045 - Fight For You

50 9 2
                                    

Dalam beberapa saat semua bergerak menjadi sangat lamban, seiring dengan denyut jantungku yang mulai melemah. Gerakan refleks pun meminta agar aku memejamkan mata dan pasrah saja dengan perlakuan Steven terhadapku.

Namun, kemarahan terpendam tidak semudah itu membiarkan kekalahan kembali terulang. Sehingga tiga detik setelah Steven memamerkan kemenangan, aku segera mengait salah satu bahu Steven, melompat ke arahnya, dan mengapit pinggang lelaki tersebut dengan kedua kakiku.

Sampai ketika aku berhasil membuat kami berdua menyentuh lantai dalam keadaan masih mengapit pinggangnya, aku segera menambahkan berat badanku demi membuat Steven berguling dan mengubah posisiku menjadi di atas tubuhnya. Secepat mungkin sebelum usaha ini menjadi sia-sia, aku yang duduk di atas perut Steven pun mulai melayangkan tinjuan di wajahnya.

Persetan, jika itu mengenainya atau tidak karena kekuasaanku atas dirinya saat ini telah membuktikan, bahwa dia sudah melakukan kesalahan.

Yaitu meremehkanku dan menganggap aku tidak bisa melakukan apa pun, untuk melawan diri.

Seperti seorang atlit tinju, Steven tampak melindungi wajahnya menggunakan dua lengan bawahnya. Sedangkan aku, seperti kesetanan terus melayangkan tinjuan di wajah lelaki itu. Hal tersebut sengaja kulakukan sebagai upaya, membuatnya sadar bahwa dia tindakannya telah melewati batas, dari sekadar teman kencan yang ditolak.

"Brengsek, kau!" ujarku dengan nada yang terdengar jelas memiliki amarah menggebu-gebu. "Jika kau berpikir bahwa aku adalah gadis lemah, maka kau salah be ... akh!" 

Seseorang menarik rambutku, membuatku terpaksa bangun, dan menjauh dari Steven. Tanpa perlu menoleh, dari pantulan cermin aku mengetahui bahwa tangan sialan itu adalah milik Aubrey. Satu tangan Aubrey berada di leher bagian depan, sedangkan satunya lagi berada di belakang--entah dari mana dia mempelajari hal tersebut--Aubrey terlihat sekali sedang berusaha menekan tengkukku, agar aku kesulitan bernapas. 

"Kau jalang sialan! Merebut Aiden dariku dan masih saja mengunjungi Steven. Apa kau ... akh, fuck!" Dorongan Aubrey seketika melemah, hingga dia nyaris melepaskan cekalannya di leherku. "I'm gonna kill ... akh!"

"Speak less, move more, Bitch," ujarku sambil kembali menyiku perut Aubrey dan menarik tangan gadis itu, hingga dia harus jatuh ke lantai melalui bahuku sampai suara erangan terdengar jelas di telingaku.

Sadar bahwa dua lawanku kini sudah tidak berdaya, aku pun segera merapikan rambut dengan mengubahnya menjadi kuciran ekor kuda lalu menghampiri Steven yang sudah  terbaring lemah. Aku menendang bagian perut lelaki itu, membuatnya kembali mengaduh kemudian berjongkok sambil menarik rambut pirang Steven agar dia menatapku secara langsung.

"Kau menyebalkan, Steven," ujarku benar-benar tulus, tanpa perlu merasa sungkan. "Katakan mengapa kau harus melakukan itu dan kenapa harus aku?!"

Steven justru terkekeh, seolah masalah yang dia ciptakan atas diriku adalah lelucon paling konyol sedunia. Aku mencoba sabar untuk menunggu penjelasannya, tetapi setelah lima detik menunggu sambil mendengarkan kekehan Steven membuatku merasa, bahwa telah membuang waktu berhargaku. Sehingga tanpa pikir panjang, aku segera menyeret Steven ke arah jendela dan bersiap untuk mendorongnya.

Jelas aku tahu bahwa ini adalah tindak kriminal, sehingga kemungkinan besar yang kulakukan hanyalah bersifat ancaman. Sayangnya, Steven menyadari hal itu sehingga ketika aku memaksanya agar melakukan klarifikasi, dia justru menantangku dengan mendorongnya saja.

"Kau akan menyesal karena telah menantangku, Steven," ujarku sambil mencekal anggota geraknya agar tidak ada perlawanan yang membuang waktu.

"Oh, ya?" Steven tersenyum lalu melongokan kepalanya untuk melihat ke bawah. "Then just do it. You'll get nothing," ujarnya dengan nada super menyebalkan, hingga membuatnya benar-benar ingin menjatuhkan--

After Aiden Kissed MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang