Part 6

8.6K 485 28
                                    

Tangan Arka terus mengusap perut Qia, "Gak mau minum obat aja Qi?" tawarnya.

Qia menggeleng, ia sesekali meringis, "Gak usah Ka, ini pasti bentar lagi ilang," jawabnya.

Arka menghela nafas, "Tapi gak biasanya lo sampai pucat kayak gini Qi," balasnya sambil mengusap wajah Qia yang pucat.

Qia hanya diam, sore-sore begini ia malah sakit. Padahal tadinya, ia berencana untuk mengajak Arka begadang, mumpung malam minggu.

"Merem deh Qi, entar sakitnya biar ilang," titah Arka sambil menidurkan dirinya di samping Qia, ia menghadap ke arah Qia dan memeluk tubuh Qia erat.

Qia tersenyum tipis, ia membalas pelukan Arka dan mulai memejamkan kedua matanya.

Tak lama Arka mendengar dengkuran halus dari mulut Qia, ia melonggarkan pelukannya dan menatap Qia.

Kemudian ia mencium puncak kepala Qia, "Jangan sering sakit Qi, gue deg-deg an jadnya," gumamnya pelan.

•••••

Qia mengerjapkan kedua matanya pelan, ia mengedarkan pandangannya di kamar itu, kosong.

Lalu ia beranjak dari kasur dan segera turun ke bawah mencari Arka.

"Udah bangun?" sapa Arka dari sofa.

Qia mengangguk pelan, "Jam berapa Ka?" tanyanya, ia melangkahkan kakinya ke arah sofa dan menidurkan dirinya, kepalanya tidur di paha Arka.

Arka tersenyum kecil, ia mengusap rambut Qia pelan, "Jam setengah lima. Masih sakit gak?" tanyanya balik.

Qia menggeleng, ia menghadapkan kepalanya ke perut Arka, "Perut lo agak keras," gumamnya.

Arka terkekeh singkat, ia memilih untuk terus melihat adegan action di televisi yang ia hidupkan sedari tadi.

"Ka, pengen ke pasar malem," ujar Qia.

Arka menunduk menatap Qia, "Kemana?" tanyanya.

"Pasar malem," jawab Qia sedikit keras.

Arka tampak berfikir, "Perutnya masih sakit gak? Yang memar juga," tanya Arka lagi.

Qia menggeleng, perutnya saat ini sudah seperti biasa, "Udah engga. Bener deh," jawab Qia meyakinkan.

Arka manggut-manggut, "Iya, nanti kesana," balasnya. Qia tersenyum senang, ia memeluk pinggang Arka dan memejamkan matanya kembali.

Arka menunduk, "Ngapain bangun kalau tidur lagi," gumamnya sambil mengusap-usap kepala Qia.

"Gue masih ngantuk Ka," ujar Qia yang mendengar gumaman Arka.

"Mandi sana, udah sore belum mandi," titah Arka. Qia bangun, ia langsung berdiri namun tangannya kembali di tarik oleh Arka.

Arka menatap Qia khawatir, "Pusing Qi?" tanyanya.

Qia mengangguk, ia ceroboh, bisa-bisanya ia yang punya penyakit darah rendah malah langsung bangun.

Semua orang tau jika orang yang mempunyai darah rendah, setelah tidur tidak boleh langsung berdiri, itu akan menyebabkan pusing, bahkan kedua mata yang terlihat sangat gelap.

Ar-Qi (AFTER MARRIED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang