Bab 9

402 21 0
                                    


Menatapi pakaian tidur semalam, mau tidak mau di kipas-kipaskan berapa kali dan memakainya kembali. Daripada tidak memakai apapun di luar. Beruntungnya, pakaian dalamnya bagian bawah bisa di keringkan dengan alat pengering rambut yang kebetulan di dalam kamar mandi. Sisa bagian atasan yang tidak di cuci dan di pakai kembali.

"Terkutuk kau, Bapak Hans." Umpat Freya dengan kesal. Setelah menyisir rambutnya dengan jari tangan menepuk-nepuk wajahnya yang masih agak cekung dan pucat.

Memastikan wajahnya sudah tidak pucat, Freya berjalan turun ke lantai satu dan di sambut oleh pelayan yang mengantarkan ke ruang makan.

"Terima kasih atas bantuannya!" ucap Freya kepada salah satu pelayan yang mengantarnya ke ruang makan.

Sikap Freya, membuat Eleina dan Lukas terkejut. Termasuk pelayan wanita tersebut yang membalas dengan senyuman kepada Freya.

"Maaf, saya terlambat dan selamat pagi!'' sapa Freya dengan senyuman manisnya yang membuat Hans yang melihat ingin muntah.

Bagi Hans, mantan seketarisnya hanya ingin mencari pembelaan. Agar bisa lolos dari amukkan ibunya yang sungguh galak. Bahkan Dessy saja sudah tidak tahan dengan sikap ibunya yang super cerewet dan banyak kritik. Menghadapi sikap ibunya saja, Dessy hanya bisa menahan rasa amarah dan rasa sakit hati dan setiap hari protes untuk tidak serumah atau bertemu dengan ibunya.

"Nama mu siapa, menantuku?" Tanya Eleina

"Freya Keith, mungkin lebih tepat hanya Freya saja ha ha ha." Balas Freya dengan tawa kecilnya yang menyembunyikan aib dirinya yang menjadi sapi perah keluarganya sendiri.

"Menantu, kenapa pakai baju piyama?" tanya Eleina yang tidak senang dengan penampilan Freya.

"Ibu mertua, sebenarnya saya ingin pulang ke kontrakkan untuk mengambil pakaian tapi mengingat ini sarapan pagi pertamaku dengan ibu mertua! Aku merasa sangat senang, sehingga melupakan niatku untuk pulang ke kontrakkan dan maafkan saya," balas Freya dengan wajah malu dan menundukkan kepalanya.

"Hmmm benar juga, Si Hans memang keteraluan! Pelayan di rumah sebanyak ini, masa tidak bisa minta mereka pergi ambilkan pakaian untukmu atau membelikan yang baru?" cloteh Eleina yang tajam dan menusuk kepada putranya dengan tatapan kesal.

Hans yang kaget, dengan perubahan situasi yang mendadak. Membuat dirinya terdiam seribu bahasa dan memandangi Freya yang mengejeknya dengan menjukurkan lidah.

"Sialan.'' Gumam Hans dalam hati.

"Bu, sudah lah! Jangan marahin Hans lagi, diakan memang sibuk dengan pekerjaannya jadi pasti lupa dengan keperluanku?" bujuk rayu Freya yang semakin menambah emosi Eleina kepada putranya. Yang di nilai tidak berguna dan bersikap romantis pada wanita.

"Hans! Lain kali, ibu tidak ingin kau melupakan keperluan istrimu.'' Tegas Eleina dengan wajah cemberutnya.

"Iya." Balas Hans dengan pastrah.

Saat sarapan pagi, Hans semakin kesal dan melototin Freya dengan tatapan ingin membunuh Freya yang berhasil mengambil hati ibunya. Dengan terbukti, ibunya membela Freya dan berbicara dengan Freya dengan tertawa-tawa. Sedangkan Lukas tidak ingin ikut campur dan menasehati Hans untuk mengalah daripada kehilangan istri sebaik Freya.

Alis mata Hans langsung menaik keduanya, mendengar kata dari ayahnya. Yang segitu mudahnya menilai mantan seketarisnya yang jelek itu hanya dengan sekali lihat.

"Hans, cepat antar menantuku untuk mengambil semua keperluanya dan kembali ke sini dulu! Sebelum kalian pergi honeymoon?" perintah Eleina dengan tegas.

Hans yang tidak berdaya, mengikuti perintah ibunya dan lebih membuat Hans terkejut. Ibunya yang super cerewet, bisa-bisanya mengantar Freya ke area garasi mobil dan memastikan Freya memakai sabuk pengaman dengan benar atau tidak. Sedangkan anaknya saja tidak di hiraukan.

"Bu, aku pulang sebentar." Ucap Freya dengan cipak cipiki dengan ibu Hans.

"Hati-hati di jalan, jika Hans jahat padamu! Kasih tau ibu, akan ibu hukum dia?"

"Baik bu dan bye bye." Balas Freya dengan melambaikan tangan pada ibu Hans yang menurutnya sangat baik dan ramah.

Sedangkan Hans sudah kesal hingga otaknya akan meledak, melihat Freya yang masih percaya diri dengan memakai piyama dan bersikap cuek padanya.

"Ilmu pelet apa yang kau pakai pada ibuku?" tanya Hans yang kesal.

"Kenapa bapak kasar sekali, bicara seperti itu kepada ibu anda?" balas Freya yang salah paham.

"AAAAAAA.....GILA, BISA GILA AKU.'' Ucap Hans dengan menjambak rambutnya.

Ketika lampu merah dan mobil berhenti. Freya yang menatapi Hans hanya menghela nafas panjang dan tidak perduli. Kecuali hanya mengatakan lokasi tempat kontrakkannya. Tatapan mata Hans ke arah tempat kontrakkan yang dekat dengan perusahannya dan melihat sekelilingnya yang lumayan bagus dan bersih.

Di dalam kamar, Freya memasukan berapa bajunya ke dalam koper kecil. Karena bajunya juga tidak banyak, setelah yang lama sudah di buang.

"Maaf, lama menunggu!" saut Freya yang langsung masuk ke dalam mobil dengan koper kecil di simpan di kursi penumpang.

"Hanya itu saja?" tanya Hans dengan sebelah alis mata mengangkat ke atas.

"Iya, kenapa?'' balas Freya dengan binggung.

"Tidak."

"Jangan-jangan, kau mengira aku mau minta beli ini itu padamu! Lupakan saja, aku masih punya sisa gaji yang kau bayarkan kemarin.'' Ucap Freya dengan nada menyindir Hans yang tergolong pelit yang berani mendiscon gajinya sebanyak 50% dan di pecat seenak hatinya.

"Siapa tau! Kan aku belum mengenal tabiat burukmu.''

"Bapak ini sungguh pelit, sudah discon gajiku dan memecatku dengan seenak hati! Masih menuduh orang dengan seenak hati,"

"Mendiscon gajimu, aku mana pernah melakukannya! Kau aja yang mimpi, seenaknya menuduhku?''

"Kenyataan dan aku malas ribut, aku ingin secepatnya bercerai dari mu?"

"Belum setahun dan kita tidak bisa cerai! Oh iya, bagaimana dengan acara pernikahanmu yang setelah di putusin pria itu?" tanya Hans tanpa memikirkan perasaan Freya

"Oh itu, sudah selesai dan di gantikan oleh pegantin wanita lain! Jadi tidak perlu di perdulikan lagi?" balas Freya dengan sikap biasa.

Hans yang melihat sikap Freya begitu tenang, merasa aneh dan curiga tapi dirinya tidak banyak tanya. Selain akan menyuruh orang menyelidikinya demi kemanan dirinya dan berjaga-jaga di masa depan agar tidak kena peras oleh Freya.

Dalam berapa menit, mobil kembali kediaman orang tua Hans dan Eleina sudah di depan pintu. Menunggu ke pulangan menantunya dan Hans semakin terkejut dengan sikap ibunya yang seperti bumi dan langit. Dengan Dessy, bersikap kejam dan sadis. Sedangkan dengan Freya, seperti anak sendiri. Sampai di tungguin dan di sambut kepulangannya.

Wedding and ContrackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang