Chapter 1

31K 2.4K 692
                                    

Setiap satu September, kegiatan pagikuku sudah macam ritual sejak empat tahun lalu. Ayah ibuku membangunkanku heboh lalu meneriaki aku agar mengecek semua barang bawaanku, lalu mereka akan bergantian mengecup keningku selamat tinggal sebelum pergi bekerja dan aku diantar ke King Cross oleh Emily, wanita yang mengurus adikku, setelah sarapan pancake dingin dan teh.

Satu September ini tidak jauh berbeda kecuali fakta bahwa aku kesiangan. Aku berlarian mendorong troli menuju dinding pemisah peron sembilan dan sepuluh sebelum mengecek sekitar dan menelusup masuk ke peron 9 3/4. Sudah ramai disana saat aku sampai, mungkin karena aku sampai lima belas menit sebelum jam keberangkatan. Setelah memastikan barang barangku masuk gerbong barang aku akhirnya menelusuri sepanjang gerbong mencari teman temanku, Harry, Ron dan Hermione. Mereka bertiga menghabiskan sisa dua minggu liburan di rumah Ron di the Burrow, lalu menonton final piala dunia quidditch. Aku sebenarnya juga diundang untuk ikut turut serta, tapi aku sudah punya jadwal untuk pergi menonton drama opera bersama keluargaku hari itu.

Jauh panggang dari api, bukannya menemukan kompartemen yang ditempati tiga temanku, aku malah bertemu seseorang berambut blonde saat hendak memeriksa gerbong selanjutnya. Draco Malfoy. Kami saling berkirim surat sepanjang musim panas, membahas segala kegiatan kami selama liburan dan dia memberiku kursus bahasa Prancis cuma cuma. Dia beberapa kali menyebut tentang diundang menteri sihir untuk menonton pertandingan piala dunia quidditch, lalu pura pura sedih karena tidak bisa mengajakku dan akhirnya berjanji akan memberiku sesuatu oleh oleh dari sana.

"Oh, hey." sapanya cerah "Lebih cepat dari yang kukira."

"Hey." jawabku, mengangguk, tidak yakin harus mengatakan apa.

Jujur saja aku bingung bagaimana aku harus bersikap. Kami tidak bertemu berbulan bulan, jika dilihat dari surat, kami akan terbaca cukup dekat, tapi setelah bertemu dengannya langsung begini aku jadi gugup. Aku tidak tahu apa yang ia konsumsi selama musim panas ini, tapi aku menyadari Draco sudah bertambah tinggi lagi sekarang. Dia selalu lebih tinggi dariku, tapi kali ini dia jauh lebih tinggi.

"Kau memotong rambutmu?" tanyanya mengangkat alis, memegang ujung rambutku yang berwarna keunguan "-dan kenapa ujungnya berwarna ungu?"

"Awal musim panas ini aku mewarnai rambutku ungu bersama bibiku, ternyata malah jadi aneh, jadi kemarin aku potong pendek." aku menyandar ke sisi lain lorong gerbong, sekarang kami berdiri saling berhadapan di lorong gerbong yang sempit.

"Kau tidak menceritakannya disuratmu." Draco menyelipkan rambutku yang dipegangnya ke belakang telingaku.

"Aku pikir hal ini tidak penting sampai aku harus ceritakan padamu." aku mengangkat bahu.

"Oh yeah, kau benar. Mungkin kalau kau ceritakan tentang kau mewarnai rambutmu jadi ungu aku akan langsung memecatmu dari temanku, karena teman temanku tidak boleh ada yang memiliki selera fashion buruk." jawabnya, membuatku tertawa dan berteriak 'hey' kecil, memukul dadanya pelan. "Kau sedang mencari teman teman Gryffindorks-mu, kan?" tanyanya lagi, kami berdua terkekeh, aku mengangguk.

"Mereka di kompartemen paling ujung." dia menoleh, menunjuk ke ujung lain gerbong.

Aku menggumamkan terimakasih sebelum bersiap melangkah pergi, baru selangkah menjauh, dia meraih tanganku, membuat langkahku terhenti.

"Apa lagi?" tanyaku.

"Oh ayolah, kau tidak perlu langsung kesana sekarang. Memangnya kau tidak rindu padaku?" tanyanya, memasang muka cemberut sok imut.

