Chapter 6

12.2K 1.8K 214
                                    

Warning! : Drama banget diakhir, probably would be really bad soalnya kilat banget nulisnya T.T

Aku duduk disamping Harry membaca buku Herbologi yang ditinggalkan Nevile di tepi danau. Nevile sendiri sedang mencari tumbuhan entah apa di air dangkal dekat kami duduk. Harry mengais ngais tanah di depannya, masih mengomel tentang Ron dan sikap tidak dewasanya. Akhir akhir ini aku menghabiskan banyak waktuku bersama Harry, karena Ron tampaknya memutuskan untuk percaya bahwa Harry mendaftarkan diri sendiri ke piala api dan bersikap seperti orang lain, memusuhinya. Hermione memintaku untuk terus menemani Harry sementara dia berusaha mengambalikan akal sehat Ron.

Keadaan Harry tidak membaik setelah dia diwawancarai Rita Skeeter. Rita membual dua halaman penuh tentang Harry dan motivasinya ikut turnamen, mendramatisir tentang kematian orang tua Harry. Pertama kali surat kabar itu terbit tiga hari lalu, aku benar benar jengkel. Jelas jelas Rita sudah melanggar kode etik jurnalistik dengan membuat buat setengah dari wawancara, aku berkali kali menyumpahi Rita dan mencoba mencari cari apa aku bisa menuntut Rita untuk kasus ini. Harry sendiri menanganinya jauh lebih cool, mengabaikan ledekan menghina dari orang orang.

Ngomong ngomong tentang menghina, tampaknya tidak cukup semua kebencian yang diterima Harry akhir akhir ini, Draco Malfoy, ikut memanas manasi dengan membuat pin 'POTTER BAU' - 'DUKUNG CEDRIC, JUARA SEJATI HOGWARTS' yang langsung menjadi tren. Sudah tiga perempat isi Hogwarts memakai pin itu kemana mana. Beberapa anak Slytherin, bahkan dengan beraninya menawariku pin itu saat aku sedang berjalan bersama Harry. Untung Harry menahanku untuk tidak memukul mereka.

Bicara tentang Draco, aku belum bicara lagi dengannya sejak malam itu. Aku benar benar malu sekali tiap mengingatnya. Aku tidak pernah naik ke menara astronomi lagi, tidak sekalipun meliriknya karena melihat wajahnya pasti akan mengingatkanku pada malam itu, aku bahkan sekali berlari darinya saat kami tidak sengaja bertemu di lorong sepi, singkat kata: aku menghindarinya. Aku bukan menghindarinya karena aku marah, aku hanya bingung, malu dan masih sedikit terkejut. ia mengecupku di dahi! Draco Malfoy tidak terlihat seperti tipe orang yang penuh kasih sayang, dan mendapat kecupan darinya mungkin merupakan pertanda bahwa Draco mulai tidak waras. Aku selalu menolak mempercayai ini tapi mungkin aku jadi agak takut padanya.

"Lihat siapa yang datang." Nevile menunjuk ke belakang, membuat aku dan Harry menoleh ke arah yang dia tunjuk.

Ron, Hermione dan Ginny berjalan berdampingan ke arah kami, aku bernafas lega. Apa Ron datang untuk berdamai dengan Harry? Akhirnya Hermione mampu mengembalikan akal sehat Ron. Aku mengerutkan dahi saat Hermione yang mendekat.

"Harry, Ron menyuruhku untuk memberitahumu bahwa Seamus memberitahunya kalau Dean diberitahu Parvati bahwa Hagrid mencarimu." aku menatap Hermione bingung.

"Benarkah. Well- apa?" Harry ikut mengerutkan dahi sekarang, ikut menatapnya kebingungan.

Hermione kembali mendekati Ron, berbisik bisik membuatku menggeleng gelengkan kepala. Semua pertengkaran ini mulai bertambah konyol saja. Hermione kembali berjalan mendekati kami, siap mengulang kata katanya tadi.

"Eh, Ron memintaku untuk memberitahumu kalau Seamus diberitahu-" Hermione menghela nafas. "Tolong jangan membuatku mengulang ini lagi. Intinya Hagrid mencarimu." ucapnya.

"Well, bisakah kau bilang pada Ronald-" Harry belum menyelesaikan kata katanya saat Hermione membalikkan badan dan berteriak kesal.

"Aku bukan burung hantu!" membuatku dan Harry terlonjak hampir bersamaan.
Setelah itu mereka bertiga langsung pergi, Ron tidak lupa memberi Harry lirikan marah. Kalau aku tidak memegang lengan Harry mungkin dia sudah menimpuk Ron menggunakan batu di dekat kakinya.

Malamnya, Harry pergi ke gubuk Hagrid memberiku kesempatan untuk menghabiskan waktu dengan Ron dan Hermione. Kami memutuskan bahwa sebaiknya kami mengerjakan tugas esai sejarah sihir. Aku berusaha untuk fokus pada perkamen dan tugasku, tapi aku berjuang sangat keras untuk tidak memandang ke arah kiriku dimana Draco duduk terpisah beberapa meter dariku.

"Harusnya dia minimal memberitahuku kalau dia ikut daftar, kan? Aku temannya." Ron mengomel, masih menolak teori bahwa Harry dijebak ikut turnamen.

"Ron kupikir kita sudah selesai membicarakan ini. Harry tidak memasukkan namanya." jawabku, sambil menulis.

"Godric, Y/N, kau percaya kalau dia benar benar tidak memasukan namanya?" tanya Ron.

"Ron!" Hermione berseru mengingatkan.

"Kau hanya cemburu Ron, dan itu sangat tidak diperlukan. Aku faham tapi menuduh Harry bahkan menjauhinya begitu sangat tidak baik. Dia perlu dukungan dan meskipun dia tidak bilang keras keras, aku tahu dia merindukanmu. Kau sahabatnya."

"Aku tidak cemburu!" suara Ron mengeras, membuat beberapa anak disekitar kami ber-sstt.

Ron baru akan protes lagi saat Hermione disampingku menyenggolku dengan sikunya, membuat aku yang sedang menulis tercoret. Sial!

"Maaf." Hermione meringis. "Tapi Draco Malfoy dari tadi melihatimu." ucapnya, aku tidak berani menoleh kearahnya, tapi Ron menoleh.

"Dia berjalan mendekat." Hermione berbisik heboh, Ron tampaknya sudah melupakan obrolan kami tentang Harry, berdiri begitu Draco berdiri tepat disamping kami.

"Apa maumu?" tanyanya protektif.

"Tidak perlu salty begitu, Weasel. Aku cuma mau pinjam orang ini-" Draco menaruh tangannya di bahuku, membuatku terpaku. "-sebentar." Ron menepis lengan Draco, membuatnya langsung mengangkat tangan, menandakan bahwa dia tidak bermaksud jahat.

"Tidak boleh." Ron menggeleng, aku segera berdiri, menyentuh bahu Ron untuk menyuruhnya duduk.

"Kenapa, Malfoy?" tanyaku, Draco mengerutkan dahi melirik pada Hermione dan Ron.

"Bisakah kita bicara sebentar?" tanyanya.

"Well, bicaralah." aku mengangguk.

"Eeh, berdua." tambahnya.

Aku menghela nafas. Harusnya aku langsung kabur saja begitu melihatnya di perpustakaan tadi. Aku mengangguk, mengikuti langkahnya menuju sisi lain perpustakaan yang lebih sepi. Aku masih bisa merasakan Ron dan Hermione memandangi kami berdua.

"Kau menghindariku." ucapnya segera setelah berhenti berjalan.

"Tidak." aku menggeleng, Draco meraih tanganku.

"Kita berdua tahu itu bohong. Kenapa kau menghindariku? Apa kau marah padaku? Apa yang kulakukan?" tanyanya bertubi tubi.

"Aku tidak menghindarimu dan aku tidak marah." aku menarik tanganku untuk melepas pegangannya, tapi dia menggenggamnya lebih erat.

"Lalu kenapa kau lari dariku di lorong kemarin?" tanyanya lagi.

"Aku tidak-"

"Y/N, please."

"Aku cuma sibuk menemani Harry, oke?" aku bisa merasakan pegangan Draco menegang saat aku menyebut nama Harry.

"Jadi kau terlalu sibuk menemani Harry sampai lupa padaku?" aku memutar bola mataku.

"Aku tidak lupa padamu!" 

Justru aku tidak bisa melupakanmu, bodoh.

"Kenapa pula kau selalu berdua dengan Harry akhir akhir ini? Kukira kalian seharusnya berempat?" tanyanya, nadanya penuh curiga.

"Well, Harry perlu teman sekarang ini karena semua orang memusuhinya. Bahkan Ron juga marah padanya. Kau juga. Kau membuat pin pin bodoh itu! Dukung Cedric, my arse! Tadinya aku tidak marah padamu, tapi mengingat apa yang kau lakukan pada Harry aku jadi marah! Kau licik dan jahat! Sekarang aku harus mengerjakan esai sejarahku, jadi aku harus pergi!" aku menarik tanganku dari genggamannya kasar.

Draco tidak lagi menahanku saat aku berjalan pergi menuju Ron dan Hermione yang langsung mengalihkan pandangan, berpura pura tidak baru saja menonton pertengkaranku dan Draco.

.

Author's note : we love drama, so I made this chapter. Sian ya, Draco mo nanya dia kenapa malah jadi dikatain.

October 15th, 2020

II • CLOSER ✔ [Draco Malfoy x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang