🍀 WIU : Selesai 🔥

319 37 2
                                    

Nabiel benar-benar terlihat tampan di lapangan. Keringat menetes dari dahinya, sukses membuat penonton perempuan bersorak ketika ia mulai bersuara. Suara lantang dan deep tone itu terus terdengar mendapatkan sorakan, "ISTIRAHAT DI TEMPAT... GERAK!" Lagi, suara itu mendapatkan tepuk tangan dan sorakan, bukan tentang siapa yang berbaris rapi, penonton memuji Nabiel sejak awal Final di mulai.

Sejak awal Nabiel muncul bahkan. Perempuan-perempuan supporter, karyawan, panitia, bahkan pedangang minuman. Semua orang memuja-muja Nabiel dan ketampanannya. Kalau boleh berpendapat, Nabiel adalah ukuran sempurna yang sesungguhnya. Dengan tinggi badan semampai, hidung mancung, tatapan mata yang tenang, bibir yang tebal, ia sangat indah.

Panas, telinga Angga memerah karena hawa panas di sekitarnya, ia merasakan hawa iri dan dengki dari dalam hatinya. Bukan lagi iri pada Nabiel, ia iri pada supporter perempuan, mereka bisa dengan bebas berseru saat Nabiel bersuara, memuji tubuh atletis Nabiel, terkagum-kagum dengan wajah tampannya, bahkan bisa dengan bebas mengutarakan perasaan nya.

Angga iri. Meski kali ini, ia iri karena ia tidak bisa mengagumi Nabiel begitu saja. Semua akan berubah menjadi kekacauan jika ia mengakui perasaannya. Apalagi jika ia memuji tubuh Nabiel. Bisa-bisa pertandingan berhenti dalam sekejap mata. Kini rasa iri-nya membuncah, nyaris meledak jika perlombaan tidak kunjung usai.

Meski benar, kali ini bukan karena prestasi Nabiel dan fans-fans Nabiel.

-WIU-

"Silahkan, dapat dibubarkan," Nabiel menurunkan tangannya dari posisi hormat, berbalik, menghadap pasukannya, "SATU LANGKAH KE DEPAN! BALIK KANAN BUBAR BARISAAANNN JALANNN!" Brak! Suara sepatu pantofel itu menghantam paving lapangan dengan tegas dan dengan kompak semua siswa SMA KPMSN membungkuk hormat pada penonton dan juri kemudian berlari ke tepi lapangan, dan pasukan berikutnya bersiap menunjukkan kebisaan mereka.

Semua peserta sudah bubar di depan ruang ganti pakaian, terlihat saling bangga pada satu sama lain atas kesuksesan mereka di lapangan. Angga berdiri, berjalan mundur dari stand-nya dan berusaha keluar dari keramaian yang mengurungnya. "Aish... Aku harus segera," Gumamnya, ia mendorong beberapa orang dengan sengaja, berusaha menembus keramaian.

"Woy! Ngga! Lihat sini! Cepat kemari!" Angga melongok, Nabiel ada di ruang ganti baju barat, meneriaki nya, "Aku kesana, sebentar!" Angga segera menuruni anak tangga menuju ruang ganti putra, "Apaan?" Tanyanya saat melihat Nabiel yang meminum minumannya dengan santai, menyandarkan tubuhnya di tembok ruang ganti putra.

"Ini handukmu, maaf, aku lupa meletakkannya di tasmu," Nabiel menoleh, tersenyum, menarik Angga mendekat, setelah menerima handuk itu, ia segera mengeringkan wajah dan tangannya yang basah kuyup karena keringat. "Thanks Ga. Maaf, ngerepotin yak?" Angga menggeleng, berusaha menutupi wajahnya yang memerah padam karena malu.

"Oh iya, ada yang ingin aku berikan padamu. Nah, untukmu," Nabiel menyodorkan sebuah tiket dari sakunya, tampaknya sebuah tiket pesawat, "Satu harapanku selama ini tentangmu, akhirnya aku bisa melakukannya, kau mau?" Dua buah tiket pesawat ke Sydney, Aussie. Atas namanya dan atas nama Nabiel. Tertera dengan jelas di tiket itu.

"Bi-Biel, ini berlebihan," Angga mendadak gugup, tangannya gemetar karena kepanikan nya, "Tidak, aku hanya ingin mengajakmu bersantai, sedikit mungkin terakhir kalinya kau akan melihatku. Aku takut itu terakhir kalinya Ngga..." Nabiel menatapnya, lurus ke mata Angga. Dan kali ini, Angga tidak lagi bisa menghindarinya. "Kumohon... Ngga..."

"Ta-tapi... Ini berbeda Biel... Apa yang aku rasa dan kau rasakan itu berbeda,"

"Ngga... Izinkan aku... Sekali saja. Mencintaimu. Sebelum aku tidak bisa melakukannya,"

Angga terdiam, Nabiel juga terdiam. Dunia seakan ikut berhenti berputar.

-WIU-

Angga menatap mata itu. Jernih, tak ada kebohongan di dalamnya. Angga menahan nafasnya, menjawab dengan suara yang bergetar, "A-ku... Tentu. Aku mengizinkanmu," Nabiel tersenyum. Meletakkan tiket itu ditangan Angga. Menggenggam tangan yang lebih kecil darinya, meyakinkan Angga. "Terima kasih, Angga... Ayo, kembali ke kamar, kau pasti lelah,"

'Kau bodoh Biel... Aku pun telah jatuh terlalu dalam. Meskipun aku tahu, kau akan pergi, lama... Sangat lama. Bahkan mungkin kamu tidak akan pernah kembali ke dalam pelukanku, AKU BODOH!'

Biarkan siang itu menjadi saksi pernyataan Nabiel pada Angga. Sebuah pernyataan rasa cinta darinya, Nabiel, untuk dia yang telah jatuh terlalu dalam padanya, Angga. Biarkan dunia tidak tahu tentang mereka. Biarkan... Semua hanya menjadi masa lalu. Antara Angga, dan Nabiel.

Rasa cinta di dalam lubuk hati mereka... Adalah kebohongan. Kebohongan yang mereka pupuk dengan keberanian. Membuat ego mereka meninggi. Terlalu tinggi untuk mencegah kepergian satu sama lain. Bahkan, mereka tidak bisa saling melepaskan satu sama lain.

-WIU-

Who Is U? [Season 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang