Duapuluh enam : New Student

565 49 14
                                    

Jangan pernah berharap lebih pada rasa, karena bisa saja ia akan membunuhmu secara perlahan-lahan

HYR Qoutes


DEVAN & RESYA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DEVAN & RESYA

HYR : NEW STUDENT

Taman sekolah. Salah satu tempat yang sering di kunjungi oleh warga sekolah. Tempatnya yang asri, nyaman, sejuk, indah. Itulah yang membuat betah di sekolah.

"Guys, gue mau cerita nih. Gue itu kan punya mantan, namanya Hera. Terus nih ya, mantan gue itu ngajak balikan. Gue sebenarnya mau nolak dia dan nggak mau balikan lagi, tapi gue kasian sama dia karena kata mamanya mantan gue itu lagi sakit. Menurut kalian gue harus gimana?" Fian selesai dengan curhatannya. Sekarang ia butuh saran dari sahabatnya.

Mereka yang ada di sana tampak berfikir panjang.

"Kalau menurut gue nih, lo jangan terima gitu aja," ucap Rayen.

"Setuju, bisa aja tuh mantan lo itu cuma pura-pura sakit biar bisa balikan sama lo!" timpal Devan setuju.

"Kalau kalian gimana, Res, Ra?"

"Kalau menurut gue, lo itu cari tahu dulu. Apa benar dia itu sakit, terus sakitnya parah atau enggak. Kalau emang dia beneran sakit dan yang bisa bikin dia semangat untuk sembuh cuma lo, gapapa balikan aja sama dia. Toh yang tahu dia gimana itu lo. Lo bisa jadi orang yang membuat dia semangat, lo semangatin dia sampai dia bisa sembuh."

Devan menyanggah, "Mana bisa gitu, pacar."

"Diam lu biji duren, orang pinter lagi ngomong. Lo jangan ikut nimbrung karena kalah pinter," kata Fian tidak peduli bagaimana Devan setelah mendengar itu.

"Kalau pun gue nggak cinta lagi sama dia?" lanjut Fian.

Resya mengangguk pelan. Raut wajahnya menandakan ia berfikir. " Benar sekali. Lo nggak perlu mikirin kalau lo itu cinta atau enggak sama dia. Yang pasti yang harus lo tanam dalam diri lo bahwa lo itu pengen dia sembuh, pengen nyemangatin dia. Gue rasa seiring berjalannya waktu dan kebersamaan lo itu lo bakal kembali jatuh cinta sama dia. Ini cuma masalah waktu."

"Sumpah, pinter banget lo, Res. Gue yang bego makin bego."

"Sebenarnya bukan gue sih yang pinter dalam masalah cinta gini, tapi Devan. Kan Devan pakarnya." Resya mencoba untuk bergurau.

"Bisa aja kamu, pacar." Devan tidak melepaskan rangkulannya pada pundak Resya.

Mereka kembali berbincang ringan, hingga mereka mendengar bisikan-bisikan dari beberapa orang yang lewat.

Have you RESYA! [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang