🍀 WIU : Angga's Diary 🔥

188 26 0
                                    

Angga POV >>>

Ya, kau benar Nab, aku sengaja melakukannya seperti aku sudah mabuk. Meski pada dasarnya aku sudah bangun dua jam sebelum kau membangunkanku. Karena aku tidak bisa tidur tenang begitu saja ketika aku takut merasa kehilangan seseorang yang sangat aku sayangi. Kita bisa bertemu lagi, tapi kapan juga kita tidak tahu.

"Woy, ngelamun aja," Nabiel menoel-noel pipiku, terlihat gemas karena sejak tadi aku hanya diam. "Pemandangannya bagus, aku suka, jadi diamlah," Ku dorong menjauh tangannya. Tangan Nabiel itu hangat, nyaman, definisi tangan peluk-able yang sebenarnya. Tiba-tiba saja, Nabiel menarik kepalaku mendekat ke pundaknya. "Beristirahatlah, maaf membangunkanmu,"

Sejenak, aku menatapnya dalam sunyi. Nabiel itu tampan, hidungnya mancung, bibirnya tebal, alisnya tebal, matanya sempurna. Nabiel adalah gambaran manusia kesayangan semua orang yang sebenarnya. "Sudah selesai mengagumiku?" Buagh! Ku layangkan tinjuan sebalku ke pundaknya. Selalu saja seperti itu. Sangat terlalu PD akan wajahnya.

"Lihat! Mataharinya sudah muncul!" Dan matahari mulai bersinar, naik secara perlahan. Usai mengambil beberapa foto, Nabiel kembali duduk dan mulai memfotoku. Aku sengaja hanya diam, membiarkan dirinya yang berpindah tempat untuk mencari angle yang bagus. "Hey, Nab, tidak lelah? Kamu berpindah tempat terus sejak tadi,"

Nabiel menggeleng, "Anything for my baby," Wajahku memerah, aku tahu. Aku bisa merasakan darah mengalir dengan kecepatan tinggi dari jantungku. "Stop! Fo-Fotoku sudah terlalu banyak di kameramu," Nabiel memeriksanya, "Kurang satu, ayo, berpose~" 

Aku kaku di hadapan kamera, sebatas senyuman simpul dan kedua tangan di atas kepala membentuk telinga kelinci. "Ahaha, ini sangat menggemaskan, terima kasih Angga," Cup! Em... Kecupan Nabiel di puncak kepalaku sangat hangat. Aku menyukainya. "Hm~," 

Nabiel dulunya... Hanya pemuda biasa yang entah mengapa tiba-tiba menyukaiku. Awalnya aku tidak pernah berpikir bahwa aku akan jatuh dalam pesonanya. Meski aku tahu, dia sempurna. "Hey, Angga, mau kembali kapan ke Indonesia?" Aku terdiam, menatapnya, "Selama mungkin bersamamu," Nabiel tersenyum tipis, lagi-lagi mengusak puncak kepalaku.

"Minggu depan, aku harus ke Jerman segera," Aku menegakkan tubuhku, dia bilang tidak akan secepat itu. "Kau bilang tidak secepat itu," Protesku, bisa ku rasakan air mulai menggenang di pelupuk mataku. Panas. "Maaf Angga, aku pikir kamu akan baik-baik saja jika aku meninggalkanmu," Kupukul pundaknya kuat-kuat.

Meski ia tidak terlihat akan protes, aku merasa tidak kuat lagi memukulnya. "Kau jahat Nab," Air itu mengalir dengan deras begitu saja dari mataku, aku sangat lemah untuknya. "Maaf..." Tangan dengan jari-jari panjang itu meraih wajahku, membersihkan air mataku perlahan. Ciuman-ciuman bertubi-tubi diberikan olehnya. "Maaf Angga... Aku tidak bermaksud..."

"Tidak apa-apa Nab, pendidikanmu penting," Nabiel menarikku dalam pelukannya. Hangat, tubuhnya merengkuh erat diriku. "Maaf..."

Dan aku rasa aku kembali terlelap. Aku lelah menangis karenanya.

- WIU -

Who Is U? [Season 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang