Seorang gadis berpakaian biru polos sedang membenamkan kepalanya pada tengkuk pemuda itu. Pemuda tersebut bisa merasakan dengan jelas hembusan nafas yang menyelimuti tengkuknya.
"Taufan?"
-----------
"Eh? Taufan ngapain?" Tanya Thorn.
Seketika Taufan mundur membuat jarak antara satu sama lainnya. Thorn hanya memiringkan kepalanya binggung.
"T-Thorn.. Aku..." Taufan menunduk kaku, wajahnya memanas diikuti dengan wajah malu.
"Kenapa?" Thorn semakin binggung dibuatnya.
Taufan mendongakkan kepalanya.
"Aku... Suka Thorn, ah tidak mencintai maksudku." Jawab Taufan to the point.
Taufan kembali menunduk dengan malu, sedangkan Thorn masih memproses respon Taufan. Memang agak lama Thorn memproses maksud Taufan, namun saat Dia selesai memproses tawa kecil mengukir diwajah imutnya.
"Hehe, Bereneran nih??" Tanya thorn dengan nada menggoda.
Taufan blush dibuatnya, mematung kaku dengan wajah yang memanas itu cukup membuat Thorn tetawa.
Thorn pun memeluk Taufan dengan erat membuat sang empu tersentak. Pelukan hangat di dinginnya malam ini membuat seorang Taufan nyaman dan membalas pelukan itu.
"Nyaman, hm?" Tanya Thorn seraya mengusap usap rambut Taufan yang terurai.
"Hm~"
Sepetinya terlalu nyaman untuk Taufan yang memang jarang mendapat pelukan. Yah, maklum abang stundere gitu lo- //plak ditampar hali.//
"Jadi apa calon tunanganku ini setujuh?"
"Mungkin..."
Taufan pov
Flashback on
"Kenapa Thorn berani membuang nyawanya demi aku?"
"Mudah saja." Kak Hali tertawa kecil.
Aku jadi binggung maksudnya, aku merasa ada yang tidak beres dengan Kakakku yang satu ini.
"Mudah maksudnya?" Aku mendesaknya untuk menjawab membuat iris rubynya kembali menatapku, tapi bukan tatapan tajam malah terkesan lembut.
"Hei dia itu calon tunanganmu."
Aku malah menganga dengan jawaban ngawur itu. Jawaban "calon tunanganmu" yang ditekankan membuatku tertegun. Kakakku ini demam atau apa?? Kok sampe setujuh jodohin adiknya sendiri?
"Ck, kak Hali jangan ngawur, yang serius!" Aku mendengus kesal seraya membuang muka untuk menutupi semburat merah dipipiku.
"Hoi, kapan seorang Halilintar berbohong?" Tanyanya dengan wajah datar, tangannya terlipat didepan dada dengan posisi duduk.
Ok, aku sudah tidak ada kata-kata lagi. Sebaiknya aku keluar dari tempat ini. Pikiranku mulai berantakan. Akhirnya aku memutuskan untuk berdiri dan meninggalkan kamar kakakku, namun ditahan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Stories
Fanfiction[Hiatus] Tiga CEO perusahaan besar yang sukses besar menjalin kerjasama antara ketiganya. Walau CEO perusahaan tersebut baru mengapai umur 18 tahun, tapi otak mereka benar-benar bermain. Perusahaan Thunder, Frost, dan Forest adalah nama perusahaan...