"Demi Tuhan, itu sungguhan! Aiden sudah putus dengan pacarnya." Aku mendengar seseorang sedang membicarakan Aiden, saat kakiku baru saja melewati pintu kaca berukuran super besar yang terhubung dengan kolam renang pribadi. "Dan yang lebih mengerikan adalah, gadis malang itu dicampakkan dengan cara paling mengerikan."
"Tidak bisa dibayangkan betapa mengerikannya, jika kau sudah berekspresi seperti itu."
Well, aku tidak mengenal mereka, tetapi berdiri di belakangnya membuat berpikir sebagai kebetulan yang akan menjadi awal hari buruk mereka. Tangan kananku terasa dingin akibat sekaleng soda dari ice box, nodanya yang berwarna cokelat jika ditumpahkan tentu bisa membuat mereka jengkel.
"Yeah." Gadis yang memulai obrolan memutar mata, sambil menjulurkan sepuluh jemari berhias kutek warna hijau. "Malang sekali karena videonya tersebar."
Sudut bibir kananku terangkat, seiring dengan genggaman tangan yang menguat akibat emosi tertahan. Apalagi mereka secara jelas mulai menertawaiku, setelah menonton video keparat tersebut.
Aku ingat sekali, bahwa Jackson telah menghapus semua videonya di internet. Namun, setelah melihat penampakan di hadapanku ini, aku yakin video itu telah diunduh, sehingga masih bisa dikonsumsi oleh orang lain.
"Gadis malang, aku berharap bisa melihatnya dan mengetahui bagaimana keadaannya saat ini." Yang diberitahu memperlihatkan bahasa tubuh berempati, meski kuyakin itu adalah kebohongan.
Yeah, seratus persen kebohongan karena mereka tertawa sambil mengataiku bodoh. Sial!
Aku menarik napas panjang, lalu mengangkat kaleng sodaku tepat di atas kepala dua gadis yang meledekku, dan belum sempat menumpahkan cairan tersebut seseorang berdiri di hadapanku, sembari meletakkan kedua tangannya di sandaran kursi malas.
"Excuse me, do you wanna see her, eh?" Walter bertanya dengan santai dan memikau. Entah bagaimana caranya, sejak lelaki itu datang ke rumah dan mengajakku ke tempat ini, dia sungguh tampak memukau oleh sikap serta penampilan.
"Err ... I don't see her, anyway."
Senyum miring pun terbit di wajah Walter, saat gadis pembawa gosip itu menjawab tawarannya.
Dan sebagai tanggapan yang sanagt cepat, aku pun mengangguk lalu berkata, "Turn around, guys."
Kedua gadis itu refleks menoleh, memperlihatkan ekspresi angkuh lalu mengejek, sehingga membuatku sadar bahwa tidak ada alasan untuk menahan cola tersebut.
"Now you see her," ujarku kemudian menenggak cola di tanganku, dan secepat mungkin menumpahkan sisanya di kepala mereka.
Sayangnya, hal itu tidak akan pernah terjadi, sebab terdapat tangan lain yang tiba-tiba ikut campur.
"Shit!" desisku, tanpa menoleh ke arah kaleng sodaku yang telah tergeletak, mengotori lantai marmer. "Bisa kau ... jangan ikut campur. Ugh!"
"Apa kau sekarang, ... beralih profesi menjadi sosok yang menyebalkan?" Aiden bertanya seolah dia tidak termasuk di dalam semua ini. "Maksudku, kau tampak bodoh karena selalu berpikir pendek."
Kedua alisku lantas mengerut, seiring dengan bibir yang mengerucut. Kedua tanganku pun mengepal akibat mendengaran ucapan Aiden barusan. Jika aku bodoh, bukankah dia lebih tolol lagi? Maksudku, mengencani orang--
"Megan, lets move and enjoy with this party." Walter menyelamatkanku, memeluk pinggangku sembari meletakkan dagunya di bahuku, dan membawaku pergi meninggalkan manusia-manusia menyebalkan ini.
Seolah tahu bagaimana keadaannya, disk jokey pun mengganti beat musiknya. Berawal dari tempo lambat, kini beralih cepat setelah si Tuan rumah mengucapkan kalimat penyambutan super singkat. Aku merapatkan jaket, ketika berjalan tepat di sisi kolam milik keluarga holscher.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Aiden Kissed Me
Ficção AdolescenteMegan diam-diam menyukai Aiden dan tidak pernah sekali pun memimpikan untuk berkencan dengan sang Bintang Lapangan. Namun, bagaimana jika satu ciuman di tengah lapangan, ternyata malah membuat Aiden secara tiba-tiba mengklaim Megan sebagai miliknya...