Happy reading!!!
Aku menghentak-hentakkan kakiku—kesal, begitu keluar dari ruangan CEO. Aku sudah mempersiapkan dua rangkap MoU yang akan dibawa nanti oleh Revan, bersama denganku juga. Perusahaan kami memenangkan tender yang nilai proyeknya lumayan besar. Makanya siang ini, kedua belah pihak akan menandatangani MoU secara langsung—bersamaan.
Sudah berapa kali aku memastikan kelengkapan dokumen yang akan dibawa. Sebelum berangkat, Revan memintaku mengeceknya sekali lagi mengenai apa saja yang mesti dibawa. Di waktu yang mepet, Revan malah menyuruhku membuat satu rangkap berkas lagi. Rasanya aku ingin menendang CEO bocah itu ke Pluto saat ini juga. Bagaimana tidak? Berkali-kali aku bertanya pada Revan sebelumnya, lelaki itu mengatakan tidak ada lagi yang perlu disiapkan. Semua sudah lengkap katanya. Dia memang selalu menyebalkan bagiku.
Sebenarnya mudah saja bagiku. Tinggal print lagi, datanya jelas masih ada di komputerku. Tapi yang membuatku semakin dongkol, kenapa tidak dari awal saja Revan memintanya?
Ada sekitar sepuluh lembar yang harus aku print kembali. Dengan kesal, aku kembali ke meja kerja dan segera mencari file yang berisi tentang MoU tersebut, kemudian menekan tanda print.
Kebetulan hari ini Shasa sedang ada keperluan ke kampusnya terlebih dahulu—seperti yang dia katakan kemarin. Siang harinya baru dia datang ke kantor. Jadi, aku agak kewalahan mengerjakan semuanya sendiri dalam waktu singkat. Pasalnya ada pekerjaan lain yang harus aku selesaikan juga.
❄️❄️❄️
Aku tiba kembali di kantor pada pukul 14.00. Rasanya melelahkan sekali hari ini. Aku merebahkan kepalaku di atas meja dengan tanganku sebagai bantalannya.
"Mbak Mitha." Sayup-sayup aku mendengar suara lembut Shasa. Aku yang baru saja memejamkan mata, berusaha untuk melek kembali.
"Iya, Sha. Kamu udah dateng dari tadi?" tanyaku ramah.
"Enggak juga. Baru 1 jam-an yang lalu," jawab Shasa. "Gimana tadi, Mbak? Lancar? Mbak kayaknya capek banget."
Aku mengangguk lemah. "Nanti sore mau berangkat bareng ke restoran?" tawarku.
"Boleh banget, Mbak. Tapi, barusan si bos ngajakin bareng juga. Gimana ya?" tanyanya bingung.
"Ya udah, lo sama dia aja. Gue bisa nebeng sama mobilnya Pak Angga," ucapku.
"Aku nggak mau kalau berdua doang sama dia. Mbak ikut bareng kita aja, gimana?"
"Nggak enak, Sha. Masa gue jadi nyamuk entar?"
"Mbak Mitha, ih! Jangan bilang kalau Mbak percaya sama gosip yang dibilang mereka itu?" Shasa cemberut. "Aku nggak ada hubungan apa-apa sama dia. Aku udah punya seseorang yang spesial dihatiku."
"Ciee... siapa tuh?" tanyaku.
"Ada deh. Nanti aku kenalin sama Mbak Mitha."
❄️❄️❄️
Revan mem-booking sebuah restoran mewah untuk merayakan proyek besar yang baru saja kami dapatkan. Usai jam kerja, dia meminta semua karyawan wajib ikut ke sana. Barusan, sebelum ke kantor, dia mengajakku mendatangi restoran itu sekalian makan siang di sana. Untuk pertama kalinya aku makan siang berdua dengannya. Kami diam-diaman selama makan. Aku malas untuk membuka omongan terlebih dahulu dengannya.
"Wah, ternyata Pak Revan royal juga sama kita-kita,"
"Iya, gak nyangka. Dibalik sikap dinginnya, dia asik juga kayaknya,"
"Lumayan. Kapan lagi coba gue bisa makan di restoran mewah begini,"
"Eh, katanya ada tujuan lain di sini selain merayakan proyek yang kita menangin,"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Berondong(TAMAT)
Romance"Sorry, saya nggak level sama berondong," -Mitha Tri Wahyuni- "Saya bisa bikin kamu menarik kata-katamu barusan," -Revan Widyatama- *** Mitha mengibarkan bendera perang dengan Revan sejak awal lelaki itu menjabat sebagai CEO baru di kantornya. Men...