22 - Popcorn Boy

21 2 0
                                    

"Kok sepi?" Tanya Nanda mengikuti Aan yang sedang memasukkan sepeda motornya.

Aan menggidikkan bahu. "Mana gue tau, gue juga enggak pulang kerumah."

Nanda meletakkan helm disembarang tempat. Lalu berlari kedalam rumah.

"Helmnya jangan ditaruh sembarang tempat. Dimarahin nenek nanti!" Teriak Aan mengingatkan Nanda yang sudah berlari masuk rumah.

"Gue mau ke kamar mandi." Balas Nanda tak kalah teriak.

Aan mendengus, lalu meletakkan helm Nanda ke tempatnya. Tak lupa membawa kresek yang ada digantungan motor. "Beli apaan sih nih anak." Ucap Aan membuka kresek itu. "Doraemon lagi." Ucapnya berlalu kedalam rumah saat tahu kalau yang dibeli Nanda adalah sebuah celengan doraemon. Aan sendiri kadang merasa bosan melihat doraemon. Dikamar Nanda sudah banyak sekali pernak-pernik doraemon. "Celengan lo!" ucap Aan meletakkan celengan yang Nanda beli diranjang Nanda.

Nanda menoleh. "Oh iya lupa."

"Buat apa beli celengan? Emang mau nabung?"

"Enggak tau, lucu aja." Jawab Nanda.

"Dasar." Balas Aan menoyor kepala Nanda pelan. "Kalau ibu lo tahu, pasti dimarahin habis-habisan."

Nanda melirik Aan sinis. "Kalau ibu tau berarti lo yang kasih tau."

"Enak aja. Ibu lo kan bisa masuk kamar lo sendiri dan lihat itu celengan."

"Iya juga sih, yaudah biarin juga."

Aan melirik Nanda, lalu pergi keluar kamar Nanda menuju kamarnya.

#

"Dari mana Nat?" Tanya Papa Nata melihat Nata baru masuk kedalam rumah.

"Dari pergi sama teman."

"Udah makan?" lanjut mamanya bertanya.

"Udah, Nata kekamar dulu." Jawab Nata langsung berjalan menuju kamarnya.

Nata tersenyum sesampainya dikamar. Ternyata begini rasanya diperhatikan sama orang tua. Begini saja Nata bisa bahagia. "Dompet gue masih dimotor." Ucap Nata mengingat kalau dompetnya masih ada didalam jok motor. Tanpa pikir panjang Nata langsung kembali ke motornya untuk mengambil dompet.

"Makasih ya pa, ma." ucap Davina melirik papa dan mamanya bergantian. "Mama sama papa sudah mau perhatian ke mas Nata." Lanjutnya.

Deg. Ternyata semua itu hanya karangan belaka padahal Nata sudah senang sekali karena mendapat perhatian dari mama papanya. Tapi rasa senang itu kembali menjadi sakit kala Nata tahu kalau itu semua karena permintaan Davina. "Mama sama papa lebih baik enggak usah perhatian sama aku kalau memang enggak tulus dari hati!" Ucap Nata berjalan kearah motornya untuk mengambil dompet.

"Maksud perkataan kamu tadi apa Nat?" Tanya papa kala Nata kembali masuk kedalam rumah.

Nata tersenyum miring. "Nata udah tau semua kok. Papa sama mama perhatian sama aku karena disuruh Davina? Cih, aku gak nyangka bisa sesedih ini hidupku." Ucap Nata berdecih. "Dan buat lo Dav! Lo gak perlu nyuruh papa sama mama perhatian sama gue. Itu semua malah bikin hidup gue makin sedih terhitung semenjak ada lo!" lanjut Nata langsung meninggalkan papa dan mamanya yang dia. Sedangkan Davina yang menunduk tak berani menatap kakaknya itu.

"Argh...." teriak Nata melempar bantalnya kearah tembok. Berlanjut memukul tembok dengan tangannya yang terkepal. Tidak peduli dengan punggung tangannya sakit. Emosi membuatnya tidak peduli dengan sakit.

#

"Udah ngerjain sejarah belum Nan?" Tanya Suryo menodong Nanda yang baru saja masuk kedalam kelas. Nanda langsung mengerutkan kening,

"Sejarah ngerjain apa?" lanjut Nanda balik bertanya. Setaunya Sejarah tidak ada tugas.

"Lah... lo pura-pura enggak tau apa emang gak tau?"

Nanda menggeleng. "Gue enggak tau kalau ada tugas sejarah."

"Ye gimana sih, tugas tambahan nilai kemarin masa lupa." ledek Suryo memukul lengan Nanda dengan penggaris yang dia bawa.

"Udah sana lo, gue juga mau ngerjain." Usir Nanda kepada Suryo yang duduk dibangkunya.

"Beneran lo belum ngerjain?" tanya Anggi digelengi oleh Nanda. "Tumben." Lanjutnya lirihnya.

Akhirnya Nanda bisa bernapas lega. Tugas sejarahnya sudah selesai. Baru kali ini Nanda merasa panik karena tugas. Untung tugas kali ini tidak terlalu sulit dan banyak sehingga Nanda bisa mengerjakannya tepat waktu sebelum bel masuk berbunyi. Mengingat memang tugas ini adalah tugas tambahan nilai.

"Lo tumbenan enggak nugas?"

Nanda menoleh, "gue juga gak tahu. Seingat gue sejarah enggak ada tugas." Ucapnya menjawab pertanyaan Anggi.

Drttt...

Vivin :

Ada adik kelas BI tiba-tiba nge DM gue nanyain lo!

Nanda membaca pesan dari Vivin dalam hati.

Nanda :

Anak BI nanyain gue? Siapa?

Vivin :

Mengirim gambar...

Nanda tersenyum melihat gambar yang dikirim Vivin. Itu Nata.

Nanda :

Nanyain apa aja?

Nanda tersenyum kala Vivin mengirimkan pesan suara kepadanya, bercerita tentang Nata. "Dia tanya gue kenal lo atau enggak, gue jawab gue kenal lo mulai dari kita masih siswa baru bahkan kenal dekat banget. Nanya-nanya gitulah, yang paling bikin gue terkejut. Dia nanya lo punya pacar atau enggak. Ya gue jawab dong dengan jujur tanpa ada kebohongan kalau lo enggak punya pacar bahkan belum pernah punya pacar. Nanti gue screenshot DM gue sama dia, terus gue kirim ke lo."

Nanda :

Oh

Vivin :

Kok cuma oh? Lo kenal?

Nanda tak berhenti tersenyum, dia mulai bercerita kepada Vivin kalau Nata adalah adik kelas BI yang mendekatinya. Nanda juga bercerita kalau Nata pernah mengajaknya jalan, Vivin sempat marah karena Nanda telat bercerita. Penceritaan Nanda dan Vivin terpaksa berhenti kala bel masuk telah berbunyi.

○○○○○○○○

To Be Continue

-Sabtu, 10 Oktober 2020-

Popcorn Boy [NSHS 1] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang