Duapuluh tujuh : Change

608 55 32
                                    

Perubahan pada seorang lelaki adalah ketika ia berada di fase bodoamat dan tidak peduli dengan pasangannya

Insyap bos!


DEVAN & RESYA

HYR : CHANGE

Dengan style sederhana namun memikat. Resya sudah siap dengan pakaiannya. Seperti yang Devan katakan tadi sore, ia akan ketemuan malam ini dan mungkin bisa di bilang Dinner.

Resya tidak memakai gaun ataupun dress. Yang ia kenakan biasa saja dan tidak lepas dari gaya tomboy-nya.

Kaki jenjang Resya menuruni satu persatu anak tangga hingga anak tangga terakhir. Netranya melihat sang kakak yang sedang sibuk menonton telivisi.

"Bang, Resya pergi dulu, ya. Nanti kalau Mama-papa nyari Resya bilang aja ketemu teman," pesan Resya pada Delan.

Delan menoleh ke arah adiknya yang berdiri di sampingnya. "Dijemput?" tanya Delan.

Resya menggeleng pelan. "Resya pergi sendiri bang, naik taksi mungkin."

Dengan sigap Delan mematikan telivisi, lalu berdiri dan berjalan ke arah meja di depan sofa. Ia menyambar kunci mobil. "Abang anterin," ujarnya, kemudian ia melangkah lebih dulu keluar dari rumah.

Resya tidak menolak. Karena memang, sebenarnya ia malas sekali untuk keluar malam-malam di cuaca yang mendung seperti ini. Demi Devan ia rela untuk pergi.

Delan membukakan pintu mobil untuk Resya. Setelah Resya sudah masuk, lalu ia yang masuk ke dalam mobil.

Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan normal.

Tigapuluh menit di perjalanan, akhirnya sudah sampai di tempat yang Devan bilang tadi sore.

Jujur, Resya tidak menghubungi Devan lagi sejak pulang dari danau. Lelaki itupun begitu juga, tidak menghubungi Resya.

"Resya turun ya, bang. Makasih loh udah nganterin adikmu ini," kata Resya jujur.

"Nggak perlu makasih, cukup lo traktir Abang makan," gurau Delan dengan kekehan.

Wajah Resya mendadak cemberut. "Abang...," ujarnya manja.

"Canda, de."

Delan mengambil sesuatu di saku celananya. Terlihat uang berwarna merah beberapa lembar. Kemudian disodorkannya ke arah Resya.

"Ini apa, bang?" tanya Resya tidak mengerti.

"Uang, apalagi?"

"Iya, maksudnya ngapain ngasih Resya. Resya masih ada uang, kok."

"Ambil aja buat simpanan, kali aja perlu 'kan?"

Dengan berat hati Resya menerimanya. Ia mencium tangan Delan sebagai rasa hormat, lalu keluar dari mobil.

"Nanti hubungi Abang kalau mau pulang. Abang jemput!"

Resya mengacungkan jempolnya tanda setuju. "Oke, bang."

"Dadah..." Ia melambaikan tangan pada Delan yang sudah mulai menjauh.

Dengan langkah tergesa Resya memasuki Cafe. Ia sudah telat sepuluh menit dari jam janjian. Semoga saja Devan tidak akan ngambek.

Resya celingukan mencari meja No 2. Beberapa menit mencari, ketemu juga. Segera Resya menuju meja tersebut.

Di mana Devan? Ia belum datang?

Have you RESYA! [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang