🍀 WIU : Great Ocean Road 🔥

144 19 0
                                    

Nabiel menyalakan mesin mobil-nya, setelah dipukuli oleh Angga di pundak dan perutnya, kini ia telah bebas tertawa, meski ia sadari, mungkin menyukai Angga adalah penyebabnya menjadi seorang Masochist. Karena meski bahagia, ia juga kesakitan. Tapi entah mengapa ia membiarkan rasa sakit itu hadir dan membuatnya tertawa.

Angga sendiri sibuk memindahkan koper mereka berdua. Karena perjalanan jauh, mereka memutuskan untuk pindah hotel dan meninggalkan hotel itu. "Thanks," Angga menarik koper yang sudah dibawakan oleh petugas hotel menuju mobil Nabiel.

"Nab, naikkan... Aku tidak kuat! Kamu membawa apa aja sih?" Protes Angga saat berusaha menaikkan koper Nabiel. "Eh? Oh iya, aku lupa, aku membawa beberapa laptopku. Seharusnya aku memulai daftar ulang besok pagi. Hehe, maaf," Nabiel segera turun dari tempat supir dan menaikkan kopernya sendiri ke atas bagasi.

"Silahkan masuk baby boy~,"

-WIU-

Perjalanan keduanya sunyi, tapi nyaman. Membiarkan angin berhembus, meniupkan suasana yang berbeda. Jam sendiri masih menunjukkan pukul 8 pagi. Cukup siang mungkin bagi kita yang merupakan orang Indonesia. Tapi bagi orang Australia, pukul 8 adalah pagi yang terlalu dini untuk memulai pekerjaan. Sehingga jalan masih begitu senggang.

"Nab? Nab?" Nabiel menoleh setelah Angga memanggilnya dua kali, "Apa?" Tanya Nabiel saat Angga tidak merespon tolehannya. "Aku akan memilih lipbalm, yang mana yang terbaik?" Nabiel mengangkat alisnya. "Cherry mungkin? You're pretty boy, you didn't need it," Bisik Nabiel saat melanjutkan kalimatnya. "A-Ah... Aku hanya ingin menggunakannya!"

"Ahahahaha Cherry, bibirmu terasa sangat manis Ngga, aku menyukainya," Angga menatapnya sewot. "Jadi saat aku tidak menggunakannya, kamu tidak menyukainya?" Nabiel tertawa kecil, mengusak gemas kepala Angga sembari tetap fokus menyetir. "Aku menyukai bibirmu, wajahmu, tubuhmu, bahkan kepribadianmu,"

"Ha-Aku tidak percaya," 

-WIU-

Nabiel mengarahkan mobil menuju tempat pengisian bahan bakar, mengisi bahan bakarnya dan istirahat sejenak. "I love you babe, dan kamu tidak mempercayainya?" Nabiel mengangkat alisnya, bertanya melalui isyarat. "Biel, sometimes... Action show better than words," Angga menunjukkan senyum miringnya, memberi isyarat.

"Hm~ Don't be naughty boy~," Nabiel kembali menjalankan mobilnya dengan kecepatan standar, meninggalkan tempat pengisian bahan bakar. "Hm~ What if I'm serious?"  Tanya Angga sembari menatap mata Nabiel, jalanan lenggang, mobil memasuki terowongan panjang menuju daerah jalan tepi pantai.

"Serius?" Tanya Nabiel, menatap Angga dengan tatapan isengnya. "Ja-Jangan menatapku seperti itu!" Nabiel tertawa kecil, mengusak gemas kepala Angga. "Thanks babe, lain kali katakan padaku, apa yang kau inginkan," Angga mengangguk, "What if I want you?" Tanya Angga sesaat setelah Nabiel terlihat relax menyetir.

"Hm~ You can, kita akan menginap di hotel nanti malam," Angga tersenyum, menyenggol pundak Nabiel sebelum akhirnya kembali terdiam menatap jalanan. Nabiel sendiri terlihat berusaha fokus atau mungkin memang fokus pada jalanan yang meski sepi rupanya sedikit licin.

-WIU-

Cahaya matahari terlihat memasuki terowongan dari mulut terowongan, Nabiel segera meraih kacamata hitamnya dan menggunakannya, statusnya sebagai pengemudi tidak bisa harus memejamkan mata untuk membiasakan cahaya antara di dalam terowongan dengan di luar sana. "WOAHHH!!! NAB!"

Laut biru terbentang luas di sisi lain jalanan. Great Ocean Road menyambut keduanya ketika mobil keluar dari terowongan. "WOAHHH!!!" Angga terlihat begitu ceria melihat lautan. Beep! Atas mobil terbuka perlahan, mengizinkan Angga berdiri. "A-Aku boleh berdiri?" Tanya Angga. Nabiel mengangguk, tersenyum meyakinkannya.

"WAAA!!!" Selama Angga bahagia, sebesar apapun resiko dan biaya-nya, Nabiel akan tetap melakukannya.

-WIU-

Mobil mereka tiba di salah satu pantai, jam menunjukkan pukul 11 siang. "Hey, Ngga, kita makan disini aja ya? Menurut bundaku, makanan disini sangat enak. Ayo," Angga mengangguk, segera turun sebelum Nabiel mengunci mobilnya. "Ah ya? Dari mana kau tahu? Kau sering bercerita dengan bundamu?"

Nabiel mengangguk. "Dia wanita sempurna yang pernah aku temui. Aku bersyukur menjadi anaknya," Angga tersenyum, membiarkan Nabiel merangkulnya mendekat. "Aku bersyukur aku tinggal di desa bersamanya. Tidak bersama ayahku di kota," Angga ingin bertanya, tapi Nabiel kembali membuka mulutnya untuk bercerita mengapa.

"Karena dengan tinggal dan bersekolah di pinggir kota, aku mengenalmu,"

Nabiel tersenyum manis, sangat manis. Untuk pertama kalinya bagi Angga, dirinya melihat Nabiel begitu sempurna bahkan sangat memikat.

"Thanks Nab, bertemu denganmu juga sebuah kebahagiaan untukku,"

Jalan panjang yang membelah perhutanan dan melalui lautan itu menjadi saksi senyuman manis Nabiel dan senyuman malu Angga.

"We are perfect together," Bisik Nabiel di tengah hembusan angin laut.

"Yeah, thanks Nab," Angga tersenyum dan menarik tangan Nabiel ke dalam pelukannya.

-WIU-

-WIU-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Who Is U? [Season 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang