Part 23

5.6K 468 35
                                    

"Nangis mulu sih kerjaannya, herman gue,"

"Eh, heran maksudnya," geram Arka karena mendengar isakan Qia.

Bayangkan saja, malam-malam sudah jam tidur Qia malah menangis dengan alasan tidak jelas.

Sudah berkali-kali Arka bertanya kenapa Qia menangis, namun Qia hanya menggeleng sembari terisak.

Arka terus mengusap punggung Qia, ia sudah mengantuk padahal, nsamun suara tangis Qia membuat kedua matanya kembali terbuka lebar.

"Lo gak capek apa nangis mulu Qi?" ujar Arka yang mulai kesal.

Qia diam, ia mengusap kedua pipinya dan melepas pelukan Arka, tatapannya menuju wajah Arka, "Kenapa?" tanya Arka lembut.

"Kebelet pipis," jawab Qia sambil bangkit dari kasur dan melangkahkan kakinya cepat kearah kamar mandi.

Arka yang melihat itu melongo, "Kebelet pipis? Sampe nangis?" ingin sekali Arka mencakar-cakar wajah Qia saat ini, namun ia urungkan mengingat ada calon anaknya di perut Qia.

Setelah beberapa menit Qia keluar dari kamar mandi dan kembali tidur disamping Arka.

Arka hanya melihat gerakan si istri kecilnya, ia menghela nafas lelah dan membalikkan badannya membelakangi Qia dan mulai memejamkan kedua matanya.

"Hiks,"

Arka mengelus dadanya sabar, ia membalikkan badannya dan duduk, "Apa lagi sih Qi?!" kesalnya.

"Pengen peluk," cicit Qia pelan.

Mendengar jawaban dari Qia, sontak Arka tersenyum, ia lantas kembali menidurkan tubuhnya dan memeluk Qia erat.

•••••

Qia terbangun dari tidurnya, ia menatap wajah Arka yang masih tertidur pulas sambil memeluknya erat.

Ia mencium pipi Arka pelan, membau baju Arka, kemudian ia segera bangkit karena merasa perutnya sangat mual.

Langkah kakinya sedikit terburu-buru ke arah kamar mandi, ia langsung memuntahkan cairan bening di wastafel.

Tangan kirinya memeras perutnya, sedangkan tangan kanannya berusaha menompang tubuhnya yang lemas.

"ARKA!" teriak Qia.

Bukannya bangun, Arka yang mendengar teriakan Qia hanya menggumam pelan sambil menggeliat mencari kenyamanan.

"Huelk, huelk," Qia terus memuntahkan cairan bening yang keluar dari mulutnya.

Kedua matanya sudah penuh dengan air mata, kenapa rasanya sakit dan gak enak?

Qia berjongkok untuk menyeimbangkan tubuhnya yang sedikit oleng karena pusing.

"ARKA! hiks," panggil Qia.

Kedua mata Arka sontak terbuka lebar mendengar isakan Qia, ia bangkit dan langsung mengedarkan pandangannya, "Dimana?" tanya Arka.

"Kamar mandi," jawab Qia dari dalam kamar mandi.

Arka langsung bergegas kearah kamar mandi dan membuka pintu itu buru-buru, ia terkejut melihat Qia yang berjongkok sambil bersandar di tembok, mukanya pucat sekali.

"Kenapa Qi? Ada yang sakit?" tanya Arka khawatir.

Qia mengangguk pelan, ia bangkit lagi dan kembali memuntahkan cairan bening, Arka memijat tengkuk Qia dan membasuh muka Qia.

Ar-Qi (AFTER MARRIED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang