Kutekankan sekali lagi, sebagian besar dari semua perempuan di muka bumi ini pasti akan sangat bahagia, sekaligus bangga jika lelaki yang ia sukai membelanya secara terang-terangan dan rela menolong jika seseorang mengganggunya.
Namun, harus digarisbawahi bahwa jika terdapat kata sebagian besar, maka selalu ada sebagian kecil dan itu adalah aku. Ya, aku adalah salah satu dari kelompok minioritas yang aneh karena tidak merasa senang, apalagi bangga dengan apa yang dilakukan Aiden di kafetaria tadi.
Serius. Jika boleh jujur itu sangatlah tidak keren dan aku bahkan tidak membayangkan hal tersebut akan terjadi. Yang kuharapkan ketika aku melemparkan kantong plastik berisi sampah, hasil karya pemuja Aiden adalah ia marah padaku, memaki, serta melayangkan pukulan ke arahku sehingga mereka--siapa pun--akan berpikir bahwa tidak ada hubungan di antara kami.
Well, aku memang sudah menceritakan hal itu sebelumnya. Tapi, tetap saja aku kesal pada Aiden karena tindakannya barusan semakin menyeretku ke dalam masalah yang tidak ingin kukunjungi.
"Kau ini hidup di zaman Ratu Elizabeth I, ya?" tanya Aiden, sambil membersihkan diri menggunakan washtafel yang berada di depan laboratorium sains.
Kedua mataku refleks meletot. Terutama saat Aiden menyamakanku dengan salah satu Ratu Inggris. Yang benar saja, umur kami bahkan berbeda jauh, tapi jika Aiden berpikir bahwa aku se-kolot itu, maka dia harus mempelajari lebih banyak tentang perasaan seorang gadis.
Maksudku, jika dia buta dan berakhir suka padaku seharusnya dia memperlakukanku sebagai seorang gadis yang sesungguhnya. Di mana aku juga membutuhkan ruang privasi saat ia menyatakan perasaan, memberiku waktu beberapa hari untuk memutuskan satu jawaban sakral, dan tidak langsung mengambil ciumanku kemudian mengklaim diriku sebagai pacarnya, seolah semua gadis mencinta lelaki itu. Ugh! Memangnya ini cerita fiksi ala posesif bad boy?
"Lalu kau pikir semua gadis suka padamu? Hanya orang sinting yang merasa sangat bersuka cita saat seseorang melakukan pelecehan, seperti yang kau lakukan," ujarku sambil mencuci tangan menggunakan sabun, demi menghilangkan bakteri bekas memegang tumpukan sampah. "Ugh! Memangnya kau se-sempurna apa, sih?"
"Sangat sempurna, seperti persilangan antara Dewa Yunani dan malaikat."
"Tidak. Kau hanya membawaku ke dalam masalah yang merepotkan akibat ulah dari para penggemarmu."
"Well, mengecewakan. Sebenarnya aku tidak berharap mereka melakukan itu."
"Ya, dan kau melakukan hal yang membuatnya semakin sulit." Aku menjentik-jentikkan jemari, membuang sisa air kemudian mengeringkannya menggunakan tissue. "Kenapa kita tidak berkelahi saja agar mereka tahu, bahwa tidak ada apa pun di antara kita. Maksudku ... yeah, sejak awal kita hanya orang asing."
Sebelah alis Aiden terangkat. Ia melangkah mendekatiku, tanpa mengalihkan pandangannya padaku. Tentu saja hal ini berefek menegangkan, sehingga demi mencari sesuatu yang menimbulkan perasaan tenang, aku mengalihkan pandangan ke sana-sini. Melihat apa saja di sekitar kami seperti; papan nama Laboratorium Sains, Bahasa Asing, dan Komputer berbahan arkalik, jalanan berumput depan lorong ketiga ruangan yang ditanami beberapa bunga, serta sepatuku sendiri bersama noda saus di atasnya.
Aku harus mengalihkan pandangan agar tidak memperlihatkan perasaanku. Namun, cukup gagal karena aku membuat pergerakan refleks berupa langkah mundur mengikuti pergerakan Aiden.
Sial!
"Listen, hanya pecundang yang berani menyakiti seorang gadis dengan menggunakan fisik," katanya, sambil sedikit menunduk agar ia bisa mendapatkan akses menatap wajahku.
Secara perlahan aku menelan saliva agar Aiden tidak menyadari kegugupanku. "Kau pikir aku tidak bisa berkelahi? Aku lebih senang jika kau melakukan itu, sehingga aku tidak perlu kerepotan karena harus berurusan dengan penggemarmu. Asal kau tahu, hidupku jauh lebih tenang sebelum kau hadir."
KAMU SEDANG MEMBACA
After Aiden Kissed Me
Teen FictionMegan diam-diam menyukai Aiden dan tidak pernah sekali pun memimpikan untuk berkencan dengan sang Bintang Lapangan. Namun, bagaimana jika satu ciuman di tengah lapangan, ternyata malah membuat Aiden secara tiba-tiba mengklaim Megan sebagai miliknya...