Part 11

325 26 6
                                    

#Author POV

Saat ini Deva tengah berada di kamar mandi, ia membasuh wajahnya agar lebih baik dan tidak terlihat sembab akibat baru manangis, bisa gawat jika Raka mengetahuinya.

“Huftt” Deva menghembuskan nafasnya panjang, mencoba untuk mengurangi sesak di dadanya.

Deva berjalan menuju kelasnya dengan pelan, dan sepanjang ia berjalan, ia mendengar banyak sekali cibiran dan hinaan yang menyakitkan bagi hatinya.

Deva menundukkan kepalanya dan tersenyum getir, beginikah orang kaya yang sebenarnya? Selalu menilai sesuatu sesuka hati dan memperlakukan orang yang berada di bawah mereka dengan hujatan. Tanpa mereka tau apa kebenaran dibaliknya, para orang kaya dengan seenaknya menjadikan seseorang menjadi yang terasing dalam kehidupan sosial.

“Sayang” Panggil seseorang yang Deva hafal betul suaranya, seseorang yang menjadi akar awal mula masalahnya kini.

Deva mendongakkan kepalanya dan benar saja seseorang itu adalah Raka, yang berjalan tergesa ke arahnya.

Raka memegang pipi gadisnya saat ia sudah di depan gadis itu.

“Kenapa nggak ngabarin kalau mau sekolah? Kamu kemarin habis demam sayang, kamu harusnya istirahat dulu” Ucap Raka khawatir.

Raka sebelum berangkat sekolah tadi mampir di kos an kekasihnya bersama sahabatnya Ayu, tapi beberapa kali ia mengetuk pintu dan memanggil nama kekasihnya, tak kunjung pintu terbuka. Sampai tetangga kos yang merupakan ibu-ibu di sebelah menghampirinya dan mengatakan kalau kekasihnya dan Ayu telah berangkat sekolah pagi-pagi sekali.

Dengan kecepatan penuh ia mengemudikan mobilnya menuju sekolahnya, ia khawatir akan keadaan gadisnya itu, demi Tuhan kekasihnya itu baru sembuh dari demam, dan hari ini berangkat sekolah pula.

“Aku udah nggak apa-apa kok Kak, kemarin aku udah absen, hari ini aku nggak boleh absen lagi, aku takut beasiswa aku dicabut karena keseringan ijin Kak” Ucap Deva dan tersenyum simpul pada Raka.

“Kamu nggak perlu mikirin itu sayang, yang penting kesehatan kamu, beasiswa kamu akan aman sampe kamu lulus, aku jamin itu” Ucap Raka serius dan membelai wajah gadisnya.

“Sekarang mendingan aku anterin kamu ke UKS, kamu nggak usah ikut pelajaran dulu, tidur aja disana” Perintah Raka.

“Tapi Kak…”

“Syuttt” Potong Raka, ia sedang tidak ingin dibantah sekarang.

“Kamu udah minum obat?” Tanya Raka.

Deva menggeleng.

“Udah sarapan?” Tanya Raka lagi.
Deva menggeleng lagi.

“Nggak nafsu” Ucap Deva pelan, perutnya memang lapar tapi lidahnya terasa pahit, di tambah masalah persahabatannya dengan Salsa yang semakin di ujung tanduk, membuatnya tidak berselera untuk makan.

Raka menghembuskan nafasnya pelan.

“Bay, beliin roti, susu dan air mineral di kantin, bawa ke UKS sekarang” Perintah Raka pada Bayu sahabatnya.

“Woy, gue baru sampe, mana tadi berangkat di tinggalin, si Arga juga belum nongol batang idungnya” Keluh Bayu berlebihan.

“Gue bilang beli. Beli “ Tekan Raka pada Bayu dengan mata tajamnya.

“Oke oke, itu mata nggak usah begitu juga kali, serem ih pagi-pagi” Ucap Bayu agak centil.

“Bay” Tekan Raka.

Bayu yang merasa Raka akan mengamuk pun segera berlari ke kantin untuk membeli makanan yang di perintahkan sahabatnya itu.

“Dasar cewek gatel” Cibir seorang siswi.

Destiny Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang