Tigapuluh empat : Stay Away

331 37 20
                                    

Memilih untuk tinggal, sama saja memberikan celah untuk rasa terus bertahan

HYRQoutes

HYR : STAY AWAY

Citt...

Gesekan pintu dengan lantai menimbulkan suara. Derai langkah kaki berjalan juga terdengar bernada. Pemiliknya menelisik isi dari dalam kamar tersebut. Mengamati satu-persatu apa saja yang ada di sana. Kamar besar ini dihias sedemikian rupa. Berjejer rapi puluhan boneka kelinci di dalam lemari kaca. Benar. Boneka-boneka itu adalah pemberian Devan di saat lelaki itu mengutarakan perasaannya. Bingkai foto berisi gambarnya dan Devan mendominasi kamar ini. Barang-barang yang pernah Devan berikan pun ikut andil di dalamnya.

Resya memajukan langkahnya. Mengambil kotak kaca kecil berisi satu buah gelang tali bertuliskan namanya. Gelang putih ini salah satu barang yang Devan kasih. Gelang couple dirinya dan Devan, mantan pacar.

Ck. Mantan pacar? Rasanya Resya masih belum ikhlas.

Resya membuka kotak kaca itu, mengambil gelangnya lalu dikenakannya, melekat pas di tangannya yang mungil.

"Pacar, ini ada hadiah buat kamu." Devan menyodorkan kotak Akrilik ke arahnya.

"Gelang? Lucu banget." Antusias Resya.

Devan membuka kotak itu, mengambil sepasang gelang bertulisan nama Devan dan nama Resya. Lelaki itu memasangkan di tangan sebelah kanan Resya. Ukuran pas.

Gantian, sekarang Resya menyematkannya di tangan Kiri Devan.

"Aaa... manis banget. Kita couple gini orang cemburu nggak, ya?" Devan sok tahu. Satu tangan mendarat mulus di bahu Resya. "Kamu gemas banget, pacar. Pengen dikantongin."

Resya sedikit risih karena mereka masih berada di lingkungan sekolah. "Malu, Dev. Kita juga lagi di sekolah."

"Nggak papa dong." Devan mencubit kedua pipi tembem Resya dengan gemas, kemudian mengusap puncuk kepala gadis itu.

Banyak kenangan, ya. Capek juga berpura-pura bahagia di depan semua orang.

****

Berkas-berkas sekolah berserakan di atas meja. Orang yang di tugaskan memeriksa berkas itu sedang tidak fokus. Pikirannya terbelah menjadi beberapa bagian. Masalahnya terlalu banyak untuk dibiarkan begitu saja.

Perempuan di sebelahnya mendesis. "Lo serius bantuin gue nggak sih, Dev. Gue lihat dari tadi lo nggak fokus. Ada masalah?"

Lamunan Devan buyar akibat Lula-Bendahara OSIS- bersuara. Ia menoleh ke arah Lula. "Ah. Maaf, Lu. Gapapa, kok."

"Oh. Kalau ada apa-apa cerita aja," tawar Lula mengerti.

Devan membalas anggukan, sedikit tersenyum hangat. Mereka melanjutkan tugas yang diberikan oleh kepala sekolah.

Selesai dengan tugasnya. Devan langsung menemui Tiara di kelas XI MIPA 2. Devan bergegas masuk ke dalam kelas, berdiri tegak di samping Tiara yang sedang menulis.

Tiara tahu bahwa Devan ingin bicara mengenai Resya. Tapi, Tiara tidak ingin memberitahu apapun tentang sahabatnya itu pada siapa pun termasuk Devan.

Have you RESYA! [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang