Chapter 14

473 35 0
                                    

Taufan menaikan kepalanya menatap Thorn kembali. Nampaknya pemilik netra emerald itu mengalami mood down. Semakin banyak pertanyaan yang ingin ditanyanya. Namun hanya dua yang paling penting menurutnya.

"Apa gunanya aku, dan kenapa Thorn selalu menyelamatkanku setiap saat?"

✿✿✿

Thorn malah tersenyum, dia masih diam menatap Taufan dengan senyumnya, sedangkan yang ditatap merasa gugup akan jawabannya. Berharap bukan pertanyaan yang salah.

"Simple, kamu istimewa bagi Thorn." Balasnya dengan senyum yang tak luntur.

"E-eh??"

Taufan jadi salah tingkah. Dia mencoba menutupi wajahnya yang merah padam akibat jawaban yang dilontarkan orang didepannya, sedangkan orang tersebut terkekeh dengan tingkahnya.

"Kamu mau tau kenapa?" Thorn bertanya.

"Hm, kenapa?" Balas Taufan.

"Tanyakan jawabannya pada Halilintar." Lanjut Thorn dengan tawa kecil.

Taufan mendengus, dia kira akan mendapatkan jawaban. Malah disuruh tanya Halilintar.

Taufan akhirnya berdiri dan mengajak Thorn untuk mengambil pesanan tadi. Thorn mengangguk dan berdiri mengikuti Taufan. Thorn berjalan dengan melirik kanan kiri, berharap tak ada yang mengganggu waktunya.

Akhirnya dua sejoli itu berjalan menuju tempat berkumpul mereka. Disana semuanya sudah berkumpul, kecuali Taufan dan Thorn sendiri.

"Hoi, darimana?" Tanya Blaze.

"Hoam, kalian lama sekali aku sudah lama menunggu kalian." Ice mengusap-usap matanya, berusaha menghilangkan kantuk.

"Eleh, baru 10 menit menunggu dibilang lama." Sindir Halilintar.

"Maaf, lama. Ini Thorn belikan camilan buat kalian." Thorn duduk dan memberikan camilan tersebut.

Hari itu berjalan dengan menyenangkan. Sampai waktu menjadi agak sore, mereka memutuskan untuk kembali ke hotel. Disanalah pikiran Taufan melayang-layang, Dia ingin tau maksud Thorn. Maka dari itulah Taufan memutuskan untuk menemui sang kakak di kamarnya nanti malam sebelum adanya acara bersama yang lain.

Tok tok tok

Suara pintu membuat pemilik kamar beranjak dari duduknya dan membukakan pintu tersebut. Sudah terlihat Taufan yang berdiri diluar sana membuat Halilintar agak binggung.

"Hm? Ada apa, Fan?"

"Aku mau tanya sama kak Hali." Taufan melontarkan wajah serius.

Halilintar mempersilahkan Taufan masuk dahulu. Menurutnya hal tersebut bisa saja penting, nggak baik kalau ada yang tau atau menguping.

Taufan duduk di sofa dekat ranjang, sedangkan Halilintar menghempaskan dirinya diatas ranjang.

"Mau ngomong apa?" Halilintar menerawangi langit-langit kamar.

"Um... Aku binggung mulai dari mana." Taufan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Akhirnya Taufan menceritakan apa yang terjadi tadi, sedangkan sang kakak hanya diam dan setia menerawangi langit-langit kamar.

Our Stories Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang