"Menyebalkan, ketika hari yang nyaman-nyaman saja terganggu oleh sedikit usikan."
~Gema Aditya
---------------
Gema Aditya, seorang pemuda cerdas nan tampan yang menjadi incaran banyak siswi di sekolahnya. Dengan segala kelebihannya yang membuat dirinya menjadi sosok yang dianggap sempurna untuk dijadikan pacar oleh siswi-siswi SMA TUNAS MUDA.
Namun, dibalik itu semua dia juga merupakan sosok yang sulit untuk bergaul. Bahkan dia hanya memiliki seorang teman dari dia kecil, Daniel namanya. Satu-satunya orang yang dapat mengerti dan menerima semua sifat-sifatnya yang menurut sebagian orang sangatlah menyebalkan dan membosankan.
Seperti biasa, Gema melakukan rutinitasnya sebagai seorang pelajar. Tak ada yang berbeda hari ini, semuanya sama tak ada yang berkesan ataupun bisa membuatnya terkesan.
"Gema, gue mau ke kantin lo mau ikut atau enggak?" Tanya Daniel kepada Gema.
"Ayo," Jawab Gema. Kemudian mereka berdua beranjak menuju kantin.
Daniel berpikir sejenak. "Tumben lo gak nolak waktu gue ajak ke kantin pas jam istirahat?" Tanya Daniel.
"Biasanya nih ya, lo tuh kalo gak ke perpus pasti dekem doang di kelas." Lanjutnya.
"Tadi pagi gue lupa belum sarapan." Jawab Gema lagi.
Daniel yang sudah tahu betul bagaimana sifat Gema yang bila di tanya jawabannya selalu singkat, padat dan jelas hanya ber 'oh' saja dan mengangguk-anggukkan kepala sebagai isyarat mengerti.
Gema dan Daniel berjalan beriringan menuju kantin, hingga seseorang menabrak Gema dan membuat orang tersebut tersungkur ke lantai. Berbeda dengan Gema yang masih pada posisi yang sama sebelumnya.
"Aww ... !" Pekiknya.
"Kalau jalan itu liat-liat, punya mata di pake gak cuma buat pajangan doang." Ketus Gema.
Daniel yang sedari tadi berdiri di samping Gema hanya diam tak berkutik, karena dia tau kalau sahabatnya ini sudah berbicara dengan nada ketus akan sulit untuk di kendalikan lagi.
"Maaf-maaf, saya minta maaf kak." Mohon siswi yang tadi menabrak Gema. Jika di lihat dari badge yang tertempel di lengan bajunya dia merupakan siswi kelas XI, yang artinya adik kelas dari Gema dan juga Daniel.
"Lain kali kalau jalan mata itu di pake juga biar enggak merugikan orang!" Ujar Gema.
"Loh, kan saya sudah minta maaf kak. Lagi pula kakak gak ada yang rugi kan? Kakak aja gak jatuh, malah saya yang jatuh kan?" Kata siswi itu membela diri.
Gema tetap pada pendiriannya, "Lo itu udah buang-buang waktu gue tau enggak?"
"Udah salah ngotot lagi, anak baru lo ya? Gue baru pertama kali liat cewek songong, judes dan senyebelin kayak lo!" Kata gema lagi sembari menunjukkan jari telunjuknya ke arah wajah siswi itu.
"kalau iy-" Ucapan siswi itu terpotong oleh perkataan Daniel.
Sial, telinga Daniel menjadi panas sekarang. Tidak bisakah kedua orang di sampingnya ini diam. Hanya masalah kecil saja menjadi besar oleh mereka.
"Stop,!" Teriaknya lantang hingga membuat beberapa siswa yang ada mengalihkan tatapannya kepada Daniel.
Sang empu yang merasa aneh menjadi pusat perhatian pun hanya mampu menampilkan deretan gigi ratanya.
Daniel mengatur napasnya sejenak, kemudian dia menujukan tatapannya kepada Gema lalu beralih melirik nama yang tertera pada seragam siswi itu.
Daniel menatap siswi itu, "Nama lo Senja? Lo anak baru ya?" Tanyanya yang hanya dibalas anggukan.
"Gue Daniel dan ini sahabat gue Gema." Ucapnya memperkenalkan diri.
"Kenapa malah jadi perkenalan, sih?" Tanya Gema kesal kepada Daniel.
"Lo bisa diem dulu gak sih?" Tanya Daniel tak kalah ketus.
"Enggak!" Jawab Gema dengan entengnya.
"Lo tuh kalo gue kasih tau sekali aja nurut, bisa gak sih? Heran gue sama lo." Ucap Daniel kesal.
"Lagian lo ngapain coba pake acara ikut campur segala? Bikin gue tambah kesel aja." Ujar Gema.
Pandangan Gema teralih kepada Senja, "Dan lo, anak baru gak usah cari ribut sama gue ngerti lo!"
"Loh, emang saya cari ribut sama kakak? Mending saya cari makan menguntungkan buat saya bikin perut saya kenyang."
"Kan tadi saya juga udah minta maaf, situnya aja yang baperan." Jawab Senja Ketus.
Apa kabar dengan Gema? Ia sudah naik pitam sekarang. Jika orang di hadapannya ini laki laki maka sudah Gema aja untuk adu jotos dari tadi.
"Dasar lo--" Kalimat Gema terpotong oleh Daniel.
"Lo berdua masih mau debat di sini?" Daniel menghentikan kalimatnya sejenak.
"Kalau iya silahkan aja, gue mau ke kantin keburu bell masuk. Gue gak mau ya waktu istirahat gue kebuang sia-sia cuma buat dengerin omongan lo berdua yang unfaedah banget." Lanjut Daniel, dia kemudian pergi meninggalkan Gema dan juga senja untuk ke kantin.
"Urusan lo sama gue belum selesai, ingat itu!" Ketus Gema, ia mengikuti Daniel yang sudah lebih dahulu berjalan menuju kantin.
Senja yang kini hanya sendiri setelah kepergian Gema dan juga Daniel hanya bisa merutuki nasibnya. Begitu sialnya dia hari ini, di mana seharusnya hari pertama bersekolah di sekolah baru dia mendapatkan kesan yang menyenangkan tapi yang terjadi malah sebaliknya, menyebalkan.
---------------
Senja tengah menunggu sang ayah yang katanya mau menjemputnya. Namun, sudah sekitar satu jam dia menunggu di depan gerbang namun sang ayah tak kunjung juga datang.
Waktu telah menunjukkan pukul 17.05 WIB, maklum saja karena sekolah SMA Tunas Muda sudah memberlakukan sistem FullDay jadi semua murid pulang sore.
"Kok ayah belum dateng ya, mana udah sore gak ada taksi lewat lagi." Ucap Senja.
Akhirnya dia memutuskan untuk berjalan kaki saja. Kalau saja ponselnya tidak habis batre mungkin dia akan memesan ojek online sedari tadi. Mungkin nasibnya sedang tidak mujur hari ini.
Senja terus saja melangkahkan kaki jenjangnya itu menyusuri jalanan yang bisa dibilang cukup sepi. hanya beberapa kendaraan saja yang melintas.
"Duh, kok aku jadi lupa jalan ya? Harusnya tadi aku gak nekat pulang sendiri, mendingan aku tadi tungguin ayah pasti gak kayak gini jadinya aku kan belum hapal jalanan jakarta." Senja terus saja merutuki kebodohannya.
"Tapi ini kan salah ayah juga, kenapa coba ayah telat jemput?"
"Udah sore mau hujan juga lagi, duh ... gimana coba?" Lanjutnya lagi.
Tak berapa lama tetes demi tetes air hujan turun membasahi bumi. Senja yang sedari tadi berjalan sambil melamun terkejut dengan turunnya hujan yang tiba-tiba. Dia segera berlari ke sebuah halte yang tak jauh dari sana. Namun, secepat apapun Senja berlari tak akan pernah mampu melampaui kecepatan hujan yang menjatuhkan diri ke bumi, dia basah kuyup terkena tetesan air hujan.
Dia mendudukkan tubuhnya pada tempat duduk yang memang sudah tersedi sana. Dia memeluk dirinya sendiri yang menggigil karena kedinginan, mencoba menghangatkan badannya sendiri bagaimanapun caranya. Hingga sebuah mobil berhenti tepat di depannya. Senja sangat mengenali mobil itu. Iya, itu mobil ayahnya yang baru saja sampai.
"Astaga, Senja kamu enggak kenapa-kenapa kan nak?" Tanya sang ayah dengan raut wajah cemasnya.
"Dingin yah,"
"Maafin ayah ya nak, ayah telat mau jemput kamu tadi."
Tanpa menunggu ayah Senja langsung melepas jas dokter yang melekat di tubuhnya dan memakaikannya pada Senja. Dia kemudian mengangkat tubuh mungil Senja dan memasukkannya ke dalam mobil kemudian langsung pulang menuju ke rumah.
G&S
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMA SENJA
Teen FictionAda rasa yang hanya jadi wacana. Ada pula cinta yang hanya jadi rencana. Ada rasa yang kalah dengan rupa. Ada pula insan yang hanya terpendam dalam aksara. Bukan takdir, kamu, atau aku. Namun semua tentang waktu. Lama dirasa yang membalas malah luka.