Chapter 9

374 33 23
                                    

"Nggak, aku nggak mengakuinya. Aku nggak percaya dia Solar."

._._._._._._._._._._._._._._.

Solar yang mendengarnya hanya bungkam, sebungkam-bungkamnya. Sementara Thorn sudah terlihat kesal.

Perdebatan tak berfaedah pun terjadi. Bahkan sangat sengit, antara Halilintar dan Thorn.

Tak lama pula Gempa, Taufan, Blaze, Ice, dan Boboiboy juga datang. Mereka terkejut kalau pemuda yang berbaring sakit itu kini sadar dan berdebat.

"Hei-hei, ada apa ini?? Masa bangun-bangun udah kayak orang ngajak gelud?" Lerai Ice.

"Hey, Ice!! Hali, berkata kalau dia terakhir ingat jatuh dari balkon rumah. Kan itu kejadian 3 tahun lalu." Jelas Thorn yang memang sudah kesal, nadanya pun terkesan tinggi dan berat.

Ice berfikir sejenak Ia melihat ketiga insan yang sudah dari tadi di ruangan ini.

"Hey, bukannya Docter bilang Halilintar mengalami amnesia. Maksunya hilangnya pecahan memori." Gempa mencoba mengingatkan.

"Ah, iya. Aku lupa. Sepertinya Halilintar tidak akan mengenali kalian berempat." Balas Boboiboy yang juga konek.

"Lah, Solar gimana dong?" Blaze merasa aneh dengan sahabatnya yang duduk dengan wajah sedih itu.

"Kemungkinan tidak akan diakui. Karna Halilintar adalah orang yang keras kepala." Lanjut Boboiboy.

Sementara Solar hanya memandangi interaksi mereka. Sepertinya dia sudah lelah melerai Thorn dan Hali, tapi tak ada hasil. Bahkan ketambahan Ice yang ikut nimbrun.

"Sol?" Tanya Taufan sambil mendaratkan tangan kirinya ke bahu Solar.

"Uh? Ada apa, Fan?" Solar mencoba sebaik-baik mungkin agar tidak terlihat sedih.

"Hah. Mereka berempat siapa, kak Boy?" Tanya Halilintar yang tak suka ada dengan keberadaan empat gadis itu.

"Lahh.. mereka Solar, Taufan, Gempa, dan Blaze. Masa lupa?" Balas Boboiboy mencoba mengingatkan.

"Solar? Solar, sudah gaada. Dia sudah pergi." Ucap Halilintar dengan nada tinggi.

"Kalo namanya Solar, yah Solar bodoh!! Lu lupa adek gw? Sama Taufan itu adik lu, Bodoh!!" Balas Ice dengan kesal pula.

Halilintar diam. Taufan adiknya? Nggak, Halilintar anak tunggal.

Dia merasa tak suka. Bahkan Ia meminta pada Ice dan Thorn, serta Boboiboy. Bahwa hanya mereka yang boleh menemuinya.

Hal itu tentu membuat Solar ingin membantah. Kenapa dirinya tak boleh menjenguknya? Begitu pula dengan Taufan.

Keputusan adalah keputusan. Tak dapat dirubah ataupun di bantah.

Dengan berat hati Solar keluar dari kamar inap itu, meninggalkan tujuh orang yang sedang berdiskusi. Walau hasilnya tetap sama.

.

.

.

.

.

.

Our Stories Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang