#
Bolak-balik mengecek dekorasi hingga kelelahan sudah Nata lakukan. Sekarang giliran dia duduk sejenak menghilangkan lelah.
“Nat, ini gue serahin ke tata panggung ya?” Ucap salah seorang teman Nata sembari membawa dekorasi.
Nata mengangguk, “iya serahin aja.” Lanjutnya melirik jam dinding.
“Bentar lagi siap-siap aja disuruh pulang.” Nata melirik Geri disampingnya dan mengangguk.
Sudah biasa, kegiatan disekolah ini maksimal jam 8 malam. Kalau anak laki-laki maksimal jam 9 malam, tapi kalau ada anak perempuan ya gitu.
#
Sudah setengah jam Aan menunggu Nanda di musala, perutnya sudah berbunyi beberapa kali karena tidak sempat makan. “Lama banget sih itu anak!” geram Aan melihat koridor kelas Nanda yang masih ramai oleh murid lalu-lalang, sibuk dengan urusan masing-masing. Aan kembali membuka game online berharap dapat mengusir rasa bosan yang melanda sebab menunggu Nanda.
#
“Gue pulang duluan!” ucap Nanda kepada teman-temannya berpamitan. Karena hari sudah malam membuat dia kepikiran dengan Aan yang sedang menunggu dan juga mbah serta kedua orang tuanya di rumah. Apalagi, sebentar lagi juga akan di usir untuk pulang dengan pak satpam karena sudah terlalu malam. 1 2 3, “anak-anak sudah malam, segera beberes dan pulang. Kalau enggak bapak kunci disini.” Belum juga semenit selesai bicara, eh sudah terlaksana ucapannya.
“Iya pak, bentar….” Jawab semuanya kompak.
Nanda mengurungkan niatnya untuk pulang duluan karena dia membantu temannya untuk membereskan semua kebutuhan untuk penampilan besok. “Teman-teman, besok kalau bisa datangnya pagian ya, biar bisa bantu buat penampilan.” Ujar sang ketua bubas sebelum semuanya membubarkan diri untuk pulang kerumah dan merehatkan tubuhnya setelah beraktivitas hampir seharian.
Selesai beberes, Nanda memisahkan diri dari para temannya untuk menemui Aan di mushala. Nanda melihat Aan duduk di teras musala sambil bemain ponsel. “Ayo pulang!” kaget Nanda tiba-tiba duduk di samping Aan. "Anj…" umpat Aan tertahan karena teringat kalau dirinya sedang berada di tempat ibadah. “Mau apa? Mau ngumpat di musala.” Ucap Nanda mengintimidasi. “Enggak jadi, lo sih ngagetin gue, gue kan lagi serius main.” Omel Aan mendapat cengiran kuda.
Krucuk
Aan langsung tersenyum ke arah Nanda. “Lapar pak?” tanya Nanda cengengesan menatap raut wajah Aan yang terlihat malu. “Gak sempat makan gue, gara-gara lo belum pulang.” Blush… pipi Nanda terasa panas mendengar jawaban dari Aan, tidak disangka ternyata Aan juga khawatir dengannya. “Utututu… kita makan dulu ya sebelum pulang, gue traktir.” Ajak Nanda yang
langsung mendapat persetujuan dari Aan. “Yaudah, ayo!” lanjut Nanda menarik pergelangan Aan untuk bamgkit dari duduknya.“Lo antar gue ke parkiran, baru lo ambil motor lo.” Aan menaikkan alisnya, “kan parkiran lo dekat sama gerbang keluar bege!” geram Nanda.
“Kita naik motor sendiri-sendiri saat mau makan?” tanya Aan.
“Ya enggak, kayak orang lagi marahan aja. Kita pulang dulu, taruh motor gue terus pergi
makan.”“Kenapa enggak sekalian aja makan di rumah?”
“Enggah, pingin makan di luar. Tapi diam-diam aja waktu pulang. Nanti gak dibolehin makan di luar.”
“Oke, terus kenapa pakek motor gue?”
“Karena bensin motor gue tinggal dikit, males ngisi." tawa Nanda.
“Dasar tai lo, sekolah enggak ada 1 kilo meter aja.” Umpat Aan gemas. Nanda dan Aan memilih makan nasi goreng di pinggir jalan depan kantor kecamatan, setelah mereka kembali ke rumah untuk mengantar sepeda motor Nanda. Sesekali melihat sekitar mereka, “enggak terasa ya,” ucap Aan tiba-tiba. Nanda melirik Aan, mengerutkan keningnya.
“Udah setengah tahun aja,”. Nanda tersenyum, benar apa yang di bilang Aan. Tidak terasa mereka berdua sudah saling kenal setengah tahun. Nanda ingat betul, pertama kali Aan datang ke rumahnya adalah bulan Februari tepat tanggal 19 setelah ulang tahun ke-16 Nanda di tanggal 12 Februari. Karena itulah Nanda selalu ingat kapan pertama kali dia dan Aan bertemu. Kalau diingat, terkesan sangat freak sekali awal pertemuan mereka.
Sore itu Februari 2018, senin tanggal 19 langit nampak berwarna kelabu dan menurunkan air cukup deras, Nanda yang memutuskan memilih untuk segera pulang karena tak membawa jas hujan akhirnya basah kuyup. Sesampainya dirumah, saat dia baru saja masuk lewat pintu belakang karena basah sempat melirik ada beberapa cangkir dan toples di meja ruang tamu.
“Habis ada tamu siapa Bu?” tanya Nanda melihat ibunya sedang berada di dapur.
“Ada teman ayah, nganter anaknya kesini.” Jawab ibunya menoleh kearahnya. “Enggak bawa jas hujan lagi?” lanjutnya melihat Nanda yang basah kuyup.
Nanda menggeleng, “tadi buru-buru, lupa mau masukin ke jok sepeda motor.”
“Makanya kalau dibangungin itu cepat bangun, jangan tidur lagi.” Sahut Nenek Nanda mengomel.
“Aku mau mandi sekalian nyuci seragam.” Ucap Nanda masuk kedalam kamarnya untuk meletakkan tas an mengambil baju ganti.
“Habis mandi goreng udangnya!” perintah ibunya.
Nanda menoleh, “Udang? Tumben beli udang.” Herannya, karena memang terhitung jarang sekali ibu Nanda beli udang.
“Di bawain teman ayahmu.” Jawab ibunya dibalas Nanda dengan ber-oh-ria dan melanjutkan perjalanannya menuju kamar.
Setelah selesai mandi, Nanda menjemur seragamnya di samping rumah, tepatnya di tempat teduh yang terhindar dari hujan. Sempat Nanda melirik ke teras rumahnya yang kelihatan dari tempatnya, dia menemukan seorang cowok turun dari sepeda motor lalu celingukan seperti orang bingung. Nanda yang notabennya punya sifat cuek tidak menghiraukan keberadaan cowok itu. Dan kembali fokus kepada jemuran. Tanpa disangka tiba-tiba cowok itu berada disampingnya yang sedang menjemur jas hujan yang tadi dia pakai. Nanda melirik sejenak, begitupun juga cowok itu. Membalas lirikannya sejenak. 1 2 3 detik retina mata mereka bertemu. Hingga tersadar ada suara nenek yang sedang memanggil Nanda untuk segera menyelesaikan jemuran pakaiannya. Sempat juga Nanda melirik lagi cowok itu sebelum meninggalkan.
Seperti perintah ibunya, setelah selesai semua dia harus menggoreng udang yang tadi dibawakan oleh teman ayahnya. Dengan sedikit menggerutu, Nanda menggoreng udang. Bagaimana tidak kesal, orang capek habis pulang sekolah malah disuruh goreng udang. Setelah menggoreng udang, Nanda mengambil piring untuk makan. Tapi saat mau menyendok nasi dari magic com, tiba-tiba neneknya datang dan menyuruhnya untuk memanggil anak teman ayahnya itu di kamar depan kamar miliknya. Dengan setengah hati, Nanda berjalan menghampiri. Tidak lupa mengetok pintu kamarnya yang tertutup. Walaupun kesal tapi harus menjaga nilai kesopanan demi diri sendiri. Tak lama kemudian Nanda melihat cowok itu keluar dengan handuk yang melingkar manis di lehernya.
“Disuruh makan!” ucap Nanda to the point.
Cowok itu mengangguk, “iya sebentar, terima kasih....” ucapnya menggantung.
Nanda yang paham langsung mengulurkan tangannya, “Nanda.”
Cowok itu tersenyum dan membalas jabatan tangan Nanda, “panggil aja Ansya.” Nanda tampak mengangguk dan melepaskan uluran tangannya.
“Ya udah, gue duluan.” Ucap Nanda berbalik arah ingin melanjutkan mengambil nasi yang sempat tertunda.
Kira-kira seperti itulah kisah pertama kali Nanda bertemu dengan Aan, terlihat klise tapi cukup membuat heran. Pertemuan seperti itu bisa membuat Nanda dan Aan sangat dekat bak seorang sahabat, pacar bahkan seperti seorang adik dan kakak. “Udah?” tanya Aan kepada Nanda. Nanda mengangguk, “yaudah ayo balik, sudah malam.” Ajak Aan berdiri dari duduknya, menemui bapak penjual nasi gorengnya lalu berjalan kearah motor matic diikuti oleh Nanda dan segera pulang.
○○○○○○○○○
To Be Continue
-Minggu, 20 September 2020-
KAMU SEDANG MEMBACA
Popcorn Boy [NSHS 1] [END]
Teen FictionAdik kelas cowok jadi pacar? Konon, masa SMA adalah masa yang paling indah. Masa pencarian jati diri dan cinta yang sesungguhnya karena masa SMA adalah masa yang bisa kita bilang masa terakhir saat remaja. Tapi, bagaimana jadinya kalau kakak kelas c...