🍀 WIU : Nabiel's Happiness🔥

114 13 0
                                    

[ Flashback ke masa SMP Nab-Ngga! ]

- WIU -

"Nabiel... Sudah pergi?" Gumam Angga, dirinya bergerak perlahan, turun dari kasur. Terdengar suara yang sangat familiar dari luar kamarnya. "Ayah? Bunda?" Pintu kamarnya terbuka, menampilkan kedua orang tuanya yang tengah bercengkrama di depan pintu kamarnya. "Oh, putraku~ Kamu sudah bangun! Apakah sudah lebih baik?"

Angga berjalan lemas menuju sofa, duduk di antara kedua orang tuanya. "Sudah... Nabiel... Membantuku," Sang Ayah mengusap pelan rambut Angga. "Nabiel sangat mencintaimu. Kenapa kamu selalu menyakitinya?" Angga menatap ujung kakinya, "Aku tidak yakin... Nabiel mencintaiku... Dia sangat membenciku..."

Sang ayah tertawa mengusap gemas rambut Angga. "Jika dia membencimu, dia tidak akan datang jauh-jauh kemari hanya karena kau tidak bersekolah Angga."

"Dan dia tidak akan mengeluarkan banyak uang hanya untuk mengobatimu jika ia tidak mencintaimu,"

Benar, tidak akan ada seseorang pun yang mau berkorban sebanyak itu hanya untuk mengobati seseorang yang mereka benci.

- WIU -

Angga melanjutkan sekolahnya meski beberapa kali tidak masuk. Hingga akhirnya guru-guru dan seluruh siswa di sekolah mereka tahu, Angga mengidap Kanker dan tidak bisa melakukan kemoterapi karena ekonomi keluarganya yang buruk. Hari itu, Nabiel lah yang maju paling awal. Memberikan sebagian hati dan sebagian ginjalnya hanya untuk Angga.

Secara cuma-cuma dan merupakan organ dalam yang sangat berkualitas.

Sayangnya, lengkang oleh waktu, Angga harus melakukan perawatan pasca donor organ di kota dan membuatnya harus pindah ke kota bersama keluarganya. Tepat beberapa hari sebelum kelulusan mereka, ia berangkat menuju pusat kota. Dan sayangnya, hari itu, Nabiel tidak tahu apa yang terjadi. Dan apa yang bisa Nabiel lakukan adalah...

Menunggu Angga kembali.

- WIU -

"Widih! Cewek mana tuh Nab yang mau lu lamar? Baru juga lulus SMP," Nabiel menggenggam cincin di tangannya. "Wleee! Arham ih! Mau tau aja! Sana pergi! Syuh-syuh!" Nabiel mendorong gemas Arham, teman satu kelasnya. "By the way, Nab, semua siswa sudah pulang," Nabiel mendongak, "Em... Angga tidak datang di hari perpisahan ini?" Tanya Nabiel.

"Aha! Kau mau melamar Angga! Hebat sekali bukan temanmu ini?" Arham berlari, menghindari tangan panjang Nabiel yang siap memukulnya kapan saja. "Em... Kenapa kau tidak pulang?" Tanya Nabiel, ia terlihat tidak bergeming dan tidak terlihat akan menyerang Arham. "Aku tidak punya siapa-siapa untuk pulang sementara waktu ini. Jadi... Aku akan menginap di Asrama,"

"Apakah Angga akan datang?" Tanya Nabiel, pandangan matanya kosong menatap Aula Sekolah yang mulai kosong. "Nab... Ini sudah sangat sore. Angga tidak mungkin datang," Nabiel menatap dalam diam cincin yang ia pegang. "Angga... Tidak akan datang?" Arham menghela nafas, "Ayo, kita kembali ke Asrama-ku. Kau benar-benar hancur Nab,"

"Aku... Hancur?"

"Ya. Kau hancur,"

"Karena... Angga tidak datang?"

"Ya,"

"Karena... Aku mencintainya? Terlalu mencintainya?"

"Ya,"

"Arham! Beri aku jawaban lain!"

"Tidak ada yang memerlukan jawaban lainnya,"

'Ugh... Apakah aku serapuh ini sebelumnya? Atau... Aku hanya takut kehilangannya,'

"Berhentilah melihat kau rapuh Nab. Kau hancur," Arham menatap sebal Nabiel bak sudah tahu apa yang dipikirkan pemuda yang lebih tinggi. "Maaf Arham. Aku... Aku tidak pernah sehancur ini sebelumnya," Arham berhenti melangkah, "Itu karena kamu terlalu mencintai Angga," Dan pemuda yang lebih kecil kembali berjalan, meninggalkan Nabiel dalam sunyi.

"Aku... Terlalu mencintainya? Apakah aku salah melakukannya?"

- WIU -

"Aku rasa kau perlu menenangkan diri Nab. Ini, minum selagi hangat," Nabiel menerima mug berisikan cokelat panas dari Arham. Mendekatkannya pada dirinya tanpa berniat menyeruputnya. "Kau perlu rokok? Kau tidak terlihat bersemangat hidup Nab," Ucap Arham sembari menggeleng pelan, sibuk dengan cokelat panasnya.

"Tidak... Aku sudah menghabiskan satu kotak pagi tadi. Aku tidak perlu lagi," Nabiel meminum cokelat panas dari Arham, kembali diam. "Apakah kau berpikir di masa depan tidak ada kesempatan lainnya?" Tanya Arham, memiringkan kepalanya dan menatap serius Nabiel. "Aku rasa... Seperti itu," Arham tertawa kecil, "Aku bertemu gadis yang aku sukai, 3 tahun setelah kita berpisah saat pandemi merajarela dan aku harus meninggalkannya,"

"Er... Itu ceritamu Arham. Gadis kesayanganmu itu tidak terancam oleh kematian. Bagaimana jika... Pencabut Nyawa pun tidak ingin dia bersamaku,"

"Shhh, kau tidak boleh menyerah di awal, selalu ada masa depan untukmu, Nab. Ada kesempatan lainnya,"

- WIU -

Nabiel Point Of View : [Kembali ke masa saat ini, di dalam pesawat]

Kebahagiaanku adalah saat aku bisa melihatmu tersenyum, tertawa lepas, bercanda bersamaku, dan memelukku begitu erat. Bibir tebalmu saat menciumiku, tangan kecilmu yang berusaha meraihku, kejahilan-kejahilanmu di kelas, keusilanmu saat bermain, kebodohanmu, kelemahanmu, aku tidak akan pernah melupakannya. Angga...

Karena kebahagiaanku adalah dirimu.

Dan tanpamu, kehidupanku hanyalah kertas putih tanpa kisah di atasnya.

Denganmu, hidupku sempurna rasanya. Kebahagiaan ada dalam genggaman tanganku.

Dalam waktu singkat, aku akan kehilangan pemandangan yang saat ini bisa ku nikmati begitu lama. Mata berpupil cokelat gelap, bulu mata lentik, senyuman kucingmu, hidung mancungmu, semua darimu... Aku tidak bisa melupakannya. Bagaimana jika di masa depan... Aku lagi yang kalah dengan banyaknya orang yang menginginkanmu. Bagaimana!?

"Nab?" Kuraih tangannya, lembut, begitu cepat rasanya waktu berjalan. Tak bisa ku pegang terlalu lama tangannya. "Nab... Apakah kamu baik-baik saja?" Aku tidak ingin menjawabnya. Aku ingin dia melihatnya sendiri. "Aku tidak baik-baik saja," Bisikku. Bulir-bulir panas mengalir dari mataku, melalui pipiku. "Nab!" Kurasakan tangannya menghapus jejak air mata itu.

"Jangan menangis! Aku- Aku tidak akan melupakanmu! Aku berjanji!"

Bagaimana aku bisa tahu kamu tidak akan melupakanku?

"Nab! Aku disini, selamanya! Untukmu! I'm here..."

Bagaimana bisa, kau sangat yakin. Sementara aku akan pergi dalam waktu dekat. Aku lah yang harus meninggalkanmu...

"Nab... I'm still your home, your happiness, your love, your new family, your enemy, your supporter, your... Everything. You always said it..."

Bagaimana kau bisa sangat yakin pada hal itu!? Aku bahkan merasa sangat hancur untuk kedua kalinya.

"Nab... Hold my hand. Jangan lepaskan aku,"

Aku... Tidak akan melepaskanmu untuk kedua kalinya.

"Angga... You're mine... My new family, my love, my enemy, my crush, my supporter, my happiness... You are... My happiness..."

Dadaku terasa sesak saat mengatakannya. Aku merasa akan meledak kapan saja.

"Don't go away... From me... Angga..."

- WIU -

Who Is U? [Season 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang