Welcome to my story🤗
Sebelum mulai baca, tonton teaser video ini dulu ya biar dapet gambaran karakternya gimana
✨ SELAMAT MEMBACA ✨
~~
Di sepanjang kiri-kanan jalan menuju pendopo, tampak berderet-deret hasil bumi disusun rapi di atas sebuah meja kayu panjang. Suara senandung beserta alunan alat musik petik kian santer terdengar, memenuhi celah udara hingga beberapa meter radiusnya. Beberapa orang tampak berlalu-lalang sambil menggotong beberapa perlengkapan persembahan untuk dibawa ke pendopo, sebagai tanda syukur pada para dewa atas panen raya yang dilimpahkan.
Tampak seorang pemuda bermanik rubah melewati para warga yang sibuk berlalu-lalang itu. Menemui seseorang di balik pohon besar. Helaan berat mengudara darinya, begitu mendapati orang yang dicarinya itu, yang seharusnya ikut membantu menyiapkan upacara persembahan MALAH ENAK-ENAKAN TIDUR DI SINI!
Ia merunduk mengambil sebuah kerikil kecil dan melemparkannya pada orang itu. "Cepat bangun. Semua orang mencarimu," katanya lantas mengambil buku bersampul kulit yang menutupi wajah temannya itu. "Enak sekali malah tidur di sini!"
Si teman melenguh pelan. Keningnya mengernyit karena sorot mentari yang langsung mengenai wajah. "Jangan ganggu aku! Semalam, aku sama sekali tak bisa tidur," kesalnya. "Lagipula, untuk apa juga orang-orang mencariku, Jeongin?"
Jeongin berdecak pelan. Ia tahu Seungmin-temannya-ini lebih bersahabat dengan buku ketimbang manusia. Tapi, tak bisakah ia bersosialisasi barang sekali saja di upacara panen raya yang hanya ada setahun sekali ini?
"Untuk apa? Kau tanya untuk apa?" ucap Jeongin sedikit mengomel. "Tenu saja untuk membantu-"
"Ada 324 penduduk di desa ini. 140 remaja dan pria dewasa termasuk kita berdua, 138 wanita dewasa, dan 46 anak-anak," balas Seungmin. "Oh, ada 325 jika anak paman Jinyoung yang baru lahir tiga hari lalu itu ditambahkan juga," sambungnya. "Persiapan upacara semacam ini paling hanya membutuhkan tenaga 250an orang saja. Jadi, tenagaku sama sekali tak dibutuhkan."
Jeongin melongo mendengar penjabaran Seungmin. "Apa kau berusan ... menjelaskan berapa banyak penduduk di desa ini? Bagaimana? Apa kau habis melakukan sensus?"
Sudut bibir Seungmin tertarik. Ia menepuk pahanya beberapa kali, menyingkirkan daun kering menempel di celana, kemudian beranjak dari tempat duduk. "Kalau otakmu jalan, pasti kau akan paham." Ia menepuk bahu Jeongin dan berderap pergi.
"Hei! Apa kau barusaja mengataiku bodoh?!" seru Jeongin tak terima.
"Bukan mengatai. Memang fakta!" balas Seungmin disertai tawa pelan.