Dimulai dari beberapa permainan seperti; bianglala, komedi putar, tembakan dengan target merubuhkan kayu kecil untuk mendapatkan hadiah, Alma dan Jackson segera bergabung di salah satunya. Rela mengantri panjang untuk mendapatkan tiket, di mana katanya mereka ingin menaiki bianglala. Well, lebih tepatnya Alma memaksa Jackson. Kami pun terpaksa harus mengikuti keinginan gadis itu, tetapi mendapatkan keringanan karena Jackson menawarkan diri untuk mengantri bersama Alma.
Aku dan Aiden pun mengangguk cepat, penuh kerelaan hati lalu segera melanjutkan perjalanan menuju Jajaran penjual makanan, minuman, serta aksesoris yang berhubungan dengan festival. Tidak ingin kelaparan di tengah festival, kami dengan sangat bijaksana memilih untuk membeli beberapa makanan kering--tapi mengenyangkan--buat kedua teman kami yang sedang mengantri, serta membeli dua hotdog dan cola untuk disantap sambil menonton sulap badut.
"Jika aku mengajakmu ke gua hantu, apa kau akan setuju?" Aiden bertanya padaku, sambil menunjuk ke arah barat.
Sinar matahari begitu mendominasi sore ini, sehingga membuat pandanganku memburuk dan memerintahkanku untuk menyipitkan mata. Bukan hanya itu, aku juga harus menaikkan tangan kiriku di depan kening demi menghalau cahaya, setelahnya barulah aku mampu melihat gua hantu.
Baiklah, sebenarnya aku tidak takut hantu. Reaksi berlebihanku hanya terjadi jika mereka--para hantu--berhasil mengjutkanku. Aku melirik ke arah Aiden, sambil memberikan senyum miring. Terkadang para lelaki selalu berpikir bahwa perempuan sangat membenci dan takut hantu, sehingga kesempatan tersebut selalu mereka gunakan untuk melakukan kontak fisik alih-alih memeluk saat ketakutan menghampiri sang gadis.
Yeah, anggap saja bahwa saat itu lah para lelaki memperlihat jiwa melindunginya. Sehingga dengan sangat sadar, aku pun berkata, "Tentu saja. Aku suka tantangan, selama itu tidak mengejutkanku."
"Bagaimana jika mereka mengejutkanmu?" tanyanya. "Bukankah tugas mereka adalah mengejutkan, hingga semua yang masuk ke dalam gua itu pun harus ketakutan. Kudengar, salah satu dari pengunjung bahkan sampai harus mengorbankan sepasang sendalnya akibat terlalu takut untuk kembali."
"Oh, I see," ujarku sambil mengangguk-anggukan kepala.
Aiden pun menoleh ke arahku lalu mengubah posisi berdirinya menjadi berhadapan denganku. "Sepertinya kau benar-benar tidak peduli dengan kejadian yang telah terjadi di sana."
Aku mengangkat bahu kemudian memakan sandwich, di mana dengan sengaja aku membuka mulutku lebar-lebar untuk mengetahui--hal yang tidak penting--apakah, Aiden akan kehilangan rasa jika menghadapi gadis tanpa rasa jual mahal.
Sayangnya, tanpa perlu di teliti lebih jauh pun sudah terlihat jelas, bahwa Aiden tidak peduli sebab detik itu juga ia menarik tangan kiriku, hingga membuat cola-ku nyaris jatuh.
Seperti anak kecil yang berlari-larian sambil meniup gelembung busa kami pun turut berlari, selalu menabrak orang-orang lalu meminta maaf tanpa rasa penyesalan hingga cola-ku benar-benar jatuh di depan gua hantu. Aku menatap Aiden--sengaja tidak bersuara--melirik ke arah cola utuhnya yang masih berada di dalam kantung plastik, kemudian menunjuk menggunakan bibir yang mengerucut.
Aiden pun mengembuskan napas panjang dan mengambil cola miliknya. "Kau menginginkan ini karena aku telah menjatuhkannya, bukan?"
Aku mengangguk lalu segera mengambilnya dan bersandar pada bahu Aiden, senyum lebar pun kuberika untuk lelaki itu. Tidak ingin membuang banyak waktu, sisa sandwich di tangan kananku segera kuhabiskan lalu meminum cola sebagai penutup.
Dari sudut mata, aku bisa melihat Aiden sedang membeli tiket. Aku menggeser sedikit posisi dudukku, sengaja memerhatikannya sambil memuji betapa beruntung bisa pergi ke festival bersama Aiden. Meskipun harus menghadapi perangai buruk mantan pacarnya, kurasa Aiden akan terus melindungiku, seperti bagaimana sikapnya saat kami berlari melewati arus ramai manusia.

KAMU SEDANG MEMBACA
After Aiden Kissed Me
Roman pour AdolescentsMegan diam-diam menyukai Aiden dan tidak pernah sekali pun memimpikan untuk berkencan dengan sang Bintang Lapangan. Namun, bagaimana jika satu ciuman di tengah lapangan, ternyata malah membuat Aiden secara tiba-tiba mengklaim Megan sebagai miliknya...