenek.

Setelah keluar dari kamar mandi, Nanda melihat pintu kamar Aan masih tertutup. Nanda memutuskan mau menggedornya lagi, tapi sebelum kepalan tangannya menyentuh permukaan pintu. Pintu kamarnya sudah terbuka, menampakkan Aan dengan handuk di leher dan rambut berantakan, berbeda jauh saat dia sedang bersekolah yang rambutnya rapi abis.

“Tumbenan lo bangun pagi?” sungut Aan melihat Nanda yang cengengesan didepannya.

“Di suruh berangkat pagi sama anak-anak,” jawab Nanda.

“Oh, bangun pagi cuma kalau ada alasan.”

“Biarin.” Nanda menjulurkan lidahya ke arah Aan.

“Udah sana masuk kamar, cepat salat. Di omelin lagi baru tau rasa.” Suruh Aan mendapat tatapan tajam dari Nanda. “Bawel!” Balas Nanda berbalik arah dan membiarkan Aan masuk ke kamar mandi.

Nanda terpaku dengan tulisan didepan pintu kamarnya, tulisan yang tadi dia tempelkan di pintu kamar mandi sekarang beralih ke pintu kamarnya. Apalagi ada tambahan kalimat yang Nanda yakini tulisan tangan Aan.

BUAT DIRI SENDIRI MBAK?

“Aan!” Geram Nanda mencabut kertas yang menempel di pintunya paksa lalu melempar kertasnya yang sudah dia kepal ke dalam kamar Aan yang lebih rapi dari kamar miliknya.

“Loh? Udah bangun?” tiba-tiba ibunya datang. Mungkin akan membangunkannya. Nanda mengangguk.

“Tumben, di bangunin Aan?”

“Enggak, bangun sendiri pakai alarm.” Ucap Nanda tak terima.

Ibu Nanda terlihat mengangguk, “Bagus, masa kalah sama adikmu.” Lanjutnya kemudian meninggalkan Nanda yang masih berdiri di depan pintu kamarnya.

#

Suasana kelas pagi ini berbeda dari biasanya, semua tampak sangat berantakan. Ada baju yang digantung di gantungan sapu, bunga-bunga di atas meja guru, bahkan alat kuda lumping berserakan di lantai. Semua anak berkumpul entah untuk apa. Nanda sendiri memutuskan untuk menghampiri Meli, Tata, Yaya, Farah, dan Uri di teras musala. Disana juga ada Vivin, Isa, Anggi dan masih banyak lagi anak murid yang memilih duduk di pinggiran musala. Hari ini mereka menggunakan seragam atas olahraga yang di padukan dengan rok/celana abu-abu. Tidak heran, memang setiap ada acara seperti ini mereka selalu mengunakan seragam olahraga.

Rek, mohon perhatian bentar.” Suara Lita menggema di koridor kelas 12 IPS, membuat seluruh murid dari kelas 12 IPS 1 hingga 12 IPS 4 langsung mengalihkan perhatiannya kepada Lita. “Gue mau tanya sama kalian, makannya sebelum prodi kita tampil atau setelah prodi kita tampil?” tanya Lita langsung membuat para murid riuh-piuh saling mengutarakan pendapat. Kubu laki-laki meminta makannya sebelum tampil, sedangkan kubu perempuan memilih makan setelah acara selesai. Tiba-tiba Bila datang dan membisikkan sesuatu kepada Lita. “Oke rek, kita makannya habis acara selesai.” Putus Lita, berhasil membuat kubu perempuan bersorak dan kubu laki-laki langsung menghela napas panjang karena keinginannya tidak terkabulkan.

Setelah memperhatikan Lita, perhatian mereka kembali fokus kepada seorang guru tata tertib yang berdiri di atas podium bersiap untuk berbicara di mikrofon. Dari kejauhan mereka sudah bisa menebak kalau guru tatib yang ada di atas podium itu adalah Bu Warda tanpa h selaku penanggung jawab pentas seni bulan bahasa tahun 2018. “Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh, selamat pagi anak-anak. Di sini ibu hanya ingin memberi tahu, acara pentas seni kita dimulai pukul 7 pagi, kurang 30 menit dari sekarang. Di mohon untuk semua mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan penampilan kalian. Sekian dari saya, terima kasih atas waktunya. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh.”

Pengumuman dari bu Warda langsung di sambut riuh oleh seluruh murid sekolah, banyak dari mereka langsung memencar dari prodi mereka untuk mungkin hanya sekedar ke koperasi untuk membeli air putih, pia kacang hijau, pia coklat atau jajanan lainnya kecuali gorengan. Spesial untuk hari ini koperasi dan kantin tidak buka sehari penuh. Karena nanti akan ada bazar anak OSIS di parkiran, jadi kita kalau beli makan atau minum di situ. Termasuk Nanda yang
mengajak Uri pergi ke koperasi membeli pia coklat. Beserta jajanan titipan para temannya. Sekalian jalan katanya, padahal bilang aja kalau mager.

Di sisi lain, Nata tampak berjalan gontai sembari sesekali menutup mulutnya karena menguap, tadi malam memang Nata pulang dari sekolah sekitar pukul setengah sembilan. Sesampainya di kos bukannya langsung istirahat, Nata malah mabar bersama teman sekost hingga tengah malam. Alhasil, hari ini dia datang ke sekolah pagi hari dengan keadaan mengantuk. “Maaf-maaf!” Ucap Nata saat dirasa tangannya yang sedang meregang menyenggol sesuatu yang Nata lihat adalah tangan seseorang yang kebetulan berjalan disampingnya.

Nanda yang sedang asyik berjalan sembari bergurau dengan Uri terkejut karena tidak sengaja tangannya tersentuh orang lain, dilihatnya seorang cowok adik kelas sedang menatapnya meminta maaf karena tidak sengaja menyenggol tangannya. “Iya enggak papa,” lanjut Nanda.

Nata tersenyum, “makasih mbak,” ucapnya melirik seragam olahraga miliknya, kebetulan dalam setiap angkatan warna olahraganya berbeda, diakibatkan pergantian warna seragam yang tidak kunjung finalisasi, untuk kelas 12 perpaduan abu-abu dan sedikit warna kuning dibagian pinggang, kelas 11 warna biru muda dan navy, kelas 10 warna biru muda, navy, dan sedikit garis oren.

Nanda tersenyum dan melanjutkan perjalanannya bersama Uri menuju koperasi. Sedangkan Nata langsung melengos pergi menuju kelasnya. Takut di cari teman-temannya. Lagian Nata harus bersiap untuk penampilan prodi 10 IPS di urutan ke 4.

“Kemana aja lo Nat? di cari tim dekorasi.” Sapa salah seorang teman sekelas Nata yang dijawab anggukan oleh Nata. “Habis mabar? Kelihatan capek banget.” Tebak teman Nata itu karena melihat raut wajah Nata yang terlihat lelah dan ngantuk. Lagi-lagi Nata hanya membalas dengan anggukan kepala. “Tau ah Nat, malas ngomong sama orang ngantuk!” Lanjut teman Nata meninggalkan Nata.

#

○○○○○○○○○○

To Be Continue

-Jumat, 25 September 2020-

Popcorn Boy [NSHS 1] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang