Ada yang kangen Shasa? Dia muncul di beberapa part di cerita ini. Ingat part pas Shasa baru masuk magang?
Jangan lupa vote+comment dan share cerita ini ya!
Follow akun author juga donk! heheHappy reading!!!
Hari ini ada seorang mahasiswi magang yang mulai masuk kerja. Aku senang mendengar berita ini. Kata Pak Angga, mahasiswi tersebut akan menjadi sekretaris selama 2 bulan untuk membantu meringankan pekerjaanku. Aku mengeluh kepada Pak Angga mengenai pekerjaanku yang menumpuk, belum lagi banyak urusan lain yang mesti aku handle. Syukurlah si Revan itu menyetujuinya ketika Pak Angga mengatakan akan menambah sekretaris baru untuk membantuku. Sambil mencari seseorang yang juga ada background di bidang sekretaris, kata Pak Angga untuk sementara waktu ini, mahasiswi itu yang akan mengisi posisi sekretaris. Tidak apa-apa, dari pada aku bekerja sendirian dengan setumpuk dokumen dan mengatur segala sesuatu keperluan si Bos.
"Mau masuk Mbak?" tanyaku—melihat seseorang berdiri di depan pintu CEO. Aku baru saja kembali dari toilet. Mungkin wanita itu ragu mau masuk ke ruangan di depannya. Dia membalikkan badannya ke belakang dan tersenyum ramah padaku. Cantik sekali! Aku sebagai sesama wanita saja mengakui kecantikan yang terpancar di wajahnya.
"Iya," jawabnya lembut. Oh My God! Bukan hanya parasnya yang cantik, tapi dia juga mempunyai suara yang lembut.
"Kamu siapa?" tanyaku memastikan dugaan yang ada dipikiranku.
"Saya Sharaza, anak mag—eum... sekretaris perbantuan, kata Pak Angga," cicitnya.
Aku tersenyum mendengar jawabannya. Lega rasanya, aku akhirnya punya teman juga menghadapi tingkah bosku yang songong bin menyebalkan itu. Sombong dan suka seenaknya kalau ngasih kerjaan. Belum lagi, kalau mood-nya sedang jelek, semua bisa kena dampaknya. Bagiku, nggak ada satu pun sisi baik darinya.
"Gue Mitha, sekretaris utama CEO. Gue senang ada teman, nggak sendirian mulu di depan sini. Ayo gue anterin masuk!" ajakku.
"Pak, ini ada sekretaris perbantuan," ucapku setelah kami masuk ke dalam ruangan CEO.
"Hmmm," dehem Revan.
Sok cool banget sih lo!
Aku mencibir dalam hati. Revan hanya berdehem saja mendengar ucapanku. Dia masih menunduk, sibuk dengan dokumen yang dibacanya—tanpa menoleh sama sekali. Nggak sopan! Liat dulu kek!
Ku lirik wanita di sampingku, dia menundukkan kepalanya. Aku kembali menatap ke depan—ke arah Revan.
"Pak, dia akan berada di meja depan, di sebelah saya, semisal Bapak butuh apa-apa," ucapku lagi. Barulah lelaki songong itu bereaksi. Dia meletakkan dokumen yang dibacanya dan menatap kami berdua bergantian—walau wanita di sampingku masih menundukkan kepalanya.
"Kata siapa?" Siapa yang ngatur kalau dia di meja depan di luar ruangan saya?" tanyanya.
Aku mengerutkan alisku, "Maksud Bapak?"
"Dia di dalam ruangan ini sama saya, di meja pojok sana,"
"Hah?!" seruku histeris. Wanita di sampingku juga nampak kaget. Dia mendongakkan kepalanya—menatap Revan. Sedangkan Revan, dia tengah menatapnya sambil tersenyum hangat. Pemandangan yang langka!
"Hai, Sha! Long time no see ya!" sapa Revan kepada wanita itu.
"Revan?" sahutnya.
Aku menyikut lengan wanita itu. Berani-beraninya anak baru itu memanggil CEO mereka tanpa embel-embel 'Pak.' Ya, walau dia kenal sama Revan juga tapi ini kan di kantor.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Berondong(TAMAT)
Romantizm"Sorry, saya nggak level sama berondong," -Mitha Tri Wahyuni- "Saya bisa bikin kamu menarik kata-katamu barusan," -Revan Widyatama- *** Mitha mengibarkan bendera perang dengan Revan sejak awal lelaki itu menjabat sebagai CEO baru di kantornya. Men...