4 bulan kemudian
Arka mengelus dadanya sabar, berkali-kali ia mengucapkan kata istighfar di dalam hatinya.
Sedaritadi Qia terus merengek karena meminta ikut dengan Arka, padahal hari ini Arka ada koas di rumah sakit.
"Aku pengen ikut Ka!" pinta Qia sembari terisak.
Di belakangnya sudah ada Salma yang mengelus punggung Qia, ya, mereka berada di rumah Adam-Salma, guna mewanti-wanti kejadian yang tidak diinginkan.
Apalagi, usia kandungan Qia berada di usia sembilan bulan, yang artinya bisa kapan saja Qia merasakan kontraksi hebat.
"Arka pulang cepet kok, Qia sama bunda ya. Kita buat kue," ajak Salma agar perhatian sang menantu teralih.
Qia menggeleng, tangannya terus menarik tangan Arka, agar suaminya itu tidak berangkat kuliah.
Satu tangan Arka mengusap pelan kepala Qia, "Nanti aku beliin biskuat coklat. Kamu disini sama bunda ya?" bujuknya, lama-lama ia tidak tega melihat istrinya yang terus menarik tangannya sambil nangis.
Kemudian tangan Arka beralih pada perut buncit Qia, ia tersenyum tipis, "Heh curut," bisiknya.
"Ekhem, jangan buat bunda nangis terus dong. Papa cuma sebentar kok perginya," lanjutnya dengan suara yang biasa-biasa saja.
Dug
Qia meringis pelan, sedangkan Arka terus mengusap perut Qia. Mereka sudah biasa mendengar tendangan dari perut Qia.
"Sakit banget gak Qi?" tanya Arka khawwatir.
Qia menggeleng, "Kayak biasa," jawabnya jujur.
"Definisi calon anak gak punya akhlak," gumam Arka namun masih bisa di dengar oleh Salma dan Qia.
"Arka!" tegur Salma.
Arka tersenyum canggung, "Ya udah. Arka pamit, udah mau telat," pamitnya.
Qia menunduk sedih, kemudian ia mendongak, detik selanjutnya ia langsung merangkul erat tubuh Arka yang berada di depannya.
Arka terkejut, ia mencoba melepas pelukannya, namun kekuatan ibu hamil itu jauh lebih besar, "Qi, nanti anak kita penyet,"
Salma tertawa mendengar penuturan dari Arka. Anaknya ini bisa-bisa aja, "Qia, biarin Arka ngampus ya. Dia pulang siang kok," bujuk Salma.
"Kamu mau titip apa?" tanya Arka lembut sembari mengusap-usap punggung Qia.
Qia melepas pelukannya, ia menggeleng, "Jangan lama-lama," pesannya.
Senyum Arka tak pernah pudar saat melihat wajah cantik Qia, "Iya. Habis koas aku langsung pulang," jawabnya.
"Jangan koas," rengek Qia.
Salma menatap Arka, "Jangan koas dulu Ka, kasihan Qia. Harusnya kamu nemenin di masa-masa dia hamil tua gini," nasehatnya.
Arka mengangguk pelan, "Iya bun, nanti Arka gak koas," jawabnya.
"Aku pergi dulu ya, kamu disini sama bunda. Jangan capek-capek," pamit Arka lagi, kemudian Qia segera menyalami Arka dan mencium pipi Arka.
•••••
"ARKA!" pekik Qia sembari berlari kecil kearah Arka.
Kedua mata Arka mendelik kaget, "Jangan lari-lari Qi!" tegurnya, baru saja memasuki rumah ia sudah dikejutkan dengan suara cempreng milik Qia.
Qia memelankan langkahnya, nafasnya pun sudah ngos-ngosan, padahal ia berlari kecil hanya dengan jarak satu setengah meter.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ar-Qi (AFTER MARRIED)
Teen FictionSEQUEL [MY FIANCE'S SECRET] Yang belum baca MFS silahkan baca duluu, supaya tau lika-liku kehidupan mereka saat SMA. ♡♡♡ Menikah muda bagi Arka dan Qia adalah hal yang menyenangkan, diawali dari persahabatan dari kecil, lalu dijodohkan, dan sekarang...