"Haah, apa yang bisa dirindukan darimu coba." aku tertawa lagi, tapi menuruti maunya untuk tetap disana.

"Kau sudah makan pagi?" tanyanya, mengalihkan pembicaraan. Aku mengangguk.

"Kau mau makan pagi lagi?" tanyanya, mengeluarkan croissant dari sakunya. Merlin, dia membawa bawa croissant di sakunya? Saat aku tidak menjawab, dia langsung menyerahkan croissant-nya padaku.

"Kau membawa croissant disakumu?" aku tertawa, menerima croissant pemberiannya. "Nanti sakumu bisa disemuti, loh."

"Kalau iya pun aku tidak akan terkejut. Aku memang manis sekali sebagai manusia." aku tertawa lagi mendengarnya.

Aku sudah terbiasa dengan ke-nyeleneh-an Draco dari surat surat yang dikirimnya, tapi ternyata mendengarnya langsung jauh lebih lucu. Aku menggigit croissant yang masih hangat itu dibawah tatapan Draco.

"Salazar, ini enak sekali. Peri rumahmu membuatnya atau kau beli?" tanyaku antusias.

"Peri rumahku membelinya pagi ini. Lalu memantrainya apalah agar tetap hangat." Draco mengusap ujung bibirku dengan jempolnya, mungkin ada sisa gula disana atau mungkin potongan kecil croissant, apapun itu yang jelas kelakuannya membuatku salah tingkah. Apakah dia memperlakukan semua temannya begini? Sangat aneh kalau dia memperlakukan Crabbe dan Goyle sama seperti ini.

"Beli dimana? Demi celana Merlin, ini enak sekali. Aku rasanya seperti memakan croissant buatan langsung dari Paris."

Draco terkekeh mendengarnya lalu berkata pelan.

"Karena ini memang dibeli dari Paris, Y/L/N."

Mataku membulat karena terkejut. Apa ini kelakuan orang super kaya lainnya? Membeli croissant untuk sarapan langsung dari Paris? Aku sudah mendengar cerita cerita kelakuan orang super kaya dari Draco melalui surat suratnya, aku masih lupa kadang kalau Draco Malfoy ini anak salah satu orang terkaya di dunia sihir.

"Mum punya toko croissant favorit di Paris lalu dia ingin sarapan croissant pagi ini, jadi begitulah." dia menjelaskan, mengangkat bahu seakan membeli croissant langsung ke Paris seperti membeli nasi rames dari warung ujung jalan. Biasa.

"Ada apa disini?" sebuah suara memotong obrolan kami, dari prefek Hufflepuff yang tahun lalu memergoki kami di ruang kelas. Bagaimanapun sekarang dia tidak sendiri, tapi ditemani satu prefek laki laki, mungkin partnernya, kalau tidak salah namanya Conolly atau Cedric? Entahlah.

"Mengobrol?" jawabku, mengangkat bahu.

"Oh yeah? Kalian terlihat hampir berciuman." tanyanya, membuat aku dan Draco langsung berteriak keberatan. Berciuman apanya? Mungkin matanya kena katarak sampai sampai salah melihat orang mengobrol sebagai hampir berciuman. Partner prefek laki laki yang bersamanya hanya tertawa pelan.

"Sudah, jangan goda mereka, Liz." ucapnya. "Kalian sudah dapat kompartemen?" tanyanya menoleh pada kami. Kami berdua mengangguk cepat.

"Sana cepat kembali ke kompartemen kalian. Kalian menghalangi jalan." usirnya, membuat kami berjalan menjauh.

"Dasar Hufflepuff." umpat Draco setelah kami cukup jauh dari mereka. "Yasudah, ketemu lagi nanti saat sudah sampai." Draco mengusap bahuku sebelum melambai menjauh.

Aku berjalan menuju kompartemen ujung yang tadi di tunjuk Draco. Tiga teman Gryffindor-ku sudah duduk manis disana membicarakan entah apa penuh semangat.

"Lihat siapa yang baru datang!" ucap Harry saat aku membuka pintu.

"Oh, hello, Y/N!"

.

Author's notes : Anggep aja partner prefeknya Cedric namanya ada Liz Liz-nya lah ya. Itu murni ngarang.

October 12th, 2020

II • CLOSER ✔ [Draco Malfoy x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang