6 - Popcorn Boy

35 1 0
                                    

#

Seperti permintaan tolong ibu Nanda tadi, setelah selesai salat isya' Aan pergi menuju sekolah Nanda karena sedari tadi Nanda belum juga memberi kabar. Sehingga Aan memilih untuk menjemput. Sesampainya Aan di sekolah Nanda, dia memarkirkan sepeda motor samping pos satpam, duduk di pinggir pos satpam.

“Nyari siapa mas?” tiba-tiba seorang laki-laki berseragam security menghampirinya.

Aan tersenyum, “didalam masih banyak murid pak?"

Satpam itu melirik parkiran sepeda yang terjangkau dari pandangannya dan mengangguk. “Kalau dilihat dari banyaknya sepeda sih masih banyak. Mas lagi nyari siapa?”

“Nyari teman saya pak, ditelpon gak bisa padahal udah malam.”

“Emang iya mas, kebanyakan dari mereka sedang menyiapkan buat penampilan bulan bahasa besok, jadinya lembur.” Aan tersenyum mendengar penuturan pak Satpam yang dia ketahui namanya Agus dari name-tag seragamnya. “Emang teman mas kelas berapa? Jurusan apa?”

“Kelas 12 IPS 3 kalau gak salah pak,” jawab Aan.

“Namanya siapa?”

“Nanda.”

“Oh cewek ya, pasti pacarnya?”

“Bukan kok pak,” Aan menggeleng tersenyum. Tiba-tiba pandangannya teralihkan karena ada sebuah mobil pick-up berhenti di depannya tepat ditengah gerbang. Diikuti oleh pak Agus yang tersenyum kepada salah seorang cowok yang Aan yakini adalah seorang murid karena menggunakan celana abu-abu dan kaos hitam.

“Nanti bapak tanyakan, kebetulan yang datang kelas 12 IPS.” Ucap pak Agus meninggalkan Aan menuju mobil pick-up yang baru saja datang sembari membawa sebuah patung ogoh-ogoh.

Aan memperhatikan mobil itu hingga masuk kedalam lingkungan sekolah dan berhenti di depan pintu masuk utama aula.

“Udah saya pesankan mas, bentar lagi pasti teman mas nyamperin.”

“Makasih pak,”

Pak Agus mengangguk, “yasudah saya tinggal mas, saya mau bantu anak-anak itu.” Pamitnya berlalu meninggalkan Aan seorang diri.

#

Nanda dan para murid cewek lainnya sedang sibuk berkutik dengan susunan bunga plastik yang akan digunakan untuk hiasan besok. Hari ini mereka harus menyelesaikan kewajiban mereka. Nanda sendiri tidak sempat mengecek ponselnya yang dia taruh didalam tas.

“Nanda!” panggil Suryo masuk kedalam kelas. Nanda menoleh setelah mendengar panggilan yang berasal dari Suryo. “Ada yang nyari di pos satpam.”

“Kata siapa?” balas Nanda balik bertanya karena kurang percaya dengan ucapan Suryo, takut Suryo hanya mengerjai. Karena sekalinya Suryo ngerjain orang, pasti parah.

“Di bilangin gak percaya. Yaudah terserah, yang penting gue udah sampaikan.” Suryo menggidikkan bahu acuh lalu berjalan ke kelas sebelah untuk melihat latihan tari murid cowok.

“Udah samperin aja Nan, siapa tahu itu anak enggak bohong.” Ucap Uri yang duduk disampingnya. “Apa perlu gue antar?” tawar Uri.

Nanda mengangguk, “boleh, lo tunggu disini aja ya Far,” lanjutnya melirik Farah. Hari ini dia, Uri, dan Farah membantu tim dekorasi untuk menyusun bunga sebagai tata panggung besok pagi. Anggi, Yaya, dan Tata kebagian tugas untuk membantu tim kostum sedangkan Meli sebagai tim penari karena memang meskipun Meli cerewet dan banyak tingkah, dia punya bakat dalam bidang tari sejak dia duduk di bangku sekolah dasar.

“Mau kemana?” tanya Vivin saat melihat Uri dan Nanda melintas di depannya.

“Mau ke pos satpam bentar.” Jawab Nanda.

Vivin mengangguk, “yaudah, gue lanjut dulu.” Lanjutnya sambil membawa sebuah kotak berwarna merah jambu yang diyakini adalah kotak perlengkapan make-up.

Vivin Pratyas, salah satu teman dekat Nanda mulai dari awal masuk SMA. Dulu saat mereka satu kelas di IPS 1, duduk sebangku. Kemana-mana selalu bersama. Sempat dulu saat selesai pelajaran olahraga, Nanda lupa membawa ikat pinggang untuk rok seragamnya karena kebetulan seragam batik sekolahnya belum jadi. Oleh karena itu, Vivin meminjamkan ikat pinggangnya kepada Nanda. Kalau Nanda memakai seragam putih-putih, dia harus memakai ikat pinggang agar tidak mendapat pelanggaran. Kecuali jika sedang menggunakan baju batik, karena penggunaan baju batik dikeluarkan. Dari situlah hubungan mereka semakin akrab hingga terjalin sampai saat ini meski berbeda kelas. Disamping itu, saat di sekolah mereka jarang bertemu, tapi jika di rumah mereka selalu ber-chat-ria membicarakan cogan yang ada di SMK Taruna. Awalnya Nanda tidak suka dengan cowok SMK Taruna, karena seragamnya yang press-body, sehingga sering kali di sebut lepet. Tapi karena setiap hari selalu membahas topik mengenai para lepet bahkan selalu mengirim foto lepet membuat Nanda berubah pikiran, yang awalnya tidak suka menjadi kagum. Sampai akhirnya Nanda baru ingat kalau dirinya punya teman di SMK Taruna, namanya Tama Akbar yang membuat Vivin semakin bersemangat membicarakan para lepet hingga malam, tidak jarang sampai dini hari. Pernah dulu, mereka tidak ada henti-hentinya membicarakan lepet. Mulai dari teman Nanda si Tama hingga mantan gebetan Vivin yang sudah berpacaran dengan cewek lain yang Vivin dan Nanda sebut si gondal-gandul. Ya entah kenapa mereka bisa mendapat julukan seperti itu. Apalagi ditambah lagi sekarang anak teman ayahnya Nanda yang notabennya termasuk salah satu lepet tinggal di rumah Nanda. Lengkap sudah perbincangan Nanda dan Vivin tiap hari. Oh
iya, kali ini Vivin kebagian di tim Tata Rias, cita-citanya adalah menjadi seorang pramugari yang menuntutnya harus memiliki kemampuan rias. Padahal dulu cita-citanya ingin menjadi seorang polwan.

Kembali ke topik awal, Nanda dan Uri melanjutkan perjalanan mereka melewati koridor sekolah dan lobi guru untuk membawa mereka ke pos satpam. Dari kejauhan Nanda melihat siluet seorang cowok yang sepertinya Nanda kenal.

“Siapa Nan?” tanya Uri menyipitkan matanya karena cahayanya remang-remang berwarna kuning.

Nanda mengangkat bahunya tidak tau, lalu berjalan mendekati cowok itu. “An!” panggilnya ragu-ragu tapi dia yakin kalau yang menunggunya adalah Aan.

Aan menoleh dan melihat Nanda, ada seulas senyum merekah di bibir tipisnya.

Nanda menanyakan apa tujuan Aan kesini, dan Aan menjawabnya kalau dia di suruh ibu Nanda untuk menjemputnya karena enggak bisa ditelpon sejak tadi. “Sorry, hp gue ditaruh di tas jadi enggak tau. Tapi mungkin aja lowbat karena lupa gak gue charge.”

“Yaudah ayo pulang, sudah malam. Mbah sama budhe nungguin lo di rumah.”

“Lo pulang aja dulu, gue masih belum selesai.” Jawab Nanda mendapat tatapan curiga dari Aan. “Beneran gue enggak bohong, kita belum selesai kan ya Ri merangkai bunganya?” lanjutnya melirik Uri disampingnya.

Aan mengangguk, “Oke, kalau gitu gue bakal tunggu. Enggak lama kan?”

Nanda dan Uri terkejut dengan jawaban Aan, Nanda melirik Uri. “Tapi jangan nunggu disini, kayak orang hilang.” Ucap Uri mendapat tautan alis bingung dari Nanda dan juga Aan.

“Maksud gue lo tunggu di koridor aja jangan di pinggir jalan gini. Motor lo taruh situ aja.” Tunjuk Uri pada parkiran motor yang setiap harinya khusus untuk guru. “Udah cepat, gue sama Nanda sibuk.” Geram Uri.

Dengan sedikit cepat Aan memindahkan motornya sesuai dengan perintah Uri sedangkan Nanda menemui satpam meminta izin membawa Aan masuk ke dalam lingkungan sekolah. Bagaimanapun juga Aan bukan murid sekolah ini, jadi harus tetap menjaga.

“Lo nunggu disini atau gimana? Kelas gue ada di koridor itu!” ucap Nanda menunjuk koridor kelasnya.

“Itu musala?” tanya Aan melihat sebuah ruangan yang tidak kalah terang. Nanda mengangguk. “Gue tunggu disitu aja, sambil rebahan.” Ucapnya cengengesan membuat Nanda dan Uri heran.

“Terserah lo, gue mau ke kelas dulu.”

“Jangan lama-lama,” ucap Aan sebelum Nanda dan Uri kembali ke kelas untuk melanjutkan tugas mereka yang sempat tertunda.

○○○○○○○○○○

To Be Continue

-Sabtu, 19 September 2020-

Popcorn Boy [NSHS 1] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang