🍀 WIU : Paskibra 🔥

612 63 6
                                    

"Ngga? Ikut ga?" Angga menoleh, "Kemana?" Temannya menunjuk lapangan, "Menonton latihan Paskibra, saat mereka latihan, jam kelas diistirahatkan karena hampir semua siswa unggulan ikut serta dalam tim Paskibra, kau tahu, itu berarti 60% isi kelas 11 akan habis saat mereka mulai latihan," Jelasnya, Angga terdiam, tidak bisa menjawab.

"Aku akan keluar setelah ini, kalian duluan saja," Ucapnya kemudian kembali sibuk dengan bukunya. "Oke then, aku duluan ya! Dadah!" Semua siswa keluar dari kelas, menyisakan Angga yang sibuk dengan bukunya dan mencatat materi di papan tulis sembari berusaha menghilangkan rasa iri-nya karena ia masih ingin ikut serta dalam Paskibra.

Terdengar suara berat seseorang di luar kelasnya, "Iya Pak, benar seperti itu, ada apa ya pak?" Suara yang familiar, "Bagaimana dengan seragam anggota yang lain?" Tanya salah satu guru mereka, pembina Paskibra Sekolah. "Seragamnya Pak? Tenang saja Pak. Sudah saya ukur dan catat, buku catatannya saya letakkan di kantor OSIS sebelah ruang guru," Nabiel berdiri tegap dengan topi putih yang bertengger manis di atas kepalanya, oh tidak, Angga terpesona.

"Ya sudah, sana bergabung ke lapangan. Lomba hanya kurang 7 hari, berlatihlah dengan serius, jangan memikirkan yang lain," Nabiel mengangguk dan berlari kecil menuju lapangan, menyusul teman-temannya yang sudah berbaris rapi. Angga segera berdiri dan mengejar Nabiel. Ia hanya menatap dari kejauhan, tidak benar-benar berniat mendekati Nabiel.

-WIU-

Latihan berlangsung cukup lama. Sekitar 2 jam, Angga berlari menuju kantin, ia kembali membawa air isotonic untuk Nabiel. "Biel!" Nabiel menoleh, alisnya terangkat, artinya tentu hanya satu 'Apa?'. Angga menyodorkan botol itu kemudian berlari. Kertas kecil yang ditulis Nabiel ada di sana. Di lekatkan Angga di botolnya.

Kertas yang terakhir dibaca Angga (I did, I care about you, 'cause we're enemy. Love you Nab.) Dan telah dilengkapi oleh jawaban Angga, Me too, Thanks Biel. Love you~ Nab~.

Nabiel tersenyum simpul, meminumnya kemudian kembali berlatih. Angga sedang berusaha menahan jeritannya karena senang dan panik.

'Yes! Aku akan bisa mendapatkan hati Nabiel!'

"Tunggu, aku tidak menyukai nya!"

-WIU-

Makan siang dimulai, berhubung makan siang hari ini ambil sendiri, pilih sendiri, Angga tidak tahu harus bersama siapa ia hari itu. Tidak seperti hari lainnya yang harus mengantri dan makan dengan classmate dan makanannya telah di tentukan pihak sekolah.

Ia duduk di sebuah bangku kayu seorang diri. Hanya membawa sekotak bento tanpa berniat memakannya. Meja kayu di hadapan nya seakan menatapnya balas. Saling diam dan tutup mulut hingga...

Seseorang meletakkan susu coklat yang sama di atas meja. Beserta surat kecil yang tentu memiliki tulisan yang familiar.

'Minum, aku kasihan melihatmu berjingkat saat berusaha menyamakan tinggimu denganku,'

Pelakunya jelas Nabiel, dari bahasa savage dan perilakunya yang hanya asal meletakkan kotak susu itu, jelas sudah. Angga menatap Nabiel yang sudah menjauh, 'Dia tidak makan?' Pertanyaan simpel itu menghantui Angga hingga latihan Paskibra Siang dimulai, Nabiel seperti biasa, berdiri paling depan dengan tubuh tegap tingginya itu. Ketua Paskibra terbaik, Nabiel.

Angga tidak ikut acara Paskibra sejak dua tahun terakhir, patah tulang yang ia alami dua tahun yang lalu belum membaik, dan sekali lagi, jika sudah sekali cidera, ia pasti pensiun dini dari Paskibra. Karena di khawatirkan luka yang terjadi bisa terbuka saat berlatih terlalu keras.

Jujur, Angga ingin melihat tim sekolahan kesayangan dan kebanggaan nya itu berlomba seperti tahun sebelumnya, akan tetapi itu tidak mungkin, lombanya tertutup dan hanya peserta yang bisa mengundang, Angga tahu, semua anak pasti sudah mengajak keluarganya.

Ia mau tak mau harus bersabar dan mungkin hanya melihat tim itu memenangkan piala tahunan yang sebenarnya sudah langganan yayasan sekolah mereka.

Mulai dari SD, SMP, bahkan SMA dan SMK nya selalu menjadi pemenang. Tak terkecuali satu tahun pun.

-WIU-

Latihan selesai lebih awal, Nabiel menyadari bahwa Angga sejak awal mereka latihan menatapnya dari pojok kelasnya, Nabiel hanya menggeleng heran kemudian segera mengambil minuman isotonic yang disediakan pelatihnya, "Terima kasih pak, saya izin pulang lebih awal," Sang pelatih mengangguk mengiyakan.

Angga yang menyadari Nabiel keluar duluan dari barisan hanya gelagapan berusaha mengalihkan pandangannya, Nabiel menunjukkan smirk membunuhnya -manis, hot, dan tentunya keren- yang sempat menarik atensi seluruh warga sekolah, termasuk Angga yang berusaha menghindarinya tadi. Sukses menggagalkannya, Nabiel memperlebar senyumnya.

Besok hari terakhir mereka latihan di sekolah, sorenya, mereka akan berangkat ke lokasi lomba, menginap selama 2 hari dan memulai lomba di mulai di hari ketiga dan berakhir di hari kelima dengan penutupan yang megah. Semua orang ingin merasakannya. Meskipun mereka tahu, tidak akan bisa. Ah, Angga juga seperti itu.

Nabiel menyodorkan sebuah tiket, menepuk pelan kepala Angga yang jauh lebih kecil darinya, "Dasar pendek," Gumamnya sebelum melangkah pergi usai tiket itu dipegang oleh Angga. Tiket keberangkatan untuk Supporter lomba 4 hari lagi, ia akan menjadi personal supporter untuk Nabiel (Karena itu tiket Nabiel), 'Ke-kenapa aku? E-Eh?'

Wajahnya memerah padam, ia sangat malu, seisi sekolah seakan menatapnya, perlakuan manis Nabiel walaupun tidak lama sukses membakar seluruh bagian wajahnya. Ia menunduk dalam-dalam, harga diri kakak tergalaknya hancur lebur karena semua orang bisa melihat wajahnya memerah karena Nabiel. Atau bisa dibilang seluruh harga dirinya hancur lebur.

"Kak? Kakak uke yaaa? Aku ga akan salah tebak, yakin," Suara seseorang sukses mengejutkan Angga, itu adik kelas nya yang memiliki tubuh lebih tinggi darinya, "Sialan! Tentu saja tidak! Berhentilah membual!" Nabiel melirik Angga sebelum naik ke atas mobil ayahnya, tentu ia mendengar teriakan Angga itu, smirknya melebar, tapi akhirnya ia segera menutup pintu mobil dan mobil itu melesat meninggalkan sekolah.

"Lalu kak... Diantara kalian berdua... Siapa yang Uke? Kau yang paling cocok, Kak Nabiel terlalu tinggi dan sangar, ckckck, kau pasti hanya tidak mau mengakuinya," Ucap adik kelasnya itu kemudian memakai sepatunya dengan santai, sebelum sepatu kirinya terpasang, Angga menariknya dan berusaha melemparnya sebelum ia menyadari bahwa... "Astaga! Sepatumu berat sekali sialan!" Dan menjatuhkan kembali sepatu itu.

Adik kelasnya itu tertawa terbahak-bahak, "Ada lempeng besi pelindung, lumayan buat menyaduk wajah sombongmu!" Ucapnya kemudian meraih sepatunya dan segera memakainya, "Custom pasti, dasar bongsor," Ucap Angga kemudian memutar bola matanya malas. Tidak memperdulikan kalimat si adik kelas padanya.

"Bagaimana tidak custom? Ukuran kakiku 47, tidak sepertimu yang hanya 41," Ucapnya kemudian menjulurkan lidah dan berlalu setengah berlari, oke, Angga merasa tubuhnya ingin bergerak menghancurkan semua tulang manusia setinggi 190 cm ke atas. Terutama adik kelasnya itu dan Nabiel. Sangat menyebalkan!

Ya, hari yang mengejutkan.

Dan menyebalkan hingga level tertinggi.

-WIU-

Who Is U? [Season 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang