Sebelum si penyihir datang mengganggu kedamaian hidupku, izinkan saja aku terlebih dahulu untuk menceritakan betapa menyenangkannya kehidupanku. Terutama hari ini. Seorang lelaki super tampan di negara seberang--Zayn Malik--memutuskan bertamu, dia membawa banyak sekali makanan serta cendera mata. Mom dan dad bertanya-tanya mengapa lelaki itu datang ke tempat kami, sedangkan Jeff langsung akrab dengan satu pertanyaan konyol. Yaitu mengapa dalam empat musim, harus ada musim panas? Lalu lelaki tampan itu hanya menjawab karena kami butuh pantai dan perempuan seksi dengan bikini.
Aku tidak mengerti mengapa mereka harus tertawa terbahak-bahak, akibat jawaban yang sama sekali tidak lucu dan semakin banyak pertanyaan di otak pintarku saat Zayn Malik melamarku. Oke, katakan saja bahwa aku terlalu banyak berkhayal, serta bermimpi terlalu tinggi karena bagaimana bisa seorang gadis yang levelnya sangat jauh dengan Gigi Hadid.
Akan tetapi, ini, 'kan bukan yang aku harapkan sehingga ketika Zayn menyatakan cinta di hadapan keluargaku, aku pun dengan sangat tidak tahu dirinya mengatakan--
"Megan." Aku menoleh ke arah Jeff yang menggunakan kostum badut di hadapanku. Zayn telah menghilang entah ke mana, begitu pula dengan orangtuaku.
"Megan." Kali ini dia mengulurkan tangannya sambil mengambil ponsel untuk melakukan selca. "Megan, let's do--"
"What, no!" Aku mendorong Jeff dengan kedua tanganku. Terlalu konyol serta aneh saat melihat Jeff seperti ini serta melewati moment bersama kehadiran Zayn. Sehingga aku mendorong Jeff, aku merasaka kedua pergelangan tanganku dicekal dan ketika kesadaran berhasil menguasai, aku melihat Aiden dalam keadaan setengah basah berada di hadapanku.
Oh, sial! Apa aku barusan tengah tertidur? Apa aku mengigau? Dan sejak kapan Aiden membangunkanku? Sial! Aku sudah seperti babi saja.
Aku menjauhkan pergelangan tanganku dari sentuhan Aiden lalu memalingkan pandangan. Namun, usaha untuk menghindari kontak mata dengan Aiden sepenuhnya gagal, sebab beberapa detik kemudian suara Alma menghampiri pendengaranku.
Dia terdengar antusias. Semakin meyakinkan di saat gadis itu memelukku erat-erat. Terlalu kuat, hingga aku nyaris kehabisan napas.
"Get off, Alma." Aku mendorong pelan tubuhnya, tetapi mengapa wajahku terasa cukup nyeri di saat otot-otot wajahku menegang. "Kau sungguh menyakitiku."
"Sungguh?" Kedua alis Alma mengerut, di mana tangan menangkup rahangku kemudian menolehkannya ke kanan dan kiri. "Si Brengsek itu pasti yang telah melakukannya, tapi ...." Dia tidak melanjutkan kalimat tersebut, melainkan menoleh ke arah Aiden. "Bagaimana bisa kau berakhir dengannya?"
"I don't understand." Aku pura-pura bingung karena tidak ingin membuat teman dekatku khawatir. Di hadapan kami sekitar jarak dua meter, aku bisa melihat Aiden, Jackson, Mr. Lee, dan Miss Pamela sedang berbicara serius dengan posisi melingkar.
Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Kalau boleh jujur, rasanya ingin sekali mencuri dengar, tetapi karena Alma menahanku maka aku pun harus menekan rasa penasaranku.
"Kau pasti sudah mengalami banyak hal sulit, hingga lupa dengan apa yang terjadi padamu." Alma mengeluarkan kotak P3K dari dalam tasnya, kemudian membasahi kassa dengan cairan antiseptik dan ....
... rasa perih luar biasa menjalar ke seluruh kulit di wajahku.
Aku mengaduh, sebisa mungkin menahan teriakan agar tidak terdengar Aiden. Namun, tanpa peduli berapa kali aku meringis akibat kesakitan, Alma tampaknya tak peduli dengan hal itu.
"Wajahmu memar dan sedikit luka," ujar Alma, "Dia benar-benar pecundang, berani mengeroyok seorang gadis hingga sampai babak belur seperti ini. Bagaimana kau bisa tidak merasakan hal itu semalaman?"
KAMU SEDANG MEMBACA
After Aiden Kissed Me
Fiksi RemajaMegan diam-diam menyukai Aiden dan tidak pernah sekali pun memimpikan untuk berkencan dengan sang Bintang Lapangan. Namun, bagaimana jika satu ciuman di tengah lapangan, ternyata malah membuat Aiden secara tiba-tiba mengklaim Megan sebagai miliknya...