Belum saja lima lelakiku selesai bernyanyi, tiba-tiba saja hujan deras beserta kilatan cahaya di langit berhasil membuat siapa pun, termasuk Directioners yang menonton pun menjadi basah kuyup.
Begitu pula denganku, jika bukan karena tarikan paksa dari Aiden mungkin aku akan bernasib sama dengan mereka. Jadi dengan menggunakan jaket kulit hitamnya, dia berusaha melindungiku. Namun, mengabaikan keadaan diri sendiri yang telah basah akibat tetesan hujan.
Kami berjalan secara perlahan ketika melewati jalan kecil beralas rumput. Derasnya hujan membuat sepatu dan bawahan kami basah. Namun, sesuai permintaan Aiden aku pun menahan diri untuk tidak berlari sebab melangkah, sambil merendahkan tubuh demi menyamakan tinggi badan denganku adalah hal tersulit untuk melangkah cepat.
"Aku akan menelepon Luke untuk menjemput." Aiden mengeluarkan ponselnya setelah kami sampai di salah satu tempat penjual aksesoris.
Memiliki atap terpal yang kokoh, membuat kami meminta izin untuk berteduh. Beruntungnya sang pemilik keterunan Asia itu memperbolehkan, tanpa memberi syarat agar kami membeli produk mereka. Jadi sambil menunggu Aiden berbicara dengan Luke melalui ponsel, aku pun memutuskan untuk melihat-lihat aksesoris dagangannya.
Bisa dikatakan aksesoris yang dijual menunjukkan bahwa pedagangnnya seorang Chinesse, hal itu tampak jelas dari patung emas berbentuk kucing sedang melambai dan beberapa atribut khas China yang berwarna merah. Aku tidak tahu itu apa serta siapa sebab Jackson pun keturunan Korea.
"Boleh aku mencoba gelang ini?" Aku mengambil salah satu gelang, di mana di bagian tengahnya terdapat liontin Ying dan Yang.
Well, bentuknya memang sederhana, hanya berasal dari lilitan benang khusus gelang, tetapi karena terdapat liontin Ying dan Yang di sana, maka aku berharap meskipun kami berbeda semoga hubungan kami bisa saling melengkapi.
Oleh sebab itu aku pun ingin mencoba dan tentu akan membelinya, sebagai hadiah pertama untuk Aiden.
"Itu gelang pasangan kau bisa mencobanya dengan pacarmu."
Aku tersenyum tipis, sambil menoleh ke arah Aiden. "I know, then I want to have for this one."
"Tujuh Dollar untuk sepasang gelang ini," ucap lelaki bertubuh cukup dan usianya mungkin seumuran dengan dad.
"Oke," ujarku sambil mengeluarkan uangku serta memberikannya padanya dan pada saat itu pula, Aiden selesai dengan teleponnya.
"What are you buying?" Ia menggeser tempatku berdiri dan mulai melihat-lihat berbagai macam aksesoris yang dijual oleh Tuan Chinesse.
Tidak langsung menjawab pertanyaan Aiden, aku pun menarik tangan kanannya demi memasangkan gelang pasangan kami. "Aku tidak tahu apa gelang ini adalah seleramu atau tidak. Namun, untuk sementara aku hanya bisa memberikan ini."
Bukannya mengatakan sebuah lelucon agar aku tidak gugup, Aiden justru menepuk pelan pucuk kepalaku lalu mengusapnya.
Aku mengangkat wajah saat selesai dengan pekerjaanku. Hal yang ingin kulakukan adalah, mengetahui ekspresi apa di wajah Aiden.
Aiden tersenyum tulus, terlihat dari pancaran sinar matanya kemudian mencium keningku. Dan kau tahu, aku sungguh merasa lututku melemah saat itu juga.
"Thanks," katanya. "Luke akan datang sebentar lagi, tapi ...." Aiden menggantung kalimatnya dan ....
... sungguh, tidak ada tanda-tanda melanjutkan kalimat tersebut setelah aku menunggu selama sepuluh detik. Refleks, aku pun menyatukan kedua aliskh, tetapi belum sempat bertanya Aiden justru tertawa lalu merangkul bahuku dan ia menyeretku agar berlari di bawah hujan yang tampak sudah mulai mereda.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Aiden Kissed Me
أدب المراهقينMegan diam-diam menyukai Aiden dan tidak pernah sekali pun memimpikan untuk berkencan dengan sang Bintang Lapangan. Namun, bagaimana jika satu ciuman di tengah lapangan, ternyata malah membuat Aiden secara tiba-tiba mengklaim Megan sebagai miliknya...