Ini bukan extra part, cuma part iseng karena aku lagi kangen sama ReMi. Ada yg kangen juga ga??? Versi lengkap ada di e-book :p
Ada yg uwuuu uwuuuu. Eh, ada bagian malam pertama juga ga, ya? Hahahhaha"Hah?! Dimajuin jadi 2 minggu lagi?"
Semua melongo dengan pernyataan Revan beberapa saat yang lalu di ruang keluarga, di rumahku.
"Iya Om, Tante," jawab Revan mantap. Tidak ada keraguan sedikit pun padanya.
Mama melirikku seperti ingin mendengar bagaimana pendapatku, aku hanya mengangkat bahu. Aku sih, terserah Revan saja.
"Apa nggak terlalu cepat, Nak Revan?" Papa kembali bertanya.
Revan menggeleng tegas. "Saya sudah memikirkan semuanya, Om. Saya akan mengurus semuanya."
"Tapi bagaimana dengan undangan yang telah disebarkan?" Kali ini mama yang bertanya.
"Bisa diatur, Tan. Aku udah ada rencana untuk itu."
Mama manggut-manggut. "Kalau boleh tahu, kenapa harus dimajuin?"
"Udah nggak sabar pengen cepet-cepet halalalin Mitha." Revan menjawabnya dengan to the point--membuatku malu mendengarnya.
"BUCIN!!!" seru Fero meledek. "Asli lo bucin parah sama Kak Mitha. Apa sih, yang menarik dari Kakak gue ini? Cantik juga enggak... B aja gitu."
Aku mencubit lengan Fero yang duduk di sebelahku persis.
"Iri bilang, Bos!" Aku menjulurkan lidahku padanya. "Mana cewek yang katanya mau lo kenalin ke gue? Nggak ada, 'kan?"
"Ada... minggu depan gue bawa ke sini."
"Prove it! Jangan hanya sekedar omdo."
"Udah... udah. Kalian ribut mulu. Kita' kan lagi bahas tentang nikahan kamu, Kak," ujar mama menatapku dengan geleng-geleng kepala.
***
Revan benar-benar tidak ingin merepotkanku dalam mempersiapkan segala sesuatu untuk pernikahan kami yang akhirnya dimajukan. Kedua orang tua kami hanya menurut saja. Aku hanya fokus mengurus kerjaan yang harus aku hand-over.
Urusan WO, tempat pernikahan yang awalnya sudah ditentukan, semua diurus oleh orang-orang suruhan Revan. Kata Revan, nggak ada yang berbeda. Kami nantinya tetap akan menikah di tempat yang telah ditentukan sebelumnya. Pihak WO dan lainnya diberi uang tambahan oleh Revan agar segala sesuatu berjalan sempurna nantinya.
Hari ini aku dan Revan pre-wedding di sekitaran Jakarta. Yang awalnya kami berniat melakukannya di luar kota, kami batalkan karena keterbatasan waktu. Lagi pula, orang tua kami tidak mengizinkan kami bepergian jauh di saat waktu menikah kami tidak lama lagi. Khawatir terjadi sesuatu di jalan.
Pulau Ayer di Kepulauan Seribu adalah tempat pilihan kami berdua.
"Aku baru tahu ada tempat sebagus ini," ujar Revan saat speedboat yang kami tumpangi tiba di sana. Revan menyewa sebuah speedboat yang keberangkatannya dari Marina Ancol. Tidak hanya kami berdua saja yang ke sana, ada MUA, designer yang membawa busana untuk kami, fotografer dan beberapa orang lainnya ikut menemani.
"Iya bagus. Kayak Maldives, ya?"
"Yapp."
Revan mengajakku masuk ke dalam salah satu kamar yang sudah dipesan untuk menaruh tas kami yang berisi barang berharga. Aku masuk karena kamarku masih belum rapih kata orangnya.
"Wah... kasurnya empuk juga, nih." Revan menyeringai nakal. "Kita nginap sekamar aja nanti malam, gimana? DP dulu, Yang... udah nggak sabar!"
Aku melotot, lalu mengambil bantal dan menimpuknya. "In your dream!
Hi... jangan lupa mampir ke cerita lku yg lainnya juga, ya. Sebentar lagi juga akan tamat ceritanya...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Berondong(TAMAT)
Romansa"Sorry, saya nggak level sama berondong," -Mitha Tri Wahyuni- "Saya bisa bikin kamu menarik kata-katamu barusan," -Revan Widyatama- *** Mitha mengibarkan bendera perang dengan Revan sejak awal lelaki itu menjabat sebagai CEO baru di kantornya. Men...