Chapter 2

17.1K 2.1K 161
                                    

Aku benar benar ketinggalan berita dunia sihir, aku harus mulai langganan Daily Prophet tahun depan. Sepanjang perjalanan di kereta, trio Gryffindor tidak henti hentinya membicarakan final piala dunia quidditch yang berakhir sangat tidak menyenangkan. Jadi setelah selesainya pertandingan ternyata ada serangan tidak terduga dari pengikut Voldemort, para pelahap maut. Mereka membicarakan segala teori konspirasi bagaimana kementerian bisa kecolongan meskipun sudah memberlakukan keamanan ketat untuk piala dunia.

Kami sampai jauh lebih cepat dari biasanya, menyambut kedatangan siswa dari sekolah sihir lain : Beauxbatons dan Durmstrang. Makan malam tahun ajaran baru kali ini juga menjadi pesta penyambutan mereka. Aku duduk sembarang di meja Slytherin, menunggu sesi seleksi kelas satu. Saking tidak awasnya aku duduk dimana, ternyata aku duduk tepat disamping Pansy Parkinson yang tentu saja sedang bergelayut manja di lengan Draco. Sialnya semua tempat yang lain sudah keburu diduduki anak anak dan aku terpaksa tetap duduk disana. Aku tidak tahu kenapa lengan mereka selalu saling bertautan, mungkin Pansy sudah memantrai lengan mereka dengan mantra perekat. Aku tahu mereka memang dekat, tapi kurasa gesture kedekatan mereka terlalu berlebihan.

"Ew, Merlin! Kenapa kau duduk disini? Ini tempat Daphne, tahu." Pansy berkomentar pedas begitu melihatku disampingnya.

"Daphne duduk tepat dihadapanmu, kalau kau tidak bisa lihat." balasku.

"Tidak apa, Pansy." jawab Daphne, memegang tangannya yang ia taruh diatas meja, menenangkan.

"Biarkan saja, Pans." Draco ikut nimbrung tanpa memandangku.

"Ihh, aku tidak mau duduk disamping darah lumpur." rengeknya, menjengkelkan sekali. Bagaimana Draco bisa tahan dengan tingkah menyebalkan cewek ini?

"PANSY!" Daphne dan Draco berteriak keras memperingatkan begitu mendengar kata darah lumpur terucap.

"Kenapa sih kalian? Dray kau juga memanggil orang macam dia darah lumpur, tidak perlu meneriaki aku begitu." Pansy memutar bola matanya.

"Iya, tapi-" kata kata Draco terputus begitu topi seleksi dibawa masuk dan mulai menyanyikan nyanyian untuk tahun ini.

Ada hawa tegang yang sangat tidak nyaman selama sesi seleksi, lebih tidak enak lagi saat seseorang dengan wajah mengerikan tiba tiba datang dengan satu kaki dari kayu macam bajak laut memotong upacara seleksi. Aku merinding saat wajahnya terkena cahaya memberikan pemandangan mukanya lebih jelas.

"Ya ampun, manusia macam apa itu?" tanya Pansy disampingku, mendesis.

"Mad Eye Moody, auror." jelas Draco, sekilas melirik kearahku. "Ayahku bermasalah dengannya beberapa kali." jelasnya.

"Oh, auror memang sangat menyebalkan. Mereka mengacak acak rumahku beberapa tahun lalu, menuduh ayahku punya barang hitam apalah." timpal Pansy.

"Yeah, mereka juga mengacak acak rumahku. Manalagi sistem kementerian sihir masih sangat buruk." entah darimana Theodore Nott ikut berkomentar.

"Kementerian sihir kita memang buruk sekali. Masa auror tidak perlu surat perintah untuk memeriksa rumah rumah. Rumah kan properti pribadi." timpal Blaise Zabini dari ujung terjauh jajaran kelas empat.

Sekejap kemudian, aku berada ditengah tengah anak anak yang menghujat sistem kementerian sihir dan kinerja auror habis habisan. Beberapa hanya kalem mendengarkan - termasuk aku - beberapa tampaknya sudah mengahafalkan riwayat kegagalan sistem kementerian. Ya ampun, tampaknya semua anak Slytherin akan jadi politisi di masa depan. Perbincangan tentang kementerian akhirnya terhenti saat Profesor Dumbledore naik mimbar, bersiap memberi pengumuman tahunannya. Aku tidak terlalu memperhatikan karena aku sudah hafal poin poin yang akan disampaikan Dumbledore. Jangan masuk hutan terlarang, memperkenalkan guru baru, lalu selamat makan. Sambutannya menjadi sangat panjang kali ini karena sekarang dia menyelipkan pesan pesan untuk bersikap ramah kepada tamu kita, mencoba berkenalan dengan tamu kita, dan banyak lagi yang menyangkut tamu kita.

II • CLOSER ✔ [Draco Malfoy x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang