Duapuluh lima : Student council secretary

623 51 14
                                    

Ingin mencegah. Tapi, angan selalu saja datang dan berpihak pada kenyataan.

HYR Qoutes


DEVAN & RESYA

HYR : STUDENT COUNCIL SECRETARY

"Res! Pagi-pagi melamun," sapa Tiara dengan tangan yang menepuk pelan pundak Resya, hal itu juga membuat lamunan Resya hilang seketika.

"Mikirin apa sih?" tanya Tiara penasaran. Ia duduk di samping Resya-tempat duduknya-

Resya menggeleng, sekilas tersenyum. "Enggak ada kok."

"Bohong."

"Enggak ada Tiara, sayang." Tangannya mengelus pipi Tiara. Wajah sahabatnya itu juga menatapnya jengkel dan cemberut.

Resya tidak ingin bercerita tentang masalah kemarin. Bukannya tidak percaya pada Tiara. Tapi Resya tidak ingin Tiara ikut terbebani dengan masalahnya dan Devan.

Devan juga sudah menceritakan semuanya. Siapa itu Sirena, apa hubungannya dengan Sirena dulu, dan kenapa Devan bisa sangat membenci gadis itu.

Bukannya marah, Resya malah salut dengan Devan. Ia mau berbicara jujur padanya. Padahal banyak lelaki yang tidak ingin jujur demi menyelamatkan hubungan mereka. Devan berbeda, Ia akan menceritakan apapun yang mengganjal dipikirkannya.

"Tuh kan melamun lagi. Ayo cerita, Res," desak Tiara sambil menggoyangkan tangan Resya kuat, seperti anak yang ingin meminta jajan pada ibunya.

Resya terkekeh pelan. "Ih, apa yang mau di ceritain masalahnya aja nggak ada."

Tiara berdecak sebal.

Rina-teman sekelas Resya- menghampiri Resya dan Tiara di tempat duduk mereka.

"Res, lo dipanggil kak Devan dan disuruh ke ruang osis sekarang!" pungkas Rina, jarinya mengarah pada ruang osis yang sebenarnya tidak terlihat.

"Gue?" tanya Resya bingung.

Rina mengangguk cepat. "Iya. Buruan nanti dicariin." Setelah berucap Rina kembali ke belakang dan berbicara pada teman-temannya yang sedang sibuk menghibah.

"Sana pergi." Tiara mendorong pelan tubuh Resya yang tidak ingin berdiri.

"Gue lagi menstruasi, mager banget gerak, Ra. Lo aja deh yang ke sana," pintanya memohon.

Gelengan cepat dari Tiara mengakibatkan Resya berdiri. Mau tidak mau Ia harus pergi. Dari pada mendapatkan omelan dari Devan nanti.

Dengan langkah gontai Resya berjalan. Rasanya dari kelasnya menuju ruang osis begitu jauh, padahal sebenarnya dekat. Mungkin saja efek magernya ini.

Di koridor tidak sengaja Resya berpapasan dengan Auren. Ia membawa sebuah amplop putih di tangannya. Tidak ingin mengira-ngira Resya beranikan bertanya.

"Hai, Ren." Resya tersenyum hangat.

"Hai, Res." jawab Auren tak kalah hangat.

Seakan paham dengan pikiran Resya, Auren memberitahu, "Ini surat ke pindahan gue, Res. Gue disuruh pindah atau dikeluarkan dari sekolah. Tapi, papa gue suruh pindah aja. Makasih banyak ya lo udah mau maafin gue. Gue nyesel Res pernah ngelakuin itu ke lo. Jaga Devan baik-baik, ya. Gue tahu lo bisa bahagiain Devan dengan ketulusan hati lo."

Have you RESYA! [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